Rabu, 27 Februari 2019

[Review] Maybelline New York Hyper Sharp Power Black

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Kembali lagi, hari ini saya mau review satu produk makeup dari Maybelline. Ini adalah Maybelline New York Hyper Sharp Power Black. Eyeliner ini tuh. Saya punyanya udah lumayan lama. Dulu beli karena memang pingin punya eyeliner bentuk spidol. Biasanya kan saya pakai yang liquid atau gel. Baiklah langsung saja mulai review-nya sekarang ya!

Harganya Rp. 91.000 sebatang. Isinya saya nggak tahu karena di kemasan nggak tertulis. Mungkin dulu ada di plastik seal-nya karena tanpa box, tapi udah saya buang sejak lama jadi pokoknya nggak tahu. Tapi ini udah sering saya pakai belum habis juga. Soalnya memang saya pakainya irit-irit sih bergantian sama produk lain.


Bentuknya mirip spidol atau pen karena ini ramping. Setahu saya Maybelline mengeluarkan beberapa varian eyeliner kayak gini, punya saya yang kemasan merah. Nggak ada aromanya. Ujungnya lancip dan kecil, mudah untuk bikin garis tipis tajam tapi ditebelin juga bisa.


Warna eyeliner-nya pure black dengan tekstur nggak terlalu basah, ya mirip kalau pigmen spidol diaplikasiin. Bentuk mata saya tuh bulat tapi tepinya agak turun, jadi kalau pakai eyeliner harus selalu bentuknya cat eye pakai wing untuk mengoreksinya. Eyeliner ini dipakai di garis atas bulu mata sekali tarik bisa jadi garis yang presisi, tapi kalau pas pakai eyeshadow di kelopak kadang warna eyeliner-nya kalah nggak mau keluar jadi harus di-apply berulang-ulang. Pas diaplikasikan langsung kering dan finish-nya matte. Waterproof kalau kena guyur air aja, tapi kalau digosok luntur. Mudah dibersihkan.

Saya biasa aja sama produk ini. Pas awal beli memang suka sih karena excited, tapi lama-lama dipakai makin biasa aja kesannya. Tetap masih saya pakai produknya walau menurut saya tidak istimewa, soalnya udah dibeli sih sayang kan kalau dianggurin. Nah segitu saja ya review kali ini. Lagi mager nulis tahu nggak sih soalnya mood saya sedang kacau. Maaf ya, tapi semoga review kali ini bermanfaat. Terimakasih semua yang sudah baca!

Senin, 25 Februari 2019

[Review] Harry Potter - JK Rowling

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Ada yang nggak kenal Harry Potter? Kecuali kamu tidak mau tahu pasti kenal lah ya. Secara ini tuh tokoh fiksi fenomenal sejak bukunya rilis pertama kali, hingga lanjut berjilid-jilid dan akhirnya dibikin film yang sama fenomenalnya. Harry Potter adalah buku favorit saya sepanjang masa sampai saat ini. Saya pertama kali tahu Harry sejak SD, tapi waktu itu belum paham banget ini tuh buku apa sih sebenernya kenapa seheboh itu. Lalu baca buku benerannya pas SMP - SMA, sama nonton filmnya walau nggak pas rilis melainkan lewat DVD. Jaman dulu DVD masih keren banget itungannya untuk nonton film karena belum ada platform nonton online seperti sekarang. Saya sudah tamatin baca dan nonton Harry Potter bahkan berkali-kali tapi tetap saja suka dan tidak keberatan baca atau nonton ulang. Lalu mulai deh beli bukunya untuk dibaca sekaligus koleksi. Soalnya dulu tuh saya bacanya selalu pinjam dari perpustakaan karena tergolong buku mahal kalo beli sendiri, maklum budget anak sekolah waktu itu nggak banyak. Belinya bertahap nggak langsung semua, karena sekarang pun sebetulnya buku ini masih tergolong mahal. Sudah kekumpul semua, saya sekarang punya tujuh seri buku Harry Potter deh. Yeay lengkap!


Ketujuhnya udah saya baca ulang walau sebenernya udah jelas tahu jalan cerita maupun ending-nya. Nah hari ini mau saya review buku ini. Saya nggak akan menulis sinopsis karena saking terkenalnya buku ini pasti kalian udah ngerti isi ceritanya. Jadi saya akan membahas buku ini dari sudut pandang pribadi. Harry Potter udah dicetak berkali-kali sejak terbit pertama. Saya punya yang cetakan terbaru ber-cover kartun warna warni. Versi sekarang lebih menarik dan ceria deh desain sampulnya. Oh iya saya koleksinya yang terjemahan bahasa. Pingin juga ngumpulin versi aslinya, tapi lebih mahal huft. Doakan saja saya banyak rezeki ya dan bisa punya juga. Waktu beli buku ketujuh atau terakhir seri terjemahan ini, dapat bonus poster dan box bergambar Harry Potter juga. Nggak saya pakai apa-apa sih kedua benda tersebut, disimpan aja karena sayang. Hmm, sekarang mulai saja bahas bukunya satu persatu yuk!

Harry Potter dan Batu Bertuah


Buku pertama diawali dengan pengenalan tokoh. Di sini Harry muncul dibawa Hagrid dengan ditemani Profesor Dumbledore dan Profesor McGonagal untuk diserahkan secara tidak langsung kepada keluarga Dursley kerabatnya di dunia muggle walau sikap mereka kemudian diceritakan tidak memperlakukan Harry selayaknya. Lalu mulai deh dijelaskan dikit-dikit soal sihir di bukunya. Dari sini pembaca udah bisa tahu tema yang diangkat adalah dunia sihir. Trus ke perjalanan Harry menemukan identitasnya, perkenalan dia dengan Ron dan Hermione yang akan jadi sahabatnya juga tokoh-tokoh lain yang punya peranan di dalam cerita, Hogwarts dan segala hal di dunia sihir lainnya. Seru-seru dan membawa pembaca seolah ikut berbelanja keperluan sihir, belajar di sekolah sihir, makan makanan di dunia sihir, sampai main-main dengan mantra. Konflik muncul dengan alur wajar. Di sini masih lumayan sederhana gitu masalahnya belum begitu kompleks. Pada intinya, pembaca udah dibuat tahu bahwa Harry ini berlawanan dengan Voldemort dan pasti mereka berdua akan berhadapan. Kalo di buku pertama dalam wujud Profesor Quirrell. Diangkat ke layar lebar, permulaan film ini kurang lebih sama dengan bukunya. Adaptasi selanjutnya berjalan halus, nggak jauh beda antara buku sama film. Mungkin karena buku pertama belum terlalu tebal jadi masih mudah dipindahkan dalam scene. Pertama kali lihat Daniel, langsung menginterpretasikan sosok Harry. Pas banget pokoknya deh karakter Harry divisualkan tuh menurut saya cocok banget di diri Dan. Di film pertama Dan masih kecil imut-imut, kita akan lihat pertumbuhannya di film-film selanjutnya.

Harry Potter dan Kamar Rahasia


Buku kedua melanjutkan kelas Harry di tingkat berikutnya dengan konflik yang kurang lebih sama tapi dalam eksekusi yang berbeda. Makin kenal banyak tokoh dalam cerita ini dengan penggambaran karakternya masing-masing. Filmnya juga bagus, ini film favorit saya dari seluruh seri. Fantasinya seru banget dan di film ini juga banyak sisipan humornya terutama dengan kehadiran Profesor Lockhart. Terus cinta banget sama Dobby si peri rumah di film ini. Nangis pas Dobby is free di akhir cerita lepas dari keluarga Malfoy jahat. Oh iya animasi Aragog dan Basilisk juga keren. Masa mudanya Voldemort dikuak di seri kedua ini, dengan kemunculan Tom Riddle dari diary yang semula mempengaruhi Ginny. Antara serem sama seru sih adegannya, Harry berani banget di sini.

Harry Potter dan Tawanan Azkaban


Entah mengapa saya kurang suka Profesor Lupin dan Sirius di buku ini padahal keduanya disukai Harry. Lupin sih saya lumayan salut dengan cara mengajarnya, cuman nggak bisa suka tokohnya aja. Semua teman masa muda James ayah Harry saya nggak ada yang suka deh. Bukunya masih seru dan kaya akan plot cuma saya kurang suka ceritanya aja. Filmnya bagus, paling suka adegan Harry dan Hermione berbalik waktu menyelamatkan Buckbeak peliharaan Hagrid. Takut banget sama Dementor saya tuh, lebih takut ngelihatnya dibanding lihat Voldemort. Baca deskripsinya di buku aja ngeri apalagi lihat visualisasinya di film. Dari waktu mereka muncul di kereta sampai pas pertandingan Quidditch, saya nggak berani lihat langsung.


Harry Potter dan Piala Api


Mulai dari buku ini Harry sudah bukan anak kecil lagi, Dan sudah remaja sekarang. Dari seri keempat bukunya mulai tebal sekali tapi nggak akan bosan bacanya karena super seru isinya. JK Rowling tuh detail banget penceritaannya, alur yang panjang dan sarat, adegan demi adegan berkesinambungan wah pokoknya menarik. Di sini diceritakan peristiwa-peristiwa penting seperti piala dunia Quidditch, dan piala api yaitu pertandingan ketangkasan antar siswa sekolah sihir yang masing-masih diberi porsi perkenalan cukup. Pertandingannya seru-seru dan Harry jagoan walau dia paling muda dan seharusnya belum boleh ikut. Lalu setelah pertandingan usai dan Harry bersama Cedric menjadi juara dengan memegang piala yang ternyata portkey, Voldemort bangkit kembali di depan mereka secara magis. Menakutkan apalagi di filmnya. Adaptasi novel ke film banyak adegan yang diimprovisasi. Beberapa adegan dibuang, dipotong, atau dirubah. Tetep cinta Dobby di buku yang ketambahan Winky walau nggak muncul di filmnya.


Harry Potter dan Orde Phoenix


Lanjut buku kelima, di sini para penyihir pendukung Dumbledore mendirikan perkumpulan pelindung Harry atau kurang lebih begitulah yang dinamakan Orde Phoenix. Ada Alastor Moody salah satunya tapi saya nggak terlalu paham karakternya karena yang banyak dimunculkan adalah dia dalam versi palsu Mad Eye yang membantu juga menjerumuskan Harry saat menuju kebangkitan Voldemort di seri sebelumnya. Suka Profesor Slughorn yang membantu membuka tabir masa lalu Tom Riddle kepada Harry. Nggak suka Dolores Umbrigde, tapi wajar sih ya pasti banyak yang nggak suka dia baik di buku maupun di filmnya. Dari seri kelima ini konflik berkembang tidak hanya sekedar Harry versus Voldemort setiap ending melainkan lebih dari itu perjuangan Harry terus berlanjut untuk menghadapi Voldemort benar-benar dengan saling membunuh karena menurut ramalan satu tidak akan bertahan bila yang lain tetap hidup.


Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran


Tahukah kalian? Profesor Snape adalah pengajar cinta sejati dalam Harry Potter. Dia adalah pangeran berdarah campuran dengan ayah muggle dan ibu penyihir. Karakternya memang dibuat menyebalkan. Dingin, acuh, tak peduli tapi sesungguhnya dia punya hati yang begitu tegar. Harry sangat membenci Snape begitupun terlihat sebaliknya, apalagi setelah Snape membunuh Dumbledore dan nanti menggantikan posisinya sebagai kepala sekolha Hogwarts. Tapi kelak kita akan lihat alasan Snape di balik semua sikapnya. Saya suka tokoh Snape. Suka Draco juga, karakternya melekat kuat banget dalam diri Tom Felton  di film dengan rambut pirangnya. Dari seri pertama sampai sini Draco menjadi antagonis, tapi tidak mengurangi kesukaan saya padanya.


Harry Potter dan Relikui Kematian


Buku penutup, sekarang Harry dipindahkan dari Privet Drive dengan dibawa Hagrid naik motor terbang sama seperti saat dia diantar ke keluarga Dursley yang mengasuhnya dulu. Lalu Harry bersama Ron dan Hermione berkeliling menemukan dan menghancurkan horcrux untuk dapat membinasakan Voldemort. Horcrux adalah pecahan jiwa Voldemort yang dicabik untuk ditaruh ke dalam benda sihir untuk menjaganya senantiasa hidup. Menghancurkan horcrux-horcrux adalah cara melenyapkan Voldemort. Di buku ini, Harry baru tahu bahwa dia adalah horcrux juga karena sebagian jiwa Voldemort berpindah padanya saat bayi Harry diserang Voldemort namun kutukannya berbalik. Kenangan Snape yang hebat, baru terkuak di buku ini melalui pensieve. Mengharukan pokoknya bikin nangis. Snape bagaimanapun menyayangi Harry karena dia mencintai Lily, walau sangat membenci James. Saya juga nggak suka tokoh James sebetulnya. Dilibatkan juga Petunia bibi Harry yang walaupun tidak baik saat Harry diasuh keluarga Dursley namun toh tetap menerimanya setiap liburan sekolah sampai Harry dewasa. Film terakhir dipotong menjadi dua bagian, saya rasa supaya plot cerita tidak banyak dibuang dan alurnya tetap detil. Surprise, saya sangat suka akting pemeran Bellatrix Lestrange. Keren banget baik di buku maupun film pas adegan Vodemort memantra pembunuh Harry di hutan terlarang yang sebetulnya lalu Harry masih hidup. Voldemort cuma membunuh sebagian dirinya yang hidup dalam diri Harry dan membuat Harry punya banyak kemiripan dengan dirinya seperti bisa parseltongue sampai mampu saling membaca pikiran dengan koneksi di antara mereka. Keluarga Malfoy di ending dibuat masih menjadi bagian dari pendukung Harry dengan tetap hidup dan berada  di Hoghwarts setelah pertempuran. Draco bagaimanapun juga masih membela Harry, Narcissa juga melindungi Harry. Neville si gugupan yang ternyata anak pahlawan, jadi berani di seri terakhir dengan membunuh Nagini si ular horcrux Voldemort. Di seri terakhir banyak tokoh hilang, termasuk beberapa yang saya suka jadi sedih sekali. Ditutup dengan kehidupan Harry setelah dewasa mengantar anaknya yang dinamai perpaduan dua kepala sekolah hebat Hogwarts. Semua selesai, dunia sihir berjalan sebagaimana mestinya tanpa kelamnya kuasa Voldemort yang telah dikalahkan Harry setelah semua horcruxnya dilenyapkan.

Nah, sudah kelar semua dari satu sampai tujuh seri Harry Potter. Saya nggak nulis banyak-banyak karena lagi capek mikir otaknya, tapi semoga review ini tidak mengecewakan. Pokoknya menurut saya Harr Potter adalah salah satu karya fiksi fantasi terbaik sepanjang masa sampai sekarang belum ada yang bisa ngalahin termasuk Fantastic Beast karangan JK Rowling selanjutnya. Hebat banget betapa seri ini begitu imajinatif dan fenomenal, baik dalam bentuk buku maupun film. Oh iya ceritanya terasa universal dan tidak mengacu pada masa tertentu jadi bisa dinikmati kapan saja. Harry Potter memang dimulai di masa sekarang, buku pertama terbit tahun 1997 dan buku terakhir baru tahun 2008. Kalo film pasti ada jeda untuk proses adaptasi hingga shooting sampai rilis di pasaran, film pertama tahun 2001 dan terakhir 2011. Terasa tidak lekang oleh waktu alasannya adalah karena nggak ada gadget di buku maupun film yang nyata ditampilkan, dan fashion para tokohnya juga tidak merujuk tren tahun tertentu. Hingga hari ini buku maupun filmnya masih punya banyak penggemar lama maupun baru, termasuk saya. Jadi sudah dulu ya terimakasih semua yang sudah baca, salam Potterhead!

Kamis, 21 Februari 2019

[Review] Himalaya Herbals Purifying Neem Scrub & Mask

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Hai! Hari ini saya mau nulis review tentang face skincare. Basic skincare tuh intinya ada di cleansing - hydrating - moisturizing - protecting. Artinya pakai produk pembersih, penyegar, pelembap, dan tabir surya. Tapi selain empat tahap dasar di atas, ada lagi tambahan produk skincare untuk lebih mengoptimalkan perawatan kulit. Nah yang akan saya bahas hari ini adalah dua produk tambahan yang bisa digunakan selain basic skincare. Scrub dan masker! Bisa dimasukkan dalam skincare mingguan, walau kalau mau pakai lebih sering juga silahkan menyesuaikan kebutuhan.

Serinya dari Himalaya Herbals Purifying Neem. Himalaya ini brand skincare asal India. Dulu banget udah lama saya pernah pakai face wash-nya dan suka, lalu lanjut beli scrub dan maskernya juga. Beli tentu saja untuk dipakai lho ya bukan untuk dipajang saja atau dijual lagi. Saya belinya udah agak lama tapi isinya masih juga. Soalnya saya ini kadang rajin pakai kadang pemalas sekali. Ya begitulah pokoknya angot-angotan. Tapi sudah saya pakai, dan sekarang sudah hampir habis produknya. Sebelum review saya jelaskan dulu kondisi kulit saya. Jenisnya kombinasi, sisi dalam berminyak tapi luarnya kering. Kadang bisa jadi kering semua kalo lagi over exfoliate, atau malah minyakan dan kusam kalau lama tidak dibersihkan secara mendalam. Komedoan, kadang ada jerawat kecil-kecil. Saat ini lagi kusam dan ada beberapa jerawat kecil karena kemarin saya habis traveling dan malas skincare-an. Jadi mari kita lihat bagaimana pemakaian dua produk ini dan hasilnya di kulit wajah saya. Emm, skincare semacam ini menurut saya bisa kelihatan langsung hasilnya meskipun bukan yang seketika cling ajaib dan kalau dipakai teratur akan lebih terlihat. Sekarang bahas produknya. Satu persatu yua.


Himalaya Herbals Purifying Neem Scrub @60 ml Rp. 21.700

Kemasannya tube plastik putih dengan tutup flip hijau yang sayangnya punya saya udah copot pengunci tutupnya. Warnanya saya suka, soalnya saya adalah penggemar tumbuhan hijau. Tidak penting tapi baca saja. Nggak tahu ada berapa ukuran kemasan, tapi saya belinya yang kecil aja. Produk ini diperuntukkan bagi kulit normal cenderung berminyak. Yaya masih nyambung sih sama kulit saya. Produk ini mengandung nimba atau neem yang dikenal sebagai pembersih dan dapat membantu merawat kulit berjerawat. Dikombinasikan dengan butiran aprikot membantu mengangkat sel kulit mati dan kotoran sehingga menjadikan kulit lembut, cerah, dan segar. Untuk sebuah scrub, teksturnya creamy dengan taburan scrub hijau di dalamnya. Aroamanya segar, seperti wangi dedaunan gitu. Beads-nya lumayan gede dan terasa kasar. Fungsi scrub adalah untuk exfoliate kulit dari luar, jadi ya memang dibikin kasar.

Saya pakai scrub ini setelah membersihkan wajah dengan milk cleanser yang lalu dibilas pakai air. Nah saat kulit masih basah, aplikasikan deh scrub-nya dengan diratakan dan dipijat-pijat. Air membantu melunakkan scrub jadi rasa kasarnya bisa diminimalisir, juga membantu scrub lebih mudah diratakan karena jadi mencair dan licin. Pakai scrub secukupnya aja tergantung luas wajah, nggak perlu sepenuh yang saya ilustrasikan di foto. Itu memang sengaja dikasih banyak biar kelihatan. Scrub ini terasa agak perih di kulit, tapi hilang pas dibilas kok. Hasilnya bikin kulit saya terasa bersih yang langsung cerahan gitu, lembut dan segar karena habis pakai dibilas dengan air. Saya pakainya selama ini nggak rutin, pas pakai ya kayak yang saya tulis di atas hasilnya tapi bisa hilang dalam beberapa hari kalau udah nggak pakai lagi. Begitu.

Himalaya Herbals Purifying Neem Mask @60 ml Rp. 21.700

Pasangannya nih! Habis scrubbing memang enak maskeran untuk menutrisi kulit kembali usai di-exfoliate. Kemasannya sama persis, beda di tulisan nama aja jadi harus teliti sebelum mengambil saat kamu mau beli atau pakai. Mengandung nimba yang bersifat pembersih dan anti bakteri yang mengatur sekresi minyak berlebih dan merawat kulit berjerawat. Dikombinasikan dengan kunyit dan fuller's earth atau multani mitti yang mbuh apa kui tapi bermanfaat menyejukkan, memperbaiki tekstur kulit, serta menjadikan kulit cerah dan sehat. Teksturnya seperti mud, tapi kalau lama nggak dipakai pas dibuka ada bagian yang kepisah antara cair sama kental. Aromanya memabukkan, soalnya mirip jamu menyengat dan bikin pusing kalau dihirup terlalu lama. Saat dipakai ya pasti kecium aromanya, tapi nggak parah-parah amat kalau nafas normal. Masker ini ada butiran-butiran halusnya, cuma nggak terasa kasar.

Cara pakainya oleskan pada wajah dan leher yang telah dibersihkan, saya pakai masker ini setelah scrub jadi tentu saja wajah sudah bersih. Karena kental diratakan agak sulit kalau pakainya cuma sedikit jadi aplikasinya jangan pelit. Hindari area sekitar mata soalnya masker ini di kulit aja perih walau ada efek cooling-nya jadi kalau deket mata bisa bikin nangis. Biarkan mengering selama 10 - 15 menit lalu bilas, instruksinya dengan air dingin mungkin agar tidak membuka pori. Aturan pakainya seminggu sekali atau dua kali, tapi saya selama ini kadang ikut aturan kadang tidak. Itu untuk informasi saja. Jangan oleskan pada kulit yang luka atau meradang. Soalnya sekali lagi ini perih. Kulit meradang itu saya nangkapnya kalau lagi ada jerawat gede yang merah matang ada isinya gitu, nah itu jangan dimaskerin ini dulu sebelum jerawatnya kering. Kalau kulit saya tipe jerawatnya kecil-kecil jadi aman sih. Pas mengering rasanya nggak ketarik banget, dibilas gampang tapi setelah itu mengeringkan kulit karena bikin bebas minyak. Habis dibilas memang kulit terasa ringan karena bersih, lebih halus dan cerah, tapi ya harus segera pakai hydrating skincare untuk mengatasi efek bikin keringnya. Oh ya, aroma jamu maskernya tertinggal walau sudah dibilas tapi nggak se-strong pas di-apply. Saya pakai masker ini nggak rutin juga, dan sama seperti scrub-nya hasilnya juga bisa kelihatan dalam sekali pakai. Kalau rutin dan teratur mungkin hasil tersebut akan lebih bagus.

Kesimpulannya saya suka dua produk di atas. Scrub dan maskernya semua mampu memberi efek kulit bersih segar yang cerah, juga halus dan lembut. Pada jerawat kecil-kecil saya, efeknya menenangkan sih bikin jerawat nggak makin parah. Kulit jadi lebih sehat deh! Pas pakai produk buat nulis review ini isinya udah mau habis semua, jadi saya habiskan sekalian. Belum tahu apakah akan beli lagi, tapi ini bagus di kulit saya jadi mungkin saja kelak akan beli lagi saat punya uang dan butuh pakai.

Harganya sih bisa dibilang terjangkau dan pemakaiannya juga nggak boros-boros amat. Saya nggak tahu kalau rutin dipakai bakal habis berapa lama satu tube kecil masing-masing dua produk ini. Tapi perkiraan saya sih lebih dari sebulan kok dengan frekuensi pemakaian seminggu dua kali atau untuk scrub-nya bisa lebih sering karena takaran pakainya lebih sedikit ketimbang masker pastinya. Nah sudah dulu ya review saya hari ini, semoga bermanfaat dan terimakasih sudah baca!

Senin, 18 Februari 2019

[Beauty Talk] Haircare Routine

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Hai semua! Ffiuh akhirnya bulan ini saya potong rambut! Lumayan drastis sih perubahannya, dari panjang sepunggung yang sampai pinggang trus potong nyaris setengahnya sampai bawah bahu. Cuma saya nggak kaget sih sekarang rambut jadi pendek, soalnya memang sudah direncanakan potong segitu. Bicara soal potong rambut, terakhir saya potong rambut yang drastis dari panjang ke pendek tuh sudah lama banget. Kalo nggak salah pas saya awal-awal mulai blogging, jadi sudah sekitar tiga hampir empat tahun yang lalu. Lama sekali ya. Dulu saya sempet punya rambut panjang sepunggung yang pokoknya itu pertama kali dalam hidup bisa manjangin rambut. Trus potong niatnya dikurangin panjangnya aja tapi malah salah potong. Mbak-mbak kapster salon yang saya datangi bego motongnya rambut saya ditipisin sampe bentuknya nggak karuan dan banyak yang berdiri karena kepotong dari pangkal atau tengah batang rambut. Benci pokoknya trus saya potong lagi lebih pendek untuk menyelamatkan bentuknya. Lumayan, lalu saya harus menunggu lama untuk memperoleh rambut panjang lagi. Semenjak itu saya nggak pernah potong rambut lagi sampai rambut saya panjang kembali.

Setelah panjang, mulai bosan dan gerah jadi potong lagi. Beberapa bulan yang lalu saya potong juga dikit ujung rambut bawahnya buat nyoba mendekin. Lalu sekarang baru deh dipendekin beneran. Setelah potong, ada rencana mau ngecat rambut cuma saya masih ragu. Antara milih warna, sama faktor biaya huhuhu. Selain itu saya juga pingin smoothing, jadi pikir-pikir antara mau smoothing apa coloring dulu. Tapi itu dipikir nanti kalo saya udah banyak uang. Sekarang saya mau ngomongin haircare routine yang sedang saya gunakan saat ini. Saya tipe yang gonta ganti produk perawatan rambut, tapi sebenernya inti produknya ya itu-itu juga beda merek aja. Mulai ya!


Produk perawatan rambut saya simpel aja. Jenis rambut saya kering. Dulu ada masanya saya adalah orang yang rempong dengan memakai beragam jenis produk perawatan rambut mulai dari yang dipakai malam sebelum keramas hingga pas keramas sampai sesudahnya. Itu baru untuk harian belum termasuk perawatan mingguan. Tapi sekarang semakin tua saya semakin merasa lebih baik kalau produk perawatan rambut tidak usah bertele-tele. Selain hemat waktu dan tenaga, lebih irit juga pastinya. Jadi sekarang produk perawatan rambut saya cuma ada tiga. Meskipun entah nanti kalau bertambah atau saya perawatan di salon. Tapi intinya saat ini tiga produk saja.

Shampoo

Saat ini saya pakai Dove Nourishing Oil Care Shampoo untuk membersihkan rambut dan kulit kepala. Variannya yang mengandung oil bantu melembapkan rambut kering saya jadi pas deh. Bikin rambut lebih halus usai keramas dan bersihnya bukan yang kesat. Saya keramas seminggu dua kali saja apapun yang terjadi. Soalnya keramas terlalu sering akan menghilangkan minyak pelembap alami rambut. Dua kali seminggu sudah cukup untuk jenis rambut saya. Baru mulai belum lama ini sih. Awalnya memang terasa tidak nyaman, tapi sekarang malah lebih enak rasanya. Rambut saya sudah beradaptasi dengan pola keramas tersebut jadi nggak yang terlalu lepek atau kulit kepala gatal banget dengan keramas dua kali seminggu. Cuma pola ini nggak untuk semua orang ya, menyesuaikan kondisi dan aktivitas masing-masing. Untuk saya yang jenis rambutnya kering, aktivitas indoor ya baik-baik saja. Akan lain halnya untuk individu yang berbeda. Oh ya perubahan cuaca juga ngaruh. Kalo pas lagi panas banget tentu rambut lebih kena keringat jadi terasa perlu untuk tambahan keramas walau kalau saya sih cuek aja tetap dengan jadwal semula.

Conditioner

Pakai Dove Nourishing Oil Care Conditioner. Ini pasangan shampoo-nya, saya kalau beli emang selalu yang sevarian gitu kecuali nggak ada. Kalau nggak, ya saya pilih beli shampoo yang sudah sekalian mengandung conditioner atau conditioning shampoo begitulah. Pakainya dari tengah ke ujung rambut untuk mengembalikan kelembapan batang rambut yang terkikis saat proses pembersihan dengan shampoo. Bantu rambut saya lebih lembut dan nggak kusut. Pakainya setelah keramas, tentu saja juga dua kali seminggu.

Hair Oil

Setelah keramas saya pakai L'oreal Paris Extraordinary Oil. Ini serum rambut tanpa bilas. Saya pakai saat rambut setengah basah. Bisa diganti pakai hair vitamin atau tonic dan semacamnya tapi saya lebih suka pakai oil. Membantu menjaga tekstur rambut saya tetap halus dan lembut tanpa lepek.

Jenis rambut saya tetap kering. Tapi dengan memakai produk-produk perawatan rambut di atas kondisinya terjaga baik. Rambut saya nggak yang terlalu kerontang sampai patah, melainkan tetap kuat. Mengembang sih kalau pas udah kering, ini bisa di-styling atau tinggal kuncir aja untuk tampilan rapi seketika yang praktis. Nah sekian dulu ya beauty talk hari ini tentang haircare routine yang saya gunakan. Semoga bermanfaat dan terimakasih sudah baca!