Sabtu, 21 Juli 2018

[Review] Percy Jackson and The Olympians - Rick Riordan

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]


Halo semua! Saatnya resensi buku lagi di bulan ini :). Tadi saya bingung mau menulis soal buku apaan, soalnya banyak buku yang sudah saya baca tapi masih belum lancar mengulasnya, dan banyak juga buku yang saya punya tapi belum dibaca. Sampai akhirnya, pilihan jatuh ke seri fiksi fantasi yang jumlahnya ada lima buku - ada di foto atas - ini. Alasannya sederhana, sebab tempatnya paling atas di rak buku saya, dan oleh karena itu paling terlihat jadinya. Percy Jackson and The Olympians, ada yang sudah pernah dengar judul ini? Kalaupun belum baca bukunya, paling tidak adakah yang pernah nonton filmnya? Beberapa kali diputar ini tuh di salah satu stasiun televisi swasta. Seru tauuk filmnya. Saya pertama kali lihat Percy Jackson juga dari film, trus langsung sangat tertarik sama jalan ceritanya. Tapi waktu itu nggak ngeh kalau film tersebut tuh adaptasi dari buku laris yang berseri. Memang kudet saya anaknya -_-'.

Nggak sengaja tahu baru pas mulai suka belanja buku ke Gramedia, ternyata ada buku berjudul sama kayak film yang pernah saya tonton tersebut. Ya apa boleh buat, sebagai penggila bacaan tentu saya langsung beli semua serinya dong karena nggak cuma ada satu buku. Belinya bertahap sih nggak langsung ngeborong. Sekarang udah saya baca habis semua bukunya, dan seseru filmnya. Bahkan ini lebih seru karena lebih lengkap serinya sampai ending, yang di film kan kalau nggak salah baru dua seri pertama aja adanya. Hari ini saya mau nulis review soal seri buku ini. Tapi udah malam, capeek. Jadi saya tuliskan sinopsis per masing-masing buku aja ya. Lumayan ini buat review ;). Baiklah, tanpa berlama-lama, mari kita segera menuju ke buku pertama dan dilanjut ke buku-buku seterusnya. Selamat membaca!

I
The Lightning Thief


Percy Jackson - 12 tahun, disleksia dan GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif) - hampir dikeluarkan dari sekolah asramanya lagi. Namun, itu hanya sedikit saja dari sekian banyak masalah yang menantinya. Monster-monster tiba-tiba menyerangnya. Dewa dewi dari Gunung Olympus berebutan mencarinya, sebagian melindungi dan sebagian menyerangnya. Masalah semakin rumit ketika Percy membuat seorang dewa marah besar. Petir Asali milik Dewa Zeus telah dicuri, membuat Dewa Tiga Besar saling menyalahkan dan memunculkan konflik besar di Gunung Olympus. Tanda-tanda akan terjadinya perang mulai terlihat, dunia terancam hancur. Percy pun dituduh menjadi tersangka utama pencurian dan penyebab perpecahan para dewa. Kini Percy dan dua orang temannya hanya punya waktu sepuluh hari untuk mencari dan mengembalikan benda keramat tersebut juga mencegah terjadinya perang besar di Olympus. Namun, Percy harus menghadapi tantangan besar, sebuah kekuatan mengerikan yang lebih hebat dari kekuatan para dewa sendiri.

II
The Sea of Monsters


Meski berhasil mengembalikan Petir Asali Dewa Zeus dan mencegah perang besar antara para dewa Olympus, Percy Jackson masih belum bisa hidup tenang. Hampir setiap malam pesan lewat mimpi datang, nenyiratkan sahabatnya Grover sedang dalam bahaya. Teman barunya Tyson, seorang anak tunawisma berbadan besar yang tingkahnya seperti anak kecil, selalu mengikuti kemanapun Percy pergi. Dan, tiba-tiba, Annabeth muncul di sekolah barunya membawa berita buruk: Perkemahan Blasteran - satu-satunya tempat perlindungan bagi para anak setengah dewa - terancam dikuasai para monster. Demi menyelamatkan Perkemahan Blasteran dan menemukan Grover, Percy harus mengarungi Laut Para Monster, tempat mengerikan yang dihindari pelaut waras manapun. Dan dalam perjalanannya kali ini, ramalan yang dirahasiakan oleh Chiron dan para dewa dari Percy perlahan mulai terkuak.

III
The Titan's Curse


Seseorang akan menghilang...
Kutukan bangsa Titan harus dihadapinya...
Dan, seseorang akan binasa di tangan salah satu orangtuanya...
Sesosok monster purba yang telah punah hingga ribuan tahun kini bangkit - monster yang dikabarkan sebagai pembawa kiamat bagi dewa dewi Olympia. Sementara Artemis, satu-satunya dewi yang tahu cara melacaknya, menghilang tanpa jejak. Kini Percy dan teman-temannya, bersama para pemburu Artemis, hanya memiliki waktu satu minggu untuk mencari dewi yang hilang dan memecahkan misteri monster yang tengah diburu. Percy mengawali misi ini dengan dibayangi oleh tantangan paling berbahaya yang pernah dihadapi: ramalan mengerikan sang Oracle mengenai kutukan bangsa Titan. Percy harus terus waspada, karena jika dirinya memang bagian dari ramalan, maka dia harus bersiap untuk menghilang atau yang lebih buruk - binasa.

IV
The Battle of The Labyrinth


Bertarung melawan para monster dan merusak sekolah barumu, tentu bukan kesana pertama yang ingin kau berikan pada saat orientasi. Tapi, Percy tidak punya pilihan lain. Monster yang menyamar menjadi anggota cheerleader merusak hari pertamanya. Beruntung, Percy menemukan kawan blasterannya di sekolah itu. Setelah berhasil selamat dari serangan mengejutkan itu, Percy harus bergegas, mencegah perang para dewa dan Titan, menghalangi Kronos menembus sihir perkemahan dan meluluhlantakkan Perkemahan Blasteran. Sebuah misi baru harus dituntaskan. Dipimpin Annabeth, didamping Tyson dan Grover, Percy pun menjelajah labirin buatan Daedalus yang rumit luar biasa. Monster-monster kuno mengintai mereka, labirin menyesatkan mereka.

V
The Last Olympian


Akhirnya, ramalan besar itupun didengar utuh oleh Percy Jackson saat beberapa hari lagi dia benar-benar akan menginjak usia enam belas tahun. Kekhawatiran memuncak, ketegangan menjadi-jadi. Kronos dan sekutu para Titan menyusun strategi penyerangan penghabisan dari segala penjuru. Seluruh blasteran di perkemahan pun bersiap untuk pertempuran terdahsyat dalam hidup mereka. Bahkan para dewa pun tak tahu, apakah ini akan jadi akhir dari Olympus, akhir dari peradaban Barat? Istana Poseidon di ambang kehancuran, raksasa terkuat andalan sang penguasa Titan, Typhon, menyerang kota dan bergeming meski diadang bertubi-tubi oleh para dewa. Petir Zeus tak bisa melukainya! Percy hampir tak punya harapan, kecuali satu jalan keluar yang diusulkan Nico sang putra Hades. Namun, jika keberuntungan tak berpihak kepadanya, tindakan itu bisa berujung pada kematian - dan kemusnahan Bangsa Olympia. Petualangan Percy, Annabeth, Grover, Dan Rachel kali ini akan membuat penggemar seri ini tak berkedip sedikit pun sampai halaman terakhir.


Baiklah, itu saja ya yang saya tuliskan. Sengaja enggak dijelasin satu-satu secara detail supaya tidak kepanjangan karena ini dalam satu pos ngebahas lima buku sekaligus. Nama-nama tokoh yang muncul di sinopsis juga nggak saya perkenalkan ke permukaan. Ngomong-ngomong, selain nama-nama tokoh yang ada di sinopsis, masih banyak karakter lain yang keren-keren, sekeren dan setidak terduga beberapa part di ceritanya. Tentu sengaja nggak saya tuliskan juga, biar kalian penasaran dan baca sendiri, hwehehe *padahal alibi males*. Dijamin bagus sihh ini, apalagi kalau kalian termasuk penggemar seri fiksi fantasi semacam Harry Potter atau The Lord of the Rings. Dikemas lebih santai dan modern ketimbang dua pendahulunya sesama genre fiksi fantasi, seri Percy Jackson and The Olympians ini nggak kalah seru! Dominasi mitologi kental sekali menyarati seri buku ini, tapi nggak terkesan berat karena ditulis dalam diksi yang ringan.

Percy Jackson and The Olympians ditulis oleh Rick Riordan. Terbitan luar negeri duluan pasti memang seri buku ini, baru kemudian diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Mizan Fantasi. Oh iya, buku pertamanya sudah menang penghargaan New York Times Notable Book lho di tahun 2005 lalu. Iya memang sudah lama, tapi nuansanya masih bisa dibilang baru dan segar sampai tahun sekarang. Nggak cuma buku pertama yang segar, tapi juga empat seri kelanjutannya. Oh iya, habis lima petualangan Percy - atau nama sebenarnya Perseus dan ganteng banget di film pemerannya Logan Lerman - dalam usahanya melawan kebangkitan Kronos ini, Rick Riordan masih punya banyak seri buku lain. Bukan kelanjutan sih, tapi masih sejalur gitu temanya. Saya belum baca semua, susah juga nyari selengkap-lengkapnya. Tapi tetep ngarep sih kelak bisa kebeli semua. Doain ya. Nyumbang juga boleh. Mm sekian dulu deh saya nulisnya hari ini. Semoga sinopsis dari Percy Jackson and The Olympians ini bisa meracuni kalian untuk beli dan baca juga seluruh bukunya :D. Baiklah terimakasih sudah baca guys!

PS: Ijin yak saya mau break dulu nulisnya sampe akhir bulan ini, lagi keasyikan sama kegiatan lain soalnya. See you on next month!

Selasa, 17 Juli 2018

[Review] Cethapil Gentle Skin Cleanser

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]


Sudah lewat piala dunia ya, padahal saya satu kalipun belum pernah nonton pertandingannya. Anak kudet dan nggak ikut tren biasa. Tapi kalo tren di dunia per-skincare-an saya selalu ngikutin kok, wakaka :D! Nah bulan-bulan belakangan ini, saya sering banget nemu di Instagram Story atau posting-an lain di manapun yang menyebutkan produk pencuci muka favorit si empunya sosial media tuh adalah Cetaphil. Langsung dong saya penasaran. Sebenernya saya tahu Cetaphil udah lama sih, sejak beberapa tahun yang lalu. Tapi booming-nya baru sekarang jadi ya saya baru penasaran bener sekarang. Setelah menimbang-nimbang jelang sabun cuci muka saya yang lama hampir habis, akhirnya saya pun memutuskan untuk mencoba membeli Cethapil ini sebagai pencuci muka yang baru. Belinya belum lama, baru masuk fully loaded awal bulan ini. Tapi pakainya baru sejak dua hari lalu karena pas itulah sabun cuci muka saya yang lama baru habis. Sekarang kita bahas lengkap soal pencuci muka baru ini yuk!

Belinya waktu itu di Mutiara, pusat kosmetik besar di Jogja yang sepertinya semua wanita Jogja pasti pernah belanja setidaknya sekali ke sana atau minimal tahu tokonya lah. Saya lumayan sering belanja ke sana, walau belakangan jadi kurang suka akibat karyawannya kurang ramah dan suasana tokonya sumpek. Usek-usekan penuh manusia. Ya saya tahu tokonya laris, tapi swear sumpek bener belanja ke sana. Mau ngedatengin counter yang dituju susah jalannya kehalang pengunjung lain, mau milih barang kedesak-desak, sampai ngantri di kasir aja kesela-sela. Plis deh Mutiara perluas tokomu atau benahi penataannya dan kualitas sumber daya yang kau pekerjakan di sana. Baiq. Skip. Lanjut ke review.


Cethapil Gentle Skin Cleanser ini adalah produk pembersih kulit yang dapat digunakan untuk wajah maupun tubuh, dan sesuai untuk semua jenis kulit. Kemasannya botol putih bertutup biru. Saya beli kemasan kecilnya ya ukuran 125 ml, kalo mau yang gede juga ada. Dari segi kemasan saya suka, simpel dan bersih kesannya kayak bertema medis gitu padahal ini bukan sabun kesehatan lho. Bentuk botolnya unik, saya nggak bisa jelasin, pokoknya seperti di foto. Pada botol putihnya nggak banyak aksen, kecuali tulisan dan sedikit ilustrasi bertemakan biru hijau yang bagus karena mengesankan produknya mahal - aslinya memang betul mahal. Di sisi depan ditulis klaimnya:
  • Daily care for sensitive skin
  • Soap and fragrance free, won't sting eyes
  • Moisturises at is cleanses
  • Dermatologist recommended
Waktu itu pas beli saya ditawarin varian lain dari Cethapil ini tapi lupa apaan, jadi nggak cuma ada satu varian ya produknya.


Trus lanjut ke sisi belakang botol. Cetaphil ini produk skincare dengan merek dagang terdaftar asal tetangga benua kita yaitu Australia, tapi entah kenapa di situ tertulis made in Canada. Di belakang botol, pas bagian deskripsi, tulisannya ditenpelkan dalam bentuk sticker. Saya merasa ini karena deskripsi aslinya mungkin dalam bahasa yang sulit dipahami jadi di-translate-in sekalian dan ditempel keterangan dalam bahasa Indonesia supaya konsumen di sini mudah membaca dan memahaminya. Katanya, Cethapil Gentle Skin Cleanser ini merupakan pembersih lembut yang diformulasikan untuk semua jenis kulit, ideal untuk kulit sensitif. Ada buanyak banget kelebihannya yang ditulis.
  • Lembut untuk kulit bayi
  • Non comedogenic
  • pH seimbang
  • Tanpa tambahan pewangi
  • Membuat kulit terasa halus, lembut, dan sehat
  • Membersihkan makeup ringan
  • Membantu mempertahankan kelembapan kulit
  • Dapat digunakan dengan atau tanpa air
  • Ideal untuk wajah dan seluruh tubuh
Tuh buanyak kan kelebihannya yang bagus-bagus. Yang paling menarik saya adalah produk ini bisa digunakan dengan dua cara, pakai air dan tanpa. Kalau pakai air cara pakainya usapkan pada kulit, gosok dengan lembut, lalu bilas dengan air. Sedangkan jika tanpa air caranya usapkan pada kulit, gosok dengan lembut, lalu bersihkan dengan handuk. Ya kurang lebih sama, cuma beda cara ngilangin residu habis bersihinnya. Saya sih pilih cara pertama yang pakai air, karena berasa kurang bersih aja kalau nggak dibilas cuci mukanya.
Ingredients: purified water, cetyl alcohol, propylene glycol, sodium lauryl sulfate. stearyl alcohol, methyl hydroxybenzoate, propyl hydroxybenzoate, butyl hydroxybenzoate.
Cuma ada delapan bahan yang mengkomposisi produk ini. Simpel sekali dan benar-benar bebas pewarna maupun pewangi. Ada turunan alkohol, tapi bukan di urutan pertama. Bahannya didominasi oleh senyawa hydroxybenzoate, yang punya fungsi sebagai pengawet juga. Dari ingredients ini ada yang membuat saya heran. Di depan Cetaphil mengklaim katanya tidak mengandung sabun, tapi kok ada sodium lauryl sulfate di bahannya? SLES ini, adalah surfaktan yang mampu menghasilkan busa. SLES ini beda sama SLS, tapi untuk lebih lengkapnya silahkan cari tahu sendiri ya.

Kalo soal kenapa dia ada di Cetaphil, saya nggak paham. Mungkin kita bisa bersama-sama menelfon ke customer care-nya Cetaphil untuk bertanya-tanya dan siapa tahu berkenalan kalau ternyata CS-nya seorang pria? Yawis pokoknya ingredients lengkap yang tercantum udah saya tuliskan di atas ya, persoalan mengandung apa saja di dalamnya bukan kapasitas saya untuk mengurangi apalagi meniadakan. Lanjut masih di botol belakang, Cetaphil ini disarankan disimpan pada suhu di bawah 30 derajat celcius. Dan ada keterangan expired date-nya yang sangat bermanfaat untuk diingat-ingat, yaitu masih lama sih, nanti tahun 2020.


Huft banyak ya saya nulisnya, tapi masih berlanjut lagi nih. Sekarang kita bahas isinya. Dari tutup biru yang flip top, di dalamnya kita dapat menjumpai lubang mulut botol yang kecil aja untuk mengeluarkan isinya. Cetaphil bertekstur liquid, sedikit kental tidak semengalir air, warnanya putih ke-silver-an, nggak ada aromanya, dan nggak lengket sama sekali. Pas diusap, dengan atau tanpa air dia tidak berbusa. Jadi mungkin SLES-nya super sangat sedikit atau bagaimanakah entah. Saya pakai ini untuk kulit wajah saja. Pas dipakai dia nggak ada rasanya, kalo diusap tuh kayak mencair produknya dan mudah diratakan untuk membersihkan kulit. Pas diratakan ini lembut banget terasa formulanya. Saat dibilas juga ngga ada rasa maupun busanya. Saya belum pernah nyoba ngelap ini doang pakai handuk atau tisu sesudah membersihkan wajah, selalu saya bilas dengan air. Dibilasnya gampang, dan seusai dibilas kulit terasa bersih segar yang kayak nggak habis dipakaiin sabun gitu. Maksud saya rasanya tuh enak banget kulit kayak bersih alami, nggak kesat, nggak licin, dan nggak lengket sama sekali. Kulit masih terasa lembap tapi bukan yang berminyak gitu, ini terasa lebih ke terhidrasi.

Saya pakai Cetaphil ini sebagai second cleanser setelah milk cleanser. Baru pakai dua hari, tapi sejauh ini saya suka produknya. Nyaman banget untuk membersihkan kulit dan nggak menimbulkan efek iritasi ataupun break out sesudahnya. Fix saya akan pakai Cetaphil sebagai pencuci muka sejak saat ini - tapi nggak jamin kelak mampu beli lagi terus-terusan wkwk. Baiqlah jadi segitu saja review dari saya hari ini, semoga bermanfaat girls. Bye bye :)!

Price: Rp. 89.000 @ 125 ml
Rate: 4/5
Pro's:
+ bebas pewarna dan pewangi
+ nyaman dipakai
Con's:
- bingung masih ada SLS
- harga lumayan

Jumat, 13 Juli 2018

[Tips & Tutorial] Memilih Concealer Sesuai Kebutuhan

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]


Hai sobat-sobatqu semua! Senang sekali bisa nulis lagi hari ini *basa basi*. Setelah kemarin saya me-review sebuah concealer, hari ini saya masih akan membahas topik yang sama tapi dari sudut pandang berbeda. Membingungkan? Semoga tidak ya. Hari ini saya mau ngebahas tips tentang memilih concealer sesuai dengan kebutuhan sisters semua. Soalnya nih ya, sekarang kan lagi jamannya semua cewek suka banget foto selfie full makeup trus di-upload ke media sosial demi kebutuhan keeksisan jagad maya. Nah dalam makeup tersebut, pastinya buanyak yang pake concealer di dalamnya. Tapi apakah kalian sudah tepat dalam memilih jenis concealer yang digunakan? Untuk mengetahuinya, yuk baca pos saya hari ini sampai tuntas. Hmm tapi baiknya sebelum mulai, sepertinya kita harus menyamakan persepsi dulu bahwasanya concealer tuh apaan sih?

Concealer adalah produk kosmetik yang memiliki fungsi untuk menyamarkan ketidaksempurnaan warna pada kulit wajah, misalnya lingkar hitam bawah mata, flek, jerawat dan noda bekas jerawat, serta noda-noda lain semacam itu yang tidak ingin diperlihatkan setelah ber-makeup. Formula concealer kebanyakan lebih tebal dibanding foundation karena itu ia mampu menyamarkan noda yang tidak dapat di-cover oleh foundation. Concealer dapat dipakai sebelum aplikasi foundation atau sesudahnya, atau bahkan tanpa tambahan foundation menyertainya. Jenis concealer ada bermacam-macam, tapi pada dasarnya fungsi mereka semua mirip. Di sini, saya punya tiga concealer berbeda sebagai contohnya. Pertama, saya punya camouflage cream concealer yang banyak warnanya itu. Terus saya juga ada liquid concealer, dan terakhir adalah treatment concealer - ini liquid juga. Dari ketiga jenis concealer ini, mana dong yang saya pilih gunakan? Tentu saja menyesuaikan kebutuhan dan kondisi kulit saat akan pakai concealer. Yuk saya jelaskan satu-persatu tentang ketiga concealer di atas, sekalian memilihnya sesuai kebutuhan.

Camouflage Cream Concealer


Ini saya punya dari Makeover, belinya udah lama waktu dia baru launching gitu. Sudah berapa tahun ya jadinya? Pokoknya ini dikeluarkan kala jaman-jaman concealer warna lagi ngetren gitu deh. Waktu itu Makeover masih termasuk anak baru di dunia perkosmetikan tapi produk-produknya keren abis langsung mencuri perhatian khalayak. Salah satunya camouflage cream concealer ini. Dalam satu palette saat beli, saya sudah langsung dapat lima warna cream concealer yang punya fungsi kamuflase saat dipakai. Tahu kan maksudnya kamuflase? Penyamaran. Misalnya kayak kalo baju loreng tentara dipakai untuk mengkamuflase dengan daun-daunan dan tanah. Nah concealer ini akan mengkamuflase ketidaksamaan warna di kulit wajah. Eh sebenarnya nggak cuman di wajah aja sih, semua warna di kulit bisa uga. Camouflage concealer bisa disebut juga color corrector concealer.

Di sini terdapat lima warna concealer. Ada light beige berfungsi sebagai highlight, beige untuk menyamarkan noda flek atau bekas jerawat, green menyamarkan warna kemerahan pada kulit, purple untuk memberi efek cerah pada kulit kusam, dan orange untuk mencerahkan area kulit yang gelap. Untuk lebih lengkap, saya udah pernah bikin review-nya, nanti saya sertakan link di bawah. Intinya camouflage concealer ini memiliki fungsi menyamarkan yang berbeda-beda sesuai karakter warna yang dimilikinya. Yang saya punya ini concealer-nya bentuk cream, tapi ada juga camouflage concealer yang teksturnya lain. Cuman biasanya yang bentuk cream coverage-nya lebih full. Cuman tekstur cream biasanya membuat concealer lebih lama dibaur, harus sabar jadinya kalau mau hasilnya halus merata.

Kalau kamu punya beberapa masalah warna kulit, concealer jenis ini sangat tepat dipilih. Butuh meng-highlight area wajah? Pilih warna terangnya. Bahkan warna gelap selain bisa untuk menyamarkan noda dapat juga diaplikasikan sebagai contour. Kulit abis facial jadi kemerahan atau lagi ada jerawat meradang? Bisa dipakaiin warna hijau. Kalo lagi kusam cari warna ungu. Sedangkan warna orange biasanya digunakan untuk menyamarkan kantung mata secara lebih maksimal. Kalo ngga punya kantung mata gelap, warna ini sangat efektif untuk menutupi bekas lebam pada kulit, tinta tattoo, dan noda gelap semacam itu yang mungkin sulit di-cover kalau hanya pakai warna concealer biasa semacam yang beige. Oh iya, camouflage concealer kayak gini karena fungsinya adalah sebagai korektor maka biasanya dipakai sebelum foundation. Jadi pas warna kulit sudah merata baru deh di-layer lagi semakin flawless dengan foundation. Tapi kalau untuk warna highlight atau contour-nya sih bisa dipakai sesudah foundation


Liquid Concealer


Ini dari Maybelline seri Fit Me, saya punya shade nomor 20 namanya Sand. Berarti apakah warnanya nyerempet ke warna pasir gitukah? Sebenernya mah enggak. Ini tuh deskripsi warnanya apa ya? Medium beige gitu mungkin, soalnya dia warnanya krem, nggak gelap-gelap amat tapi juga tidak super terang. Penjelasan lebih lengkap ntar baca di review-nya yang sudah saya tulis dengan cukup niat dulu. Produk ini merupakan concealer cair dalam tube yang di tutupnya sudah dikasih kuas aplikator untuk penggunaan secara praktis.

Fungsinya bisa untuk menyamarkan noda sekaligus highlight. Saya biasa pakai ini pada area tengah wajah. Jadi dari bawah mata, tengah dahi, tulang hidung, atas bibir, sampai ke dagu.  Nggak saya pakai untuk menutup noda kecil-kecil semacam flek atau bekas jerawat bahkan jerawatnya misalnya ada. Soalnya kalo utuk noda kecil-kecil gitu lebih mantap pakai camouflage cream concealer tadi euy. Nah untuk concealer ini, saya pakai menyamarkan noda juga tapi khusus kantung mata. Dalam menyamarkan kegelapan di bawah mata sih saya rasa dia cukup oke karena coverage-nya bagus, tapi asal kantung matanya bukan yang parah banget sampai sehitam panda gitu ya.

Untuk kamu yang kulitnya nggak terlalu banyak masalah, concealer seperti ini pantas dipilih. Terutama kalau mau pakai concealer-nya lebih ke untuk highlight sih. Pastikan kamu ambil warna yang setingkat lebih terang dibanding warna foundation ya agar efek dimensi dari highlight-nya terlihat bagus. Trus concealer jenis ini juga praktis dipakai dan mudah dibaur karena teksturnya yang cair. Concealer seperti ini biasanya lebih bagus diaplikasikan sesudah pemakaian foundation. Nge-blend-nya ditepuk-tepuk aja ya, jangan digeser agar tidak merusak base di bawahnya.


Treatment Concealer


Sebelum pos ini, saya nulis review tentangnya nih! Ini merupakan liquid concealer juga sebetulnya sama kayak satu concealer di atasnya, tapi bedanya yang ini punya tambahan fungsi treatment di dalamnya. Jadi ini lebih dikhususkan buat area seputar mata dengan masalah gitu ya. Mampu menyamarkan warna gelap sekaligus mengurangi garis halus di sekitar mata secara instant, dan merawatnya kalau dipakai terus-menerus.

Ini cocok buat yang area seputar matanya selain gelap udah ada fine lines juga. Atau bisa juga dipilih buat yang udah seusia saya - wkwkwk - karena di umur yang sudah lebih dari dua puluhan dan masih jomblo ini kerutan mulai gampang muncul. Concealer saya yang ini selain saya pakai di area seputar mata sebetulnya saya gunakan juga untuk highlight, jadi nggak baku hanya untuk area seputar mata aja sih ya walau memang disarankan kalau untuk fungsi treatment concealer-nya ya tepatnya di sana. Oh iya, concealer ini sudah ada aplikator yang selain untuk menaruh produk sebetulnya bisalah untuk meratakan juga jadi sangat praktis. Ini bisa dipakai sesudah foundation juga, tapi kalaupun pakainya mau sebelum juga nggak ada yang ngelarang.


Sudah begitu saja yang bisa saya sampaikan hari ini, semoga tulisannya bermanfaat ya guys :). Selamat memilih concealer yang tepat sesuai kebutuhanmu dan see you!

Senin, 09 Juli 2018

[Review] Maybelline Instant Age Rewind Eraser Dark Circle Treatment Concealer Shade 110 Fair

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Senin guys!!! Tapi berasa biasa aja sih bagi saya, nggak ada beda sama hari-hari lain. Ada yang merasa beda atau sampai kurang bersemangat di hari ini? Kalo gitu baca review saya aja yuk! Hari ini saya mau ngebahas satu produk makeup yang sekiranya nyaris selalu dibutuhkan dalam berdandan. Apakah itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah concealer. Di rumah, saya punya beberapa concealer. Tapi yang sering dipakai sih dua aja, semuanya dari Maybelline. Memang sih sampai saat ini produk-produk makeup kesukaan saya tuh masih didominasi oleh brand asal New York tersebut #pecintadrugstoremakeupguys. Nah dulu saya udah pernah review salah satu concealer Maybelline yang saya punya. Sekarang, giliran yang satunya lagi. Baca terus ke bawah yaa!

Ini adalah Maybelline Instant Age Rewind Eraser Dark Circle Treatment Concealer. Ini saya beli sekitar dua bulan lalu apa ya, pokoknya sebelum puasa kalo ngga salah ingat. Waktu itu karena lihat review concealer ini tuh bagus-bagus, saya jadi tertarik pingin punya juga. Berangkat beli deh jadinya. Sayang pas di counter shade yang tersedia nggak lengkap, tapi teteup saya beli kok. Milih shade 110 Fair, ini sebenarnya terang banget keterangan gitu kalo di kulit saya tapi ngga pa pa karena concealer memang seharusnya berwarna lebih terang. Lagian ini nanti sekalian saya gunakan untuk semacam highlight di area dalam wajah jadi bisa ngasih dimensi sama sisi yang lebih gelap di luar kalau warnanya terang. Baique, kita lanzut ke review.

Kemasan pas dibeli adalah pakai karton yang di atasnya dikasih plastik cetak sebentuk sama isinya gitu. Mirip-mirip kemasan sikat gigi. Jadi tanpa box ya guys. Pada sisi depan kemasan langsung terlihat produk concealer-nya karena plastik di depan bening. Trus ada sejumlah keterangan ditulis di karton depan ini. Klaimnya ini merupakan treatment concealer, jadi semacam makeup sekaligus skincare gitu. Saya nggak terlalu excited sama pernyataan treatment-nya sih, karena bagi saya produk ini lebih bakal difungsiin sebagai makeup gitu bukan skincare. Tapi kalo emang ada tambahan skincare-nya yo ngga pa pa bagus sekalian saya dandan sambil ngerawat kulit.

Maybelline Instant Age Rewind Eraser Dark Circle Treatment Concealer yang namanya panjang ini merupakan concealer sekaligus treatment dengan Haloxyl yang mampu secara instant menghapus lingkaran gelap dan garis halus di seputar area mata. Penjelasan ini di kemasan di-translate ke bahasa Prancis juga. Saya seneng bacanya karena waktu SMA pelajaran bahasa asing di sekolah tuh bahasa Prancis, cuman terlalu banyak kalo musti ditulisin ulang di sini.

Sisi depan udah dibahas, tapi bagian belakangnya saya ulas nanti ya. Sekarang ke bentuk concealer-nya pas udah dikeluarin dari kemasan dulu. Kayak gitu tuh bentuknya. Tabung silinder perpaduan akrilik bening dan warna plum yang tutupnya bening juga. Tutupnya berbentuk setengah lingkaran, lucu deh. Di badan tabung terdapat nama produk, pakai dua bahasa juga. Tabungnya kecil aja, pendek maksud saya. Nggak terlalu berat, ini isinya cuman 6 ml. Shade yang saya punya udah saya sebutin ya tadi nomor 110 Fair atau Clair dalam Prancis-nya.

Kalau kita buka tutupnya, nampak kalau concealer ini udah punya aplikator bawaan yang nyambung ke tabung. Aplikatornya berbentuk setengah lingkaran, sama kayak tutup. Bahannya mirip busa yang ada di aplikator lip cream gitu, semacam spons bulu-bulu. Tadinya pas masih baru aplikator ini warnanya putih, tapi sekarang karena sudah berulang kali saya pakai jadi warnanya terkena cairan concealer.


Sekarang lanjut ke bagian belakang kemasan kita ulas. Bagian belakang kemasan ini lebih banyak tulisannya. Tapi yang ditegaskan tuh lebih ke cara pakainya. Jadi nanti untuk menggunakan produk ini kita harus memutar aplikator terlebih dahulu sesuai arah jarum jam sampai produk terlihat di sponge. Arahnya ada petunjuknya tuh di tabung, udah dikasih panah. Trus setelah produk keluar, aplikasikan concealer lalu blend. Di sini lebih diterangkan bahwa concealer-nya dipakai di bawah mata ya karena ini sekalian buat treatment gitu, cuman kalo saya sih pakainya nggk cuman buat under eye. Untuk pemakaian yang lebih banyak, putar aplikator sebanyak 1-2 kali dalam sekali putar. Ngomong-ngomong saya biasanya juga segitu muternya sekali pakai. Untuk hasil terbaik, gunakan concealer sesuai jumlah yang diinginkan. Maksudnya jangan berlebihan dan jangan terlalu pelit juga. Sponge aplikator memiliki sistem anti microbial, jadi jangan basahi aplikator. Setelah pemakaian selesai, bersihkan concealer yang berlebih dengan tissue kering. Lebih lengkap dan keterangan lainnya, silahkan baca di foto.

Sekarang, saya mau swatch untuk nunjukin warna concealer ini. Nge-swatch-nya langsung dari aplikator yaa. Ini aplikator-nya lumayan enak dipakai, lembut dan empuk gitu. Tapi sayang rada uglak uglik kalau terlalu diseret saat dipakai mengoles produk. Maka saya kadang mengaplikasikan concealer ini dengan ditekan-tekan aja dari aplikator-nya saat mengeluarkan produk. Isinya agak cair, tapi bukan yang seperti air. Ini masih ada kental-kentalnya tapi nggak terlalu creamy. Mudah diaplikasikan, sekali tekan atau oles produknya langsung keluar. Shade Fair ini warnanya light beige yang terang abis, nyaris keliatan putih. Ini jauh dari warna asli kulit saya. Okelah langsung saja kita lihat performance-nya di makeup wajah saya.

Sebelumnya ini saya liatin makeup saya sebelum dipakaiin concealer ya. Di sini sudah pakai foundation tapi nggak saya set dengan bedak. Bisa dilihat kalau kantung mata saya lumayan terlihat. Rada gelap, menggembung sedikit, saya heran itu akibat kurang tidur atau malah kebanyakan molor. Saya akan pakai concealer ini di bawah mata, dan area tengah wajah untuk membuat highlight pada dimensi, jadi bukan untuk ditotol di noda dikit-dikit ya. Untuk urusan noda dan warna kulit tidak merata pada wajah, sudah saya percayakan pada foundation.

Kayak gini saya pakai concealer-nya. Saya selalu begini kalau pakai concealer yang bukan color corrector. Jadi pertama-tama aplikasikan concealer di bawah mata dengan bentuk segitiga sampai ke pipi atas dua-duanya. Trus di tulang hidung sampai ke tengah dahi, atas bibir, dan dagu juga. Pas di wajah saya, warna concealer ini terlihat begitu terang tapi tenang nanti akan saya blend untuk meratakannya sehingga lebih membaur. Di-blend-nya lumayan gampang, cuman produk ini cepat mengering jadi harus cepet membaurnya setelah diaplikasikan. 

Seperti ini setelah di-blend. Hasilnya concealer ini memang mampu membuat area tengah wajah saya menjadi lebih terang dan ter-highlight. Cuma kalau untuk bawah mata sepertinya kurang berpengaruh ya. Kantung mata saya yang gelap belum tertutupi sepenuhnya. Tapi memang sedikit tersamarkan sih. Concealer ini menurut saya coverage-nya sheer, masih kurang nutup dalam satu layer pemakaian. Mungkin saya harus menambah ketebalan concealer untuk menyamarkan kantung mata seluruhnya. Untuk keseluruhan makeup, warna dari shade Fair ini tidak terlampau keterangan setelah saya baur. Jadi concealer ini bisa saya pakai untuk makeup dengan baik tanpa masalah ketidakcocokan warna.

Secara keseluruhan saya bisa dibilang suka sama concealer ini. Kemasannya lucu, udah ada sponge-nya juga lagi kadi praktis kalau mau pakai. Sponge-nya juga mudah diseka pakai tisu kering kok sehabis pakai jadi terjaga lebih bersih. Trus tekstur concealer-nya mudah di-blend walau minus di  terlalu cepet nge-set jadi kering ya. Untuk fungsi treatment dari concealer ini saya nggak memerhatikan sama sekali, sebab seperti saya bilang di awal tadi produk ini saya fungsikan sebagai makeup bukan skincare. Dari segi pilihan warna, awalnya saya pikir ini bakal keterangan banget tapi ternyata enggak kok setelah dibaur. Hasilnya bisa ngepas sama warna kulit dan foundation saya.

Oke jadi kesimpulannya saya suka Maybelline Instant Age Rewind Eraser Dark Circle Treatment Concealer shade 110 Fair ini. Nah sekian dulu ya review dari saya hari ini. Semoga bermanfaat untuk yang sedang nyari-nyari referensi produk concealer. Bye, sampai jumpa di pos berikutnya dan I love you guys!

Price: Rp. 119.000 @ 6 ml
Rate: 3,5/5
Pro's:
+ ada aplikator
+ ‎teksturnya mudah di-apply dan dibaur
Con's:
- coverage-nya kurang
- ‎terlalu cepat nge-set

Kamis, 05 Juli 2018

[Empty & Fully Loaded] Dari Juni Ke Juli

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Saya lahir di akhir tahun. Itu merupakan pilihan yang kurang pas sebenarnya untuk lahir. Soalnya di negara kita, pendaftaran masuk sekolah itu mulainya pada bulan Juli. Tahun ajaran baru tidak dimulai di awal atau akhir tahun. Maka, orang yang lahirnya mepet di ujung tahun kayak saya waktu masuk sekolah umurnya nggak bisa pas gitu. Antara telat setengah atau maju setengah tahun. Yayaya ini bukan hal penting sih sebetulnya untuk dibahas, jadi mari kita beralih ke topik lain yang tidak kalah unfaedahnya. Apalagi kalau bukan empty dan fully loaded. Tulisan tentang produk-produk habis saya dan produk baru yang ada. Untuk pos berlabel ini, saya khususkan isinya adalah berkisar skincare, makeup, dan book. Tapi kalau kadang-kadang nyempil tool gitu ya nggak pa pa sih, maksudnya tool buat makeup ya bukan peralatan nukang. Bulan ini saya lagi memulai lagi naroh isi belanjaan di awal bulan, sesuai kebiasaan manusia pada umumnya.

Untuk bulan ini belanjaan saya ada lumayan. Produk habisnya tapi nggak terlalu banyak. Saya mulai dari yang habis dulu ya. Ngomong-ngomong empty yang saya tulis bulan ini merupakan produk habis dari bulan lalu. Sengaja ditaruh sini biar saya tahu apa-apa aja yang habis dan perbandingannya sama yang beli baru atau dapat baru. Oh ya, untuk book saya akan mulai naruh juga di bulan ini buku apa yang sudah habis saya baca. So, mari kita mulai saja!

Empty Juni


Hada Labo Shirojyun Ultimate Whitening Face Wash
Ini paling cepet habis dibanding rangkaiannya yang lain. Saya tuh beli Hada Labo Shirojyun sepaket lengkap gitu, dan face wash-nya yang duluan habis. Lumayan enak dipakai, saya udah pernah bahas ini dulu. Cuma belakangan saya udah mulai bosan sama face wash ini jadi ngerasanya biasa aja. Review lengkapnya, klik link di bawah yaa :)!


Citra Lulur Natural White Bengkoang Indonesia Body Scrub
Ini baru beli bulan lalu, tapi udah habis aja sekarang. Isinya memang bukan yang terlalu sedikit, tapi karena saya rajin luluran seminggu sekali untuk seluruh tubuh maka ya satu jar lulur akan habis dalam sebulan. Masih tetap suka sama lulurnya Citra, sejauh ini belum kepikiran mau cari merk lain sebagai pengganti.

Clear Shampo Anti Ketombe Natural Black
Ini shampoo-nya udah habis semua tapi bungkusnya udah saya buang. Soalnya sachet sih mana kecil-kecil pula repot kalo saya kudu nyimpen semua. Jadi yang difotoin flyer-nya aja yua. Untuk ukuran sampo anti ketombe, ini bagus. Ya iyalah Clear gitu lo sudah aja sejak saya belum bisa sampoan sendiri brand-nya. Tidak seperti sampo anti ketombe lain pada umumnya, Clear ini tidak bikin kering kerontang di rambut. Hasilnya rambut tetap lembut walau tanpa conditioner sesudahnya. Kalo buat rambut lepek kayak saya nih, ini cucok banget.

Baca juga: [Review] Clear Shampo Anti Ketombe Natural Black

Mentholatum Beauty Mask Double Whitening
Ini belinya bulan lalu juga. Saya belinya empat sih dan sekarang baru habis dua sachet karena saya angot-angotan pakainya, kadang pakai kadang males. Saya udah pernah nulis review tentang sheet mask ini juga ya, tapi varian lain. Link-nya, meluncur ke bawah yha.



Nivea Instant White Firming Body Serum
Nivea ini dulu merk favorit saya untuk body serum dan sudah repurchase hingga berkali-kali. Tapi sekarang tuh pabriknya ngeluarin beragam pilihan body serum yang bagi saya malah jadinya membingungkan. Ini yang udah saya habiskan adalah termasuk varian baru day body serum-nya. Kurang suka dibanding yang dulu. Yang ini lebih kental dan cenderung sukar menyerap. Padahal namanya kan serum, harusnya light dong ya. Efeknya juga saya rasa tidak sebagus dulu. Yaudah deh saat ini bukan favorit lagi.

Nivea Extra White Night Nourish
Versi night serum-nya lebih saya suka, walau ya tetep beda juga sama yang dulu. Yang lama jauh lebih saya favoritkan. Night nourish body serum yang sekarang ini terasa biasa aja gitu efeknya ke kulit saya. Kalau untuk tekstur sih masih mudah menyerap, tapi terasa kayak body lotion aja.


Nivea Body Lotion Intensive Moisture 
Ini enaque sumpah! Teksturnya ringan dan lekas menyerap tanpa rasa lengket sekali dan melembapkan kulit kering. Saya suka sekali body lotion-nya dan harganya juga tergolong tidak mahal untuk ukuran botol besar yang saya beli. Cuma sayang saya nggak suka kemasannya. Botol pump gini sukar dipakai hingga habis isinya. Pasti pas masih nyisa dikit udah nggak keluar di-pump. Dibuka tutupnya pun nggak bisa dituang sampai habis semua. Sayang ya.


Aroma Karsa - Dee Lestari
Sejak awal dibeli, ini buku yang pertama saya baca. Bagus banget bukunya, saya udah bilang berkali-kali bahkan di fully loaded bulan lalu. Ceritanya tuh ngambil tema yang nggak standar, dan karakter tokohnya juga unik-unik. Alurnya kalo diikutin bisa diterka, tapi ending-nya tidak. Saya udah nulis resensi tentang buku ini, link-nya di bawah ya!
Petir - Dee Lestari
Ini saya beli barengan sama Aroma Karsa, tapi bacanya belakangan. Beli karena sedang melengkapi seri Supernova. Petir ini bukunya ringan dan lucu, lebih santai ketimbang dua buku sebelumnya. Saya nggak sabar untuk segera ngelanjutin serinya. Ada yang berbaik hati mau beliin semua buku lanjutannya :D?  

Rich People Problems - Kevin Kwan
Ini merupakan buku ketiga dari seri buku populernya Kevin Kwan. Semuanya tuh bagus-bagus menurut saya kisahnya. Trus latar belakang cerita yang menyebabkan konflik dalam buku juga nggak biasa karena mengambil tema tentang kehidupan kaum jetset Asia. Keren gila deh pokoknya! Deskripsinya juga bagus sehingga kita saat membaca bisa sambil mengimajinasikan adegan dalam buku tuh kurang lebih seperti apa.

Baca juga: [Review] Crazy Rich Asian - Kevin Kwan
[Review] China Rich Girlfriend - Kevin Kwan

Empty bulan kemarin yang saya kumpulin segini aja. Masih ada beberapa lagi sih sebenarnya, tapi itu bukan kosong karena habis, melainkan masih tapi dikasih-kasih jadi nggak bisa difotoin di sini. Oke, jadi sekarang kita lanjut ke isi belanjaan atau produk yang didapat bulan ini.

Fully Loaded Juli


Himalaya Purifying Neem Scrub Rp. 21.700
Pertama ada produk skincare yaitu scrub. Beli ini karena saya sebel sama peeling Larissa yang ada di rumah. Swear itu peeling letoy abis. Butirannya nggak terasa, dipakai kurang mantap, trus nggak ada efek kayak habis di-peeling sesudahnya. Pokoknya biasa nemen. Nyesel saya beli dulu. Jadi saya sekarang beli face scrub baru. Scrub ini termasuk peeling juga kan ya. Milih merk ini karena baca review-nya bagus-bagus dan saya pernah pakai face wash-nya memang beneran bagus.

Himalaya Purifyng Neem Mask Rp. 21.700
Saya sekarang seperti kolektor masker. Di rumah masih punya tiga macam masker saya udah beli lagi. Tertarik karena dari sejak pakai face wash Himalaya yang varian Neem itu udah kepingin beli maskernya juga. Tapi sayang dulu saya nggak nemu mana yang jual. Baru sekarang kesampaian beli deh jadinya.

Cethapil Gentle Skin Cleanser Rp. 89.000
Terus beli ini karena keracunan review bagus di mana-mana. Kayaknya semua orang yang kulitnya bagus ngerekomendasiin cuci muka pakai produk ini deh. Cethapil ini merupakan produk pembersih kulit yang bisa digunakan untuk wajah maupun tubuh dengan formula lembutnya. Saya tahu produk ini sudah lama, tapi selalu ragu saat mau beli karena harganya mahal. Tapi bulan ini saya nggak tahan harus nyobain. Jadi beli yang kemasan kecil dulu deh. Ini pun mahal menurut saya untuk ukuran botol kecil. Saya pakai buat cuci muka aja, nggak buat tubuh karena sayang, nanti boros dan cepat habis.

Emina Sugar Rush Lip Scrub Rp. 30.500
Ini beli lagi setelah cukup lama dulu saya pernah menghabiskan satu jarJar-nya super kecil, tapi awet banget kok. Ini saya butuhkan untuk mengeksfoliasi bibir dari segala sel-sel kulit mati dan sisa lipstick.


Safi Age Defy Gold Water Essence Rp. 121.500
Tidak tahu kenapa beli produk ini, sepertinya cuma untuk menghabiskan uang aja. Soalnya saya tuh sebenernya masih punya essence di rumah. Ketambah beli ini pula. Makin banyak deh tanggungan essence yang musti saya pakai. Untung produknya bagus. Safi ini merupakan brand skincare baru ya di Indonesia, biarpun di negara asalnya udah ada sejak lama. Biarpun baru, tapi langsung booming loh produknya. Dengan tagline halalnya, sepertinya skincare Safi bakal menjadi saingan Wardah dari lini produk lokal. Untuk skincare-nya aja tapi, soal makeup sepertinya Wardah masih megang soalnya setahu saya di Indonesia nggak ada makeup merk Safi. Memang brand-nya tidak memproduksikah?

Safi Age Defy Eye Contour Treatment Rp. 93.500
Kalau ini beli karena butuh. Tadinya saya tuh plin plan antara mau pakai skincare untuk area seputar mata enggak, tapi mengingat usia yang semakin bertambah rasanya perlu. Jadi saya beli deh. Tadinya udah milih-milih mau beli produk eye cream dari L'oreal mengingat saya suka sama skincare-nya yang saya punya di rumah. Tapi bete gegara BA L'oreal yang jaga waktu itu jutek dan ngeselin orangnya. Ngomong-ngomong saya belinya di Mutiara yang deket Lempuyangan. Saya nanya belum selesai udah dipotong pertanyaan saya sama jawaban pendek dan ketus dia. Begitu berulang-ulang. Padahal saya nanyanya baik-baik loh. Kan saya sebagai konsumen sebelum beli suatu produk tuh mau memperoleh informasi dulu tentang produk tersebut, apakah tepat saya pilih atau tidak. Akhirnya saya kezel deh dan batal beli. Pindah ke counter-nya Safi jadinya yang punya BA ramah plus bersahabat. Waktu itu saya belanjanya sore jelang malam ya, dan mungkin pas waktu itu BA-nya L'oreal lagi capek. Tapi itu bukan alasan untuk ngejutekin konsumen yang harusnya dilayanin. Kan memang kerjaan dia ada di sana untuk melayani pembeli. Kalau seperti itu mending belanja di swalayan yang ngambil sendiri produknya dong. Lagian begini, si BA tersebut kan ya nggak sehari semalam berdiri di balik counter terus. Pasti dia ada jam kerjanya, jadi harusnya tahu dong saat itu masih jam kerja, yang saya rasa tidak overtime menurut jam kerja di Indonesia. Jadi sebaiknya harus selalu professional.

QL Underarm Lightening Cream Rp. 48.400
Kenapa saya beli ini? Karena saya sudah putus asa mencerahkan ketiak pakai deodorant. Makanya memutuskan beralih ke produk baru, cream ini. Sebelum beli QL sempet mau nyari produk lain yang dijual online, tapi karena udah nemu QL yang lebih mudah diperoleh yaudah ini aja. Selain buat keti, cream ini bisa juga dipakai di bagian-bagian lipatan tubuh lainnya yang perlu dicerahkan, juga bisa untuk bekas luka.

Nature Republic Aloe Vera Rp. 95.000
Beli ini baru sekarang, telat hits saya. Baru tertarik beli saat ini karena sekarang harganya udah turun wkwkwk. Saya kan pelit sebetulnya seperti Paman Gober kalau beli sesuatu, walau sering belanja tanpa berpikir untuk barang-barang tertentu. Sebelum beli Nature Republic saya sempat tertarik sama The Saem juga, tapi akhirnya pilih Nature Republic yang banyak alkoholnya. Soalnya kulit saya bukan tipe yang anti alkohol banget sih. Lagian menurut saya, alkohol kan antiseptik jadi sebetulnya malah nggak pa pa di kulit. Ini saya pakai di wajah, walau sebetulnya bisa untuk semua bagian tubuh sih. Dan kulit wajah saya itu mudah bermasalah, terutama komedo dan jerawat bruntus. Saya harap kalau pakai produk yang beralkohol ini malah bisa mengatasi masalah tersebut.


Emina Cheeklit Pressed Blush Violet Berry Rp. 30.600
Saya nggak punya blush on single beneran. Punyanya yang di palette gede satu sama cream blush yang nggak bisa dipake di atas complexion - karena teksturnya merusak makeup di bawahnya. Jadi beli deh satu blush on. Rada nyesel dulu saya punya beberapa blush on dan eye shadow dalam palette kecil tapi malah disingkirkan. Tapi yasudah nggak pa pa. Malah artinya sekarang bisa beli yang baru lagi. Milih dari Emina karena lucu kemasannya dan review-nya juga bagus. Pas di counter Emina, sama BA-nya disarankan milih shade best seller menurut dia yaitu yang peach karena katanya paling kelihatan alami semu-semu doang warnanya tapi saya ogah. Milih warna yang Violet Berry aja karena lebih nge-pink. Dari empat tester yang tersedia, warna ini memang yang paling jreng. Berhubung saya menor tentu sukanya warna-warna yang mencolok dong. Bagi saya percuma pakai blush on kalau warnanya nyaris nggak keliatan. Jadi kalau pakai kudu yang jreng sekalian.

Maybelline The Powder Mattes Touch Of Nude Rp. 46.800
Beli lagi karena punya saya yang lama udah patah. Yang lama itu masih panjang padahal isinya. Trus udah saya coba sambungin lagi dan sekarang malah sudah berpindah kepemilikan barangnya. Sekarang saya beli lagi yang baru, tapi beda warna ini. Pas beresin koleksi lisptick yang masih disimpen di rumah, saya baru nyadar kalo saya tuh udah nggak punya warna nude yang bener-bener muda. Makanya pas beli lipstick baru milihnya warna Touch Of Nude yang muda banget. Untuk dasar ombre lips ini biar lebih yahud. Soalnya kalau bikin ombre pake dasar yang nggak terlalu nude lipstick-nya, warna di tengah jadi kurang kelihatan jreng. Oh iya, selain lipstick ini tadinya saya mau beli juga lip matte dari Maybelline tapi batal karena stoknya habis. Sial sekali ya. Trus mau beli lip matte-nya L'oreal tapi ogah karena BA-nya yang jutek itu. Pingin beli foundation-nya juga lho padahal tapi nggak jadi karena selain BA jutek juga stoknya habis.

Brush Set Rp. 250.000
Akhirnyaaa saya kesampaian beli brush set yang buanyak isinya! Senang sekali walau ini bukan kuas branded. Trus pilihan warnanya juga cuma satu karena waktu ini stok terakhir di tokonya. Tidak apa-apa saya tetap senang kok. Ini brush set isinya ada 32 kuas yang macam-macam bentuk dan fungsinya. Kalau dihitung dari harga berarti murah ya. Satu kuas jadinya under 10 ribu rupiah kalau dibagi dari harga total. Udah ada case-nya pula walau nggak terlalu yang bagus banget. Case-nya berbahan kulit sintetis, baunya mirip jaket kulit imitasi yang biasa dijual di lapak-lapak pinggir jalan itu. Untuk penutup ada talinya, sayang padahal saya berharap ada kancing aja. Tapi dalamnya cukup baik, ada kantong-kantong untuk menyimpan masing-masing kuas. Kuasnya sendiri bergagang plastik dengan bulu sintetis tentu saja, tapi cukup kuat dan lembut. Semoga bakal awet dan bagus terus yaa :)!
So, itu saja produk habis atau selesai dari bulan lali dan barang-barang baru yang saya miliki di bulan ini. Sekian dulu ya nulisnya hari ini. Terimakasih sudah membaca, dan sampai jumpa di pos selanjutnya!

Minggu, 01 Juli 2018

[Beauty Talk] Obrolan Seputar Skincare

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Hola! Selamat bulan baru beauties :). Kembali lagi di pos awal bulan yang bertepatan dengan hari libur dan pengumuman kenaikan harga BBM non subsidi. Sekarang udah Juli aja ya tahu-tahu. Tahun ini bagi saya waktu cepat sekali berlalunya. Wow padahal perasaan baru kemarin saya ngerayain tahun baru. Di awal bulan yang sudah pertengahan tahun ini guys, dipikir-pikir nasib saya tidak ada perubahan berarti. Apalagi soal jodoh, tak kunjung datang. Huhuhu betapa malangnya nasib saya T_T. Tapi tentu saja tyda perlu ditangisi, jadi sebaiknya menghibur diri saja dengan menulis pos pertama di bulan ini.

Tema kita di awal bulan ini adalah pembicaraan mengenai kecantikan. Tadinya saya galau mau nulis perihal skincare routine atau topik lain. Tapi jadinya ke topik lain, yaitu sesuai judul di atas. Soal skincare routine, belum mau nulis dulu deh. Soalnya saya tuh plin plan anaknya gonta ganti rangkaian skincare mulu. Jadi nanti udah ditulis lengkap, eh taunya saya ganti produk. Cuma memang yang namanya skincare seumur hidup tentu satu orang nggak akan pakai satu kombinasi itu-itu melulu aja produknya. Pasti ganti-ganti juga ketika dirasa ada yang lebih bagus, lebih cocok, lebih sreg. Jadi mungkin kelak saya akan nulis skincare routine yang di-update setiap ganti. Hari ini, nulis hal-hal seputar skincare aja dulu.

Pertama, saya mau ngebahas soal pemilihan sabun yang sesuai untuk jenis kulit kering. Kenapa ngobrolin soal ini? Karena saya tuh termasuk orang yang kulitnya kering dan agak pemilih untuk urusan sabun. Yang saya maksud di sini adalah sabun badan ya. Dulu, saya sempat bingung antara mau pakai sabun batang atau cair untuk kulit kering. Nyari-nyari informasi sebelum beli sabun, dapat dua pendapat berbeda. Yang pertama mengatakan bahwa kulit kering bagusnya pakai sabun batang aja. Pendapat lain menyebutkan kalau penggunaan sabun cair lebih baik bagi kulit kering. Jadi manakah yang benar? Kita bahas satu persatu.

Sabun batang dibuat dari bahan pembersih - biasanya bernama sodium hydroxide. Bahan tersebut berguna untuk membersihkan kotoran yang melekat pada kulit, namun sayang efeknya adalah membuat kulit menjadi kering. Saya sudah mencoba memakai sabun batang, dan hasilnya bagi saya memang tidak cocok untuk jenis kulit kering karena sehabis mandi menjadikan kulit terasa kesat dan bergurat jika digores. Tapi bukan berarti kita bisa pukul rata semua sabun batang pasti mengeringkan kulit. Sebab, ada kok sabun batang yang banyak kandungan emollient atau moisturizer-nya untuk melembapkan kulit. Saya bisa memilih sabun yang seperti itu. Selain itu jika pemilik kulit kering ingin memakai sabun batang, bisa juga mencari sabun tidak terlalu banyak mengandung alkali agar lebih ramah bagi kulit.

Kalau sabun cair, biasanya lebih tidak mengeringkan kulit dibanding kalau pakai sabun batang. Soalnya rata-rata sabun cair memang sudah dikasih bahan pelembap di dalamnya. Ini sudah saya buktikan sih. Sejauh saya mencoba berbagai jenis sabun, rata-rata sabun cair sehabis dipakai tidak meninggalkan kesan kesat dan kering pada kulit. Meskipun demikian tetap ada juga sabun cair yang efeknya kering. Sebenarnya semua sabun tuh fungsi utamanya adalah membersihkan kulit, namun dari proses pembersihan ini bisa juga ikut mengangkut minyak alami yang terdapat pada kulit. Makanya bisa aja semua jenis sabun mengeringkan kulit, soalnya tergantung pada bahan yang ada di dalamnya apakah memang berefek mengeringkan atau tidak. Jadi intinya mau sabun batang ataupun cair, sama-sama bisa dipakai oleh jenis kulit kering, namun pastikan dulu varian dan kandungan di dalamnya. Pastikan sabun tersebut berlabel moisturizing untuk menjaga kulit senantiasa lembap walau sehabis mandi. Pilihan lain, mandinya jangan pakai sabun. Eh ada lho produk skin cleanser yang bebas sabun, walau memang harganya jauh lebih mahal ketimbang sabun.


Topik kedua soal SPF. Sebagai orang yang tinggal di negara tropis, persoalan memakai produk perlindungan terhadap sinar UV menjadi suatu hal penting dan sering digembar-gemborkan di semua media kecantikan. Dari sini berkembang sebuah pendapat, bahwa SPF tinggi berarti tingkat perlindungannya tinggi dan SPF rendah berarti sebaliknya, sehingga memakai sunscreen dengan SPF tinggi lebih bagus dibanding SPF rendah. Yang setuju sama pendapat ini buanyak. Awalnya saya juga. Tapi lama-lama saya ngelihat kok banyak juga produsen sunscreen yang ngasih SPF rendah aja di produknya. Apakah sama saja sebetulnya SPF tinggi maupun rendah tingkat perlindungannya? Kemudian saya baca-baca sampai nemu penjelasannya.

SPF adalah singkatan dari Sun Protection Factor, yang merupakan ukuran seberapa baik suatu produk dapat melindungi kulit dari sinar UVB. UVB aja ya, soalnya kalau UVA itu yang bisa menangkal adalah PA. SPF memiliki berbagai angka labeling, misalnya saja SPF 15, SPF 30, SPF 50, dan sebagainya. Angka ini mengacu pada berapa lama sunscreen tersebut dapat bertahan melindungi setelah dipakai. Selain itu, angka ini juga membedakan seberapa besar perlindungan sunscreen, walaupun sebenarnya antara angka satu dengan yang lain tidak terlampau jauh bedanya. Sebagai perbandingan,  SPF 15 mampu menahan sampai 93% UVB, SPF 30 97% UVB, dan SPF 50 98% UVB. Tuh kan nggak jauh beda tingkatnya.

Karena perbedaan kemampuan melindungi dari sinar UVB yang tidak terlalu signifikan, maka sebenarnya memakai sunscreen dengan SPF rendah misalnya SPF 15 atau SPF 30 saja sudah cukup, asal dengan jumlah pemakaian produk yang sesuai. Maksudnya jangan pakai terlalu tipis, justru pakailah agak banyak agar kerjanya maksimal dan ulangi pemakaian secara berulang setiap jangka waktu tertentu. Sunscreen dengan SPF tinggi semisal dari angka SPF 75 atau bahkan SPF 100, sebetulnya tidak jauh berbeda tingkat perlindungannya dari angka yang lebih rendah. Yang beda adalah waktu perlindungan yang mampu diberikan. Makin tinggi angka SPF, makin lama dia mampu bertahan melindungi. Tapi ini bukan masalah besar saat memakai SPF rendah, kembali lagi bisa re-apply. Baique jadi intinya SPF tinggi bukan berarti lebih bagus ketimbang SPF rendah ya. Pilih aja yang sesuai kebutuhan dan kenyamanan kulit.


Selanjutnya hal ketiga, ini soal beda skincare yang natural dan organik. Jaman sekarang rasanya banyak orang menggemari segala sesuatu yang ada embel-embel natural-nya, termasuk soal skincare. Maka lalu banyak produsen skincare memanfaatkan kesempatan ini. Bertubi-tubi deh di pasaran muncul skincare berlabelkan natural atau alami. Dan produknya laris, begitulah pokoknya. Soalnya banyak konsumen yang berpendapat bahwa alami lebih aman. Pendapat ini ada tidak salah sih, walau juga tidak sepenuhnya benar. Sebab, tidak semua bahan alami tidak memicu reaksi negatif dari kulit dan tidak semua bahan kimia berbahaya. Kembali ke topik semula, beberapa orang menganggap sama antara skincare yang natural dengan organik. Tapi saya penasaran dan menganggapnya tidak sama sehingga saya cari tahu perbedaannya. Untuk lebih jelasnya, mari kita pahami definisi keduanya.

Natural bisa diartikan alami. Tapi sebenarnya kata natural dalam industri kecantikan tidak punya standar khusus atau patokan untuk mengukurnya sih. Jadi intinya suatu produk bisa dikatakan natural skincare jika mengandung bahan yang berasal dari alam, misalnya tumbuh-tumbuhan. Kalau sudah melalui proses kimia sampai menjadi suatu produk atau sudah ditambah bahan-bahan sintetis sebagai campurannya, apakah tetap disebut natural juga? Sebagian orang menganggapnya bisa, sebagian lagi tidak karena dianggap sudah tercampur atau tidak murni. Sampai saat ini tidak ada klasifikasi khusus yang menentukan suatu produk bisa dikatakan natural atau bukan natural. Jadi bingung juga ya. Satu produk bisa dibilang natural karena benar-benar alami, yang lainnya juga bisa disebut demikian karena punya kandungan ekstrak bahan alam walaupun juga melewati proses kimia atau tambahan bahan kimia.

Kalau organik, suatu produk skincare bisa disebut organik jika sudah mendapat sertifikasi khusus dari lembaga tertentu yang berkewenangan. Untuk bisa mendapat label organik ini suatu produk atau bahkan brand yang memproduksi harus memenuhi sejumlah syarat tertentu, tidak hanya cukup mengandung bahan alami di dalamnya. Syarat ini misalnya memiliki kandungan bahan organik di dalam produk, yang  berasal dari lahan organik juga, lalu diproduksi dengan proses yang bebas dari paparan kimia sintetis. Kemudian tidak mengandung bahan semacam pengawet, pewarna, atau pewangi buatan. Bisa termasuk juga bebas animal testing, cruelty free, dan non toxic.

Intinya syaratnya banyak. Supaya lebih gampang, memahaminya disederhanakan saja jadi begini. Semua produk yang organik sudah pasti natural, namun produk natural belum tentu organik. Jadi sudah jelas ya kalau natural dan organik berlainan. Untuk memilih produk organik, kita bisa melihat dari label yang tertera. Jika suatu produk atau brand benar-benar organik pasti ada label sertifikasinya. Kalau soal menentukan produk yang natural, itu balik ke pemikiran masing-masing sih ya. Bedakan saja berdasar deskripsi yang saya tulis di atas, dan sesuaikan dengan keyakinan berdasar pengetahuan diri sendiri.

Sudah itu saja hal-hal seputar skincare yang bisa saya share pada obrolan hari ini. Penting nggak penting, baca aja lah ya. Dan mohon koreksi jika ada yang kurang tepat. Semoga ada manfaat dari tulisan ini yang bisa dipetik :). Terimakasih sudah baca dan sampai jumpa di pos berikutnya!