Minggu, 01 Juli 2018

[Beauty Talk] Obrolan Seputar Skincare

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Hola! Selamat bulan baru beauties :). Kembali lagi di pos awal bulan yang bertepatan dengan hari libur dan pengumuman kenaikan harga BBM non subsidi. Sekarang udah Juli aja ya tahu-tahu. Tahun ini bagi saya waktu cepat sekali berlalunya. Wow padahal perasaan baru kemarin saya ngerayain tahun baru. Di awal bulan yang sudah pertengahan tahun ini guys, dipikir-pikir nasib saya tidak ada perubahan berarti. Apalagi soal jodoh, tak kunjung datang. Huhuhu betapa malangnya nasib saya T_T. Tapi tentu saja tyda perlu ditangisi, jadi sebaiknya menghibur diri saja dengan menulis pos pertama di bulan ini.

Tema kita di awal bulan ini adalah pembicaraan mengenai kecantikan. Tadinya saya galau mau nulis perihal skincare routine atau topik lain. Tapi jadinya ke topik lain, yaitu sesuai judul di atas. Soal skincare routine, belum mau nulis dulu deh. Soalnya saya tuh plin plan anaknya gonta ganti rangkaian skincare mulu. Jadi nanti udah ditulis lengkap, eh taunya saya ganti produk. Cuma memang yang namanya skincare seumur hidup tentu satu orang nggak akan pakai satu kombinasi itu-itu melulu aja produknya. Pasti ganti-ganti juga ketika dirasa ada yang lebih bagus, lebih cocok, lebih sreg. Jadi mungkin kelak saya akan nulis skincare routine yang di-update setiap ganti. Hari ini, nulis hal-hal seputar skincare aja dulu.

Pertama, saya mau ngebahas soal pemilihan sabun yang sesuai untuk jenis kulit kering. Kenapa ngobrolin soal ini? Karena saya tuh termasuk orang yang kulitnya kering dan agak pemilih untuk urusan sabun. Yang saya maksud di sini adalah sabun badan ya. Dulu, saya sempat bingung antara mau pakai sabun batang atau cair untuk kulit kering. Nyari-nyari informasi sebelum beli sabun, dapat dua pendapat berbeda. Yang pertama mengatakan bahwa kulit kering bagusnya pakai sabun batang aja. Pendapat lain menyebutkan kalau penggunaan sabun cair lebih baik bagi kulit kering. Jadi manakah yang benar? Kita bahas satu persatu.

Sabun batang dibuat dari bahan pembersih - biasanya bernama sodium hydroxide. Bahan tersebut berguna untuk membersihkan kotoran yang melekat pada kulit, namun sayang efeknya adalah membuat kulit menjadi kering. Saya sudah mencoba memakai sabun batang, dan hasilnya bagi saya memang tidak cocok untuk jenis kulit kering karena sehabis mandi menjadikan kulit terasa kesat dan bergurat jika digores. Tapi bukan berarti kita bisa pukul rata semua sabun batang pasti mengeringkan kulit. Sebab, ada kok sabun batang yang banyak kandungan emollient atau moisturizer-nya untuk melembapkan kulit. Saya bisa memilih sabun yang seperti itu. Selain itu jika pemilik kulit kering ingin memakai sabun batang, bisa juga mencari sabun tidak terlalu banyak mengandung alkali agar lebih ramah bagi kulit.

Kalau sabun cair, biasanya lebih tidak mengeringkan kulit dibanding kalau pakai sabun batang. Soalnya rata-rata sabun cair memang sudah dikasih bahan pelembap di dalamnya. Ini sudah saya buktikan sih. Sejauh saya mencoba berbagai jenis sabun, rata-rata sabun cair sehabis dipakai tidak meninggalkan kesan kesat dan kering pada kulit. Meskipun demikian tetap ada juga sabun cair yang efeknya kering. Sebenarnya semua sabun tuh fungsi utamanya adalah membersihkan kulit, namun dari proses pembersihan ini bisa juga ikut mengangkut minyak alami yang terdapat pada kulit. Makanya bisa aja semua jenis sabun mengeringkan kulit, soalnya tergantung pada bahan yang ada di dalamnya apakah memang berefek mengeringkan atau tidak. Jadi intinya mau sabun batang ataupun cair, sama-sama bisa dipakai oleh jenis kulit kering, namun pastikan dulu varian dan kandungan di dalamnya. Pastikan sabun tersebut berlabel moisturizing untuk menjaga kulit senantiasa lembap walau sehabis mandi. Pilihan lain, mandinya jangan pakai sabun. Eh ada lho produk skin cleanser yang bebas sabun, walau memang harganya jauh lebih mahal ketimbang sabun.


Topik kedua soal SPF. Sebagai orang yang tinggal di negara tropis, persoalan memakai produk perlindungan terhadap sinar UV menjadi suatu hal penting dan sering digembar-gemborkan di semua media kecantikan. Dari sini berkembang sebuah pendapat, bahwa SPF tinggi berarti tingkat perlindungannya tinggi dan SPF rendah berarti sebaliknya, sehingga memakai sunscreen dengan SPF tinggi lebih bagus dibanding SPF rendah. Yang setuju sama pendapat ini buanyak. Awalnya saya juga. Tapi lama-lama saya ngelihat kok banyak juga produsen sunscreen yang ngasih SPF rendah aja di produknya. Apakah sama saja sebetulnya SPF tinggi maupun rendah tingkat perlindungannya? Kemudian saya baca-baca sampai nemu penjelasannya.

SPF adalah singkatan dari Sun Protection Factor, yang merupakan ukuran seberapa baik suatu produk dapat melindungi kulit dari sinar UVB. UVB aja ya, soalnya kalau UVA itu yang bisa menangkal adalah PA. SPF memiliki berbagai angka labeling, misalnya saja SPF 15, SPF 30, SPF 50, dan sebagainya. Angka ini mengacu pada berapa lama sunscreen tersebut dapat bertahan melindungi setelah dipakai. Selain itu, angka ini juga membedakan seberapa besar perlindungan sunscreen, walaupun sebenarnya antara angka satu dengan yang lain tidak terlampau jauh bedanya. Sebagai perbandingan,  SPF 15 mampu menahan sampai 93% UVB, SPF 30 97% UVB, dan SPF 50 98% UVB. Tuh kan nggak jauh beda tingkatnya.

Karena perbedaan kemampuan melindungi dari sinar UVB yang tidak terlalu signifikan, maka sebenarnya memakai sunscreen dengan SPF rendah misalnya SPF 15 atau SPF 30 saja sudah cukup, asal dengan jumlah pemakaian produk yang sesuai. Maksudnya jangan pakai terlalu tipis, justru pakailah agak banyak agar kerjanya maksimal dan ulangi pemakaian secara berulang setiap jangka waktu tertentu. Sunscreen dengan SPF tinggi semisal dari angka SPF 75 atau bahkan SPF 100, sebetulnya tidak jauh berbeda tingkat perlindungannya dari angka yang lebih rendah. Yang beda adalah waktu perlindungan yang mampu diberikan. Makin tinggi angka SPF, makin lama dia mampu bertahan melindungi. Tapi ini bukan masalah besar saat memakai SPF rendah, kembali lagi bisa re-apply. Baique jadi intinya SPF tinggi bukan berarti lebih bagus ketimbang SPF rendah ya. Pilih aja yang sesuai kebutuhan dan kenyamanan kulit.


Selanjutnya hal ketiga, ini soal beda skincare yang natural dan organik. Jaman sekarang rasanya banyak orang menggemari segala sesuatu yang ada embel-embel natural-nya, termasuk soal skincare. Maka lalu banyak produsen skincare memanfaatkan kesempatan ini. Bertubi-tubi deh di pasaran muncul skincare berlabelkan natural atau alami. Dan produknya laris, begitulah pokoknya. Soalnya banyak konsumen yang berpendapat bahwa alami lebih aman. Pendapat ini ada tidak salah sih, walau juga tidak sepenuhnya benar. Sebab, tidak semua bahan alami tidak memicu reaksi negatif dari kulit dan tidak semua bahan kimia berbahaya. Kembali ke topik semula, beberapa orang menganggap sama antara skincare yang natural dengan organik. Tapi saya penasaran dan menganggapnya tidak sama sehingga saya cari tahu perbedaannya. Untuk lebih jelasnya, mari kita pahami definisi keduanya.

Natural bisa diartikan alami. Tapi sebenarnya kata natural dalam industri kecantikan tidak punya standar khusus atau patokan untuk mengukurnya sih. Jadi intinya suatu produk bisa dikatakan natural skincare jika mengandung bahan yang berasal dari alam, misalnya tumbuh-tumbuhan. Kalau sudah melalui proses kimia sampai menjadi suatu produk atau sudah ditambah bahan-bahan sintetis sebagai campurannya, apakah tetap disebut natural juga? Sebagian orang menganggapnya bisa, sebagian lagi tidak karena dianggap sudah tercampur atau tidak murni. Sampai saat ini tidak ada klasifikasi khusus yang menentukan suatu produk bisa dikatakan natural atau bukan natural. Jadi bingung juga ya. Satu produk bisa dibilang natural karena benar-benar alami, yang lainnya juga bisa disebut demikian karena punya kandungan ekstrak bahan alam walaupun juga melewati proses kimia atau tambahan bahan kimia.

Kalau organik, suatu produk skincare bisa disebut organik jika sudah mendapat sertifikasi khusus dari lembaga tertentu yang berkewenangan. Untuk bisa mendapat label organik ini suatu produk atau bahkan brand yang memproduksi harus memenuhi sejumlah syarat tertentu, tidak hanya cukup mengandung bahan alami di dalamnya. Syarat ini misalnya memiliki kandungan bahan organik di dalam produk, yang  berasal dari lahan organik juga, lalu diproduksi dengan proses yang bebas dari paparan kimia sintetis. Kemudian tidak mengandung bahan semacam pengawet, pewarna, atau pewangi buatan. Bisa termasuk juga bebas animal testing, cruelty free, dan non toxic.

Intinya syaratnya banyak. Supaya lebih gampang, memahaminya disederhanakan saja jadi begini. Semua produk yang organik sudah pasti natural, namun produk natural belum tentu organik. Jadi sudah jelas ya kalau natural dan organik berlainan. Untuk memilih produk organik, kita bisa melihat dari label yang tertera. Jika suatu produk atau brand benar-benar organik pasti ada label sertifikasinya. Kalau soal menentukan produk yang natural, itu balik ke pemikiran masing-masing sih ya. Bedakan saja berdasar deskripsi yang saya tulis di atas, dan sesuaikan dengan keyakinan berdasar pengetahuan diri sendiri.

Sudah itu saja hal-hal seputar skincare yang bisa saya share pada obrolan hari ini. Penting nggak penting, baca aja lah ya. Dan mohon koreksi jika ada yang kurang tepat. Semoga ada manfaat dari tulisan ini yang bisa dipetik :). Terimakasih sudah baca dan sampai jumpa di pos berikutnya!

4 komentar:

  1. Aku masih ngeraba-raba tentang SPF, UVA dan UVB, sepertinya harus lebih sering membaca nih aku heehhe. Thanks infonya Dessy. Salam kenal.

    Meta,
    www.ursula-meta.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Meta salam kenal juga, makasih yaa sudah baca :).

      Hapus
  2. Hy mba, boleh tau ga produk ap aj yg mba pakai . krn kulit kita sama , yaitu cenderung kemarau alias kering hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai! Untuk saat ini aku pakainya rada banyak produk. Pembersihnya Garnier micellar water/Mustika Ratu pembersih. Face washnya Hada Labo gokujyun/Cethapil. Toner/essence Wardah/Hada labo/L'oreal/Safi. Pelembap L'oreal/Hada Labo. Sunscreen Emina.

      Hapus