Senin, 01 Mei 2017

Review & Swatch: Wardah Blush On Seri C & D

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]


I'ts May Day...! Ini hari libur dan saya teteup aja diem di rumah kaya anak pingitan. Plis dong ajakin saya jalan, keluar kemana gitu kek. Sedih amat jadi cupu kebanyakan di rumah T_T. Ini bulan baru, dan bulan kemarin saya kurang produktif sebagai manusia. Jarang nulis, plus jarang baca. Pinginnya saya tebus bulan ini dengan nulis seproduktif mungkin dan nyelesaiin sebanyak mungkin buku. *back to kutu buku ;)*

Untuk mengawali hari tanggal satu ini, baiklah saya akan menulis sebuah review saja. Berhubung belum hunting belanjaan dan nggak punya satupun benda baru yang bisa dikulik, jadi bongkar persediaan lama aja ya. Hari ini temanya blush on. Yayayay, saya termasuk penggemar blush on. Hidup tanpa pipi merona tuh kadar kehampaannya bagaikan malam minggu tanpa pacar soalnya. Saya hampir selalu pakai blush on kalau keluar rumah. Mau make up tebel atau simpel pun kudu pakai blush on biar seger. Nah, salah satu blush on pertama saya adalah Wardah Blush On. Jaman saya masih baru belajar dandan, saya termasuk Wardah-addict. Apa aja produk Wardah yang kira-kira bisa dipakai saya beli. Untuk blush on, mula-mula beli satu doang, yang seri C. Lalu ketika satu terasa tak cukup - padahal masih penuh - saya beli lagi yang seri D. Kayak apa bentuknya? Simak bahasan di bawah yukk!


Dikemas begini aja, tanpa box tapi dulu ada plastik penyegelnya yang bening. Harganya saya lupa, sekitar 40-45 ribuan kayaknya. Tergolong menengah kalau menurut dompet saya, tapi masih wajar kok untuk kelas kosmetik lokal bercitarasa tinggi. Kemasannya berbentuk kotak, sama kayak eye shadow-nya tapi nggak bakalan ketuker kok karena ada bagian bening di sisi depan kemasan. Jadi isinya keliatan sebelum diambil. Material kemasan plastik, selain bagian bening ada sisi yang tertutup warna silver khas Wardah di bagian muka plus tulisan nama brand-nya juga. Kalau dibalik, sisi belakangnya juga nggak sepi. Ada sticker silver bertuliskan keterangan bahan, kode produksi, tanggal kadaluwarsa, pabrik, barcode, sampai logo halal dan netto produk ini. Beratnya 4 gram saja, tapi itu saya yakin cuma isi blush on di dalamnya. Kalau sama kemasan entah berapa, nggak enteng-enteng amat kok kalau ditimang.


Keliatan nggak tulisannya? Nih, saya kasih yang lebih gede...

Seri C

Sticker-nya udah agak luntur karena sering dipegang.

Nggak ada deskripsi layaknya kata-kata mutiara buat blush on ini. Produsennya irit kata kali ya, yang ditulis langsung ingredients yang isinya:
Mica, Talk, Diisostearyl Malate, Polymethyl Methacrylate, Dimethicone, Glyceryl Trioctanoate, Triethylhexanoin, Zinc Myristate, Hidrogen Dimethycone, Dimethiconol Stearate, Quaternium-15, Synthetic Fluorphlogopite, Methicone, Aluminum Hydroxide.
Saya belum bisa jelasin kegunaan seluruh bahan itu di dalam sebuah blush on sebagai apa. Yang saya agak ngerti, Mica dan Talc itu biasa dipakai dalam kosmetik compact semacam ini. Mungkin bahan dasarnya ya. Trus hmm, di sini ada tiga kali nama 'methicone' disebut, tapi dengan kepanjangan yang berbeda-beda dan penempatan yang urutannya nggak barengan. Methicone maupun Dimethicone ini merupakan polimer berbasis silikon. *opo kui maksude?* Intinya mereka adalah bahan silikon, bedanya terletak pada gugus nama ilmiahnya. Kalo yang dulu anak IPA tau kan di pelajaran Kimia tuh ada bab soal rumus kimia suatu bahan? Nah bedanya kedua 'methicone' ya di rumus kimianya itu. Bahan ini sebenernya berbahaya bila digunakan tanpa perhitungan, tapi masih boleh dipakai asal takarannya di bawah batas yang diperbolehkan. Harusnya pabrik kosmetik sebesar Wardah tau lah ya soal ini jadi saya bisa katakan produk blush on-nya aman dipakai. Toh enggak tiap saat sepanjang tahun juga kita blush on-an. Ada juga Aluminum Hydroxide. Yang saya pikir kok ini bahan obat sakit maag ya :'D, kenapa ada dalam perona pipi? Kalo saya googling sih ini memang bisa dipakai dalam industri kecantikan, tapi dalam blush on saya belum paham apa fungsinya. Soalnya termasuk bahaya juga bahan ini karena menyumbat pori. Cumaa, sekali lagi pasti ada takaran yang boleh digunakan oleh pabrik. Bahan lain saya enggak ngerti. Mohon cari sumber lain aja kalau penasaran.
May contain: CI 77491, CI 77891, CI 77492, CI 77499, CI 77019, CI 77007, CI 15850:2, CI 15850:1, CI 77742, CI 45410:2, CI 15850.
Kode penamaan pewarna-pewarna ini sepertinya tidak asing bagi saya. Kayak udah sering baca di kemasan kosmetik Wardah juga. Mungkin emang dipakai di eye shadow dan lipstik juga selain blush on. Oh iya, dalam satu kemasan blush on tidak mungkin memuat pewarna sebanyak itu. Makanya ditulis 'may contain'. Jadi kan Wardah nggak mungkin boros ngetikin ingredients plus pewarna beda-beda per seri blush on-nya, jadi di-print sama lengkap semua pewarna yang dipakai dalam seluruh seri. Cukup satu kali kerja semua sudah dicantumkan, jadinya efisien. Saya nggak tau yang di seri C ini kode pewarna berapa yang dipakai, tapi pastilah ada di antara kombinasi huruf dan angka yang memusingkan itu.

Seri D


Ingredients dan keterangan lain sama dengan seri C. Yang beda cuma batch nomor, expired date, dan barcode. Kode pewarna yang dipakai di seri ini juga entah yang mana. Trus yang tadi kadaluwarsanya tanggal 03 07 18, yang ini 10 08 18. Masih setahun lagi dua-duanya. Produk blush on kayak gini katanya tahan 2 tahun bukan ya? Saya belinya sekitar awal tahun lalu, berarti iya. Logo halalnya kecil bingit di sebelah kanan. Wardah ini pelopor kosmetik halal loh, dulu sebelum produk lain gembar-gembor soal kehalalan produk, Wardah udah ngiklanin tagline halalnya. Pertama saya liat pas SD, di satu majalah Islami gitu. Dulu kesannya kayak produk ibuk-ibuk pengasuh pesantren, tapi makin kesini makin eye catching dan merambah ke semua kalangan kok si Wardah. Bahkan kerennya, dia produk lokal yang paling berinovasi lho kalau ditelusur dari awal kemunculannya.


Lanjut review-nya, sekarang saya buka kemasan blush on ini. Tutupnya rapat dan kuat, ngebukanya dengan mencongkel tutup ke arah atas. Yaa semacam ngebuka tutup bedak padat gitu tapi ini lebih kuat. Blush on saya yang seri C pernah jatoh, syukurlah kemasannya nggak pecah. Bagian sikunya juga nggak patah walau cuma dirangkain pakai semacam logam kayak di jepit rambut. Setelah dibuka, kita akan menjumpai segaris kaca sebagai cermin di balik tutup. Kacanya minimalis sekali dan serasa ogah-ogahan dikasih gitu. Jadi semacam pelengkap, biar ada aja sebagai bawaan. Biarpun mungil seukuran setengah kali tutup, tapi bolehlah dipakai ngaca kalau mau touch up. Itung-itung biar hemat tempat nggak udah bawa kaca terpisah. Cuma ya kudu sabar ngaca pakai cermin ini, jangkauan pandangnya terbatas soalnya. buat ngacain pipi aja susah.

Di sisi pasangan kaca, terdapat pan persegi panjang berisi blush on dengan kuas di bawahnya. Pan-nya lebih kecil dari ukuran kaca, isinya dua warna blush on yang digabung tanpa sekat dalam satu kemasan. Ntar saya bahas di bawah soal blush on-nya. Sekarang fokus ke kuasnya dulu. Kecil, bergagang bening dan berujung bulu coklat yang dijepit aluminium. Lumayan kokoh tapi kwecilnya itu lho nggak nahan. Bulunya lembut dan bisa ngangkat warna si blush on, tapi sayang yang seri D saya dapat bulu gampang rontok. Kuas-kuas ini hampir tak terpakai di saya karena kecilnya. Kurang nyaman aja buat ngaplikasiin blush on ke pipi secara merata dan simetris. Saya lebih milih pakai kuas beli sendiri yang lebih gede. Tapi buat yang belum bisa beli kuas terpisah, ya pakai ini bisa kok. Inilah sebabnya produsen kosmetik selalu mengikutsertakan aplikator bawaan ke produk make up yang dijualnya. Karena gini, misal pembelinya saya atau saudara semua yang tinggal lumayan terjangkau peradaban di mana toko kosmetik yang lengkap mudah dijumpai, nggak masalah nyari kuas lain sendiri. Tapi bayangkan saudara kita yang mungkin (maaf) tinggalnya di desa yang nyari blush on Wardah inipun untung-untungan dapat di toko kecamatan. Kan belum tentu ada dijual kuas blush on terpisah. Makanya kuas bawaan tetaplah perlu supaya bisa digunakan untuk nyolek blush on-nya. Yaah makanya saya selalu bersyukur dikasih aplikator bawaan apapun itu dan seminim apapun kualitasnya. Nggak dipakai juga itung-itung buat koleksi, ya kan?

Wardah Blush On seri C dan D ini pigmentasinya cukup bagus. Isinya padat dan lumayan kuat, pernah saya jatohin yang seri C tapi enggak hancur semua ^_^ - tapi jangan coba-coba ngebantingin blush on juga setelah saya bilang gini. Mudah dicolek dengan teksturnya yang powdery. Nggak buttery yang mbubuk banget gitu ya, ini walau menyerbuk tapi nggak separah tepung. Masih kategori nyaman lah versi saya. Biarpun begitu tetaplah hati-hati ya mencolek blush on ini biar nggak mengotori bagian dalam kemasan. Kalau kamu sehiginis saya yang selalu ngelapin kemasan usai dipakai sih ya nggak masalah, tapi kalau malas bersihin kemasan setelah digunakan ya selamat memiliki kemasan blush on yang jorok bertaburan warna. Yang seri C lebih pigmented dibanding D. Mungkin karena warnanya lebih bright kali ya. Seri C ini isinya warna pink dan peach. Kalau D warna beige dan light brown. Saya sengaja pilih dua seri ini untuk dibeli - Wardah punya empat seri blush on - karena saya pikir ya keduanya bisa dipadukan dengan warna make up apapun nanti. Karena dalam satu seri ada dua warna, otomatis saya dapat empat warna. Ini bisa dipakai sendiri-sendiri atau di-mix aja biar nyampur. Saya selalu pakainya dicampur sih karena susah bo nyolek satu warna aja dengan kuas ataupun jari. Pan-nya kecil soalnya. Lagian kalau warnanya di-mix akan lebih bagus menurut saya. Secara gini, misalnya seri C pink-peach. Kalau pink-nya dipakai sendiri terlalu cetar, sementara kalau peach-nya sendiri nggak keliatan. Kalau digabung jadinya soft pink cantik. Begitu juga dengan seri D. Beige-nya jelas super samar kalau dipakai sendirian, sementara light brown-nya bakal lebih mirip shading ketimbang blush on, makanya bagusan dicampur biar jadi perpaduan nuansa orange.

Swatch, tapi lupa bikin swatch yang di-mix. Entar langsung di pipi aja yaw.

Tuh kan, lebih keliatan pigmented yang seri C, D nya lebih kalem kayak aku. Biarpun saya bilang pigmented, tapi yang namanya blush on ya nggak seheboh eye shadow swatch-nya. Itu yang di lengan tipis aja satu kali colek dan oles. Next, lanjut ke aplikasi di pipi aja yak. Tapi baiknya saya tunjukin dulu muka tak ber-blush on saya hari ini. Diharap jangan kaget karena fotonya kurang bagus. Pas poto lagi siang-siang terik soalnya, pencahayaan jadi berlebihan dan ditambah hawa panas yang membuat berkeringat, jadi make up saya seolah ketebelan -_-'.

Di foto ini, cuma pakai DD Cream - loose powder tipis - pensil alis - eyeliner biar mata lebih hidup - dan lipstik yang agaknya salah warna. Tadi saya bingung mau pakai lipstik apa, trus kepikirannya coklat jadilah pakai warna ini. Nyambung sih sama kedua warna blush on yang akan dipakai nanti, tapi kalau siang-siang pakai lipstik ini kesannya saya jadi tante banget. Mana di sini potonya kayak di-face app jadi lebh tua lagi, itu alisnya abu-abu. Ngga tau kok bisa gitu padahal pakai pensil alisnya hitam lho. Kurang tebel kali apa ketumpahan taburan bedak. Saya lupa soalnya bedakan habis make up beres, bukan pas setelah DD Cream. Iya memang setting powder bisa dipakai di akhir, tapi harusnya nggak menyentuh alis jugak. Sudahlah.

Seri C

My right cheek is pinkish! Ini saya pakai di pipi kanan, cuma di foto efeknya kebalik kayak dari sudut pandang orang lain. Hasilnya kayak gitu tuh, soft pink yang natural. Bikin wajah saya anti pucat dan bikin keseluruhan wajah jadi sweet. Ngeredam efek dewasa lipstiknya juga. Kalau pakainya lebih tipis lagi bakal keliatan semu-semu kayak rona alami. Saya syuka warna ini. Seri C ini bisa saya pakai di make up sehari-hari maupun bepergian yang agak menor.

Seri D

Seger kan? Pertama saya liat look yang blush on-nya oranjes gini tuh di majalah remaja jaman saya SMP yang memuat dandanan artis Asia Zhang Zi Yi. Seger gitu. Di saya ini nyambung banget sama warna lipstiknya. Bikin tema make up jadi orange-orange. Ini bisa dipakai hari-hari atau bepergian juga. Saya kadang pakai seri D juga kalau lagi bosan pakai warna pink. Cuma seri ini tuh harus hati-hati diaplikasikan. Soalnya warna orange-nya agak skin-like di saya. Hampir mirip warna asli kulit kalau nggak dibedakin gitu. Iya kulit saya nggak oranye, tapi kalau misalnya pakai foundation/DDC/bedak otomatis lebih terang kan? Nah warna seri D ini jadi menyerupai warna kulit yang nggak kena cover-an foundation/DDC/bedak. Saya nggak tau kok bisa gitu, padahal kalau dipakai langsung di kulit wajah yang nggak dipakaiin foundation/DDC/bedak warnanya beda lho. Mungkin efek sugesti atau tipuan mata aih lu pikir sulap aja kali ya. Karena skin-like itu tadi kalau pakainya nggak hati-hati hasilnya malah kayak cemong di pipi saya. Seolah pakai foundation/DDC/bedak-nya nggak rata dan nggak nutup semua padahal bukan. Kalau makainya pas di tulang pipi baru cantik. Kadar ketebelan juga ngaruh. Kalau yang seri C karena warnanya pink jadinya walau tebel orang tetep ngeh bahwa itu blush on, kalau orange ini misal ketebelan saya jadi kayak hiperpigmentasi di wajah. Oh iya, warna seri D ini bisa buat contour juga lho saya rasa.

Kalau dibandingin, nggak bisa sih sebenernya mengingat pilihan warna blush on itu sangat subjektif. Nih saya kasih liat perbandingan pipi kanan dan pipi kiri. Cocok yang mana? Beda-beda kan opininya. Intinya, kalau milih warna blush on, sesuaiin sama warna kulit dan warna make up lain yang dipakai juga. Nah warna make up-nya nyesuaiin lokasi dan warna pakaian yaa.

Kalau dipikir-pikir sih, saya lebih sering pakai seri C daripada D. Bukannya pilih kasih, tapi blush on pink enggak pernah salah dipakai karena lebih natural buat aksen pipi merona. Yang orange kadang dipakai kalau pas tema make up-nya earth tone. Tapi dua-duanya saya puas kok. Pigmentasinya cukup oke, teksturnya pas, nyaman diaplikasikan, dan nggak bikin break out di kulit. Saya pakai kedua blush on ini udah setaunan, dan nggak ada riwayat mendadak bisulan akibat pakai blush on Wardah di pipi. Kesimpulannya, aman!

Staying power-nya gimana? Ini kan finishing-nya matte, jadi nggak mudah hilang sih. Cuma untuk berapa lamanya saya nggak ngukur. Yaa kalau pas make up-an lengkap, selama bedaknya belum luntur selama itu pula si blush on masih bertahan. Saya paling lama pakai paling 6-8 jam sehari misalnya pergi seharian. Kalau memudar, tinggal touch up ;) - tapi jarang bingit atau malah belum pernah saya touch up blush on. Mudah dibersihkan nggak? Mudah. Pakai make up remover, micellar water, milk cleanser, ataupun face wash langsung bisa bersih kok.

Untuk yang tertarik beli Wardah Blush On, ini bisa ditemukan dengan mudah di counter-counter Wardah yang sudah marak di mana-mana. Bingung nentuin pilihan warna? Cobain tester-nya dongg. Ada satu tips sih, kalau undertone kulitmu warm, pilih warna semacam seri D. Kalau cool, pilih warna kayak seri C. Tapi teknik ini nggak selalu berlaku sih. Contohnya di saya. Rata-rata kulit Indonesia tuh undertone-nya warm, tapi saya masih ngeyel kalau undertone kulit saya itu cool. Makanya saya selalu pilih warna-warna dingin juga, tapi tetep bisa pakai warna hangat lho. Nah?!

Notes:
+ kualitas cukup bagus
+ halal
+ no break out
- kaca dan kuas bawaannya minimalis banget

1 komentar:

  1. makasih atas infonya, dan jangan lupa kunjungi website kami http://bit.ly/2D3YNnx

    BalasHapus