Minggu, 19 November 2017

[Experience] Keraton Kasunanan Surakarta - Wisata Budaya di Kota Solo

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Waktu SD, sekolah saya pernah ngadain karyawisata. Nah, biasanya tujuan karyawisata anak SD zaman old itu adalah wisata budaya, yang berarti keraton termasuk salah satunya. Keraton yang pertama saya kunjungi dulu adalah Keraton Kasultanan Yogyakarta, yang nggak terlalu jauh dari tempat tinggal saya. Saya masih ingat bener waktu itu gimana acara piknik kami, yang selain mengunjungi beberapa bagian keraton juga masuk ke museumnya sambil ditemani mbak pemandu wisata yang keren banget cara bicaranya menurut saya waktu itu. Itu udah lama banged, karena jaman saya SD adalah era awal milenium, yang mana dua digit angka buat tahunnya sudah jadi '20-' :D. Nah ngomongin soal keraton, di Pulau Jawa tempat saya berpijak ini ada beberapa keraton yang jadi objek wisata budaya maupun sejarah. Selain Keraton Yogyakarta yang pernah saya kunjungi, salah satu lainnya adalah yang saya kunjungi minggu lalu, Keraton Kasunanan Surakarta!


Beda lokasi, keraton kedua yang saya kunjungi letaknya ada di kota asal bapak presiden, Surakarta. Lebih familiar disebut Solo sih ya. Keraton ini merupakan istana resmi Kasunanan Surakarta yang didirikan oleh Susuhunan Pakubuwana II pada tahun 1744. Berarti sampai sekarang sudah tua juga ya umur bangunannya. Kompleks bangunan ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga istana namun juga dapat dikunjungi beberapa bagiannya sebagai objek wisata. Lokasinya nggak jauh dari pusat kota, tepatnya ada di Baluwarti, Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Kalau kamu termasuk orang yang lama tinggal di Solo, pasti tahu nih jalan menuju keraton. Deket Pasar Klewer, deket Benteng Trade Center.

Pas saya kesana, hari masih pagi tapi wisatawan yang berkunjung sudah lumayan banyak jadi suasananya rame. Saya masuk dari jalan di dekat benteng, yang merupakan sebuah gang untuk menuju ke pelataran depannya. Begitu masuk gang, langsung deh sampai ke pelataran luas yang masih jadi jalur umum. Di sini ada beberapa penjual makanan dan minuman ringan, plus sejumlah tukang becak berjajar menanti penumpang. Yang saya seneng, semua orang yang saya jumpai di pelataran depan keraton ini tuh ramah-ramah banget :). Bahkan ada bapak-bapak gapyak yang pake baju lurik dengan senang hati menjelaskan ke saya area-area di sekitar, termasuk pintu masuk menuju objek wisata kraton.

Dari pelataran sini dapat dilihat sisi depan keraton yang merupakan satu bangunan panjang dengan dominasi warna putih biru. Kesannya simpel, bersih, dan adem :). Di tengah bangunan ada pintu utama yang bagian depannya diberi semacam anjungan berwarna biru juga. Nah, sisi ini paling menarik diperhatikan. Pada bagian atapnya terdapat ukiran cantik dengan motif khas Jawa. Ukiran ini rumit di tengah dengan tepian berupa kepala naga di kedua ujungnya. Di bawah atap ukiran, terdapat aula luas yang teduh dengan empat tiang utama penyangga yang terlihat jelas dari depan.

Memasuki aula, menjorok ke dalam terdapat teras berujung pintu depan yang dijaga dua abdi dalem keraton yang bertugas sebagai prajurit. Keraton Kasunanan Surakarta punya formasi beberapa kelompok prajurit yang disebut bregada. Kelompok yang menjaga pintu depan ini dinamakan Prajurit Prawira Anom. Seragamnya berupa pakaian adat Jawa warna hijau, lengkap dengan kain batik dan pedangnya - kurang paham asli atau properti. Prajurit yang menjaga pintu ada dua personil, namun di meja sisi kiri aula terdapat beberapa anggota lain yang mungkin juga bertugas secara bergiliran. Beliau-beliau ini semua mengenakan seragam yang sama dan ramah-ramah banget terhadap pengunjung. Bawaannya kalo kesini hati jadi ayem deh dan mendadak cara ngomong juga jadi lebih halus penuh sopan santun, hehehe.

Setiap turis atau pengunjung yang mau berfoto dengan bregada Prajurit Prawira Anom diperbolehkan mengambil gambar sebanyak tiga kali. Jarak pengambilan foto maksimal adalah dari depan keset biru, ngga boleh sampai nginjak keramik. Mungkin alasannya supaya teras keraton ini tetap bersih yaa. Nah setelah berfoto, kita diharapkan mengisi uang sukarela di meja sebelah kiri tadi. Besarnya nggak ditentukan kok. Di meja ini saya sekalian tanya-tanya sama prajurit yang jaga tentang objek wisata di keraton. Sayang banget pada hari saya datang, kawasan wisata keraton sedang ditutup alias tidak menerima pengunjung dengan alasan internal yang tidak dijelaskan. Jadi saya nggak bisa masuk deh. Agak kecewa memang, tapi yasudahlah masih bisa kembali lain waktu. Toh deket, apalagi saya sekarang lebih banyak stay di Solo :).

Daripada langsung pulang begitu saja, akhirnya saya putuskan untuk melihat-lihat bagian depan keraton ini saja. Menarik juga kok. Di depan aula berfoto tadi ternyata ada patung batu hitam yang membawa gada, simbolisnya semacam penjaga juga. Ada dua jumlahnya, di sisi kanan maupun kiri tiang-tiang biru terluar. Bentuk patung ini agak sangar, mungkin kalo orang Jawa nyebutnya 'buto' ya. Itu loh sebutan untuk raksasa dalam bahasa Jawa. Lalu, setelah puas mengamati patung - entah dibuat tahun berapa - saya menyusuri sepanjang selasar kiri kanan aula. Di sini cuma ada pintu-pintu biru tertutup. Pintunya besar-besar, dan saya nggak tahu apakah sering dibuka atau selalu dibiarkan tertutup seperti saat itu. Pintu-pintu ini juga dihias dengan ukiran pada bagian atasnya.

Saya nggak lama jalan-jalan di sana, habis itu lalu pulang deh karena ternyata hari sudah menjelang siang dan matahari mulai terasa menyengat. Mungkin lain kali bisa balik ke sini lagi karena saya pingin banget masuk ke keraton dan sekalian mengunjungi museumnya :). Ada yang sudah pernah main ke Keraton Kasunanan Surakarta juga? Share yuk ceritanya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar