Rabu, 29 November 2017

[Review] Hyaluronic Acid Collagen Crystal Eye Mask & Unbranded Lip Mask

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Dulu saya pernah punya fake mud mask dan pernah nulis review di Blog yang kemudian saya update di Instagram. Tapii trus update-nya kehapus dan sekarang lupa kalo mo nulis lagi, hahaha. Jadi ngga usah ditulis aja yaa toh mask-nya udah nggak saya pake juga :). Nah ngomongin soal fake product, kayaknya nggak jauh-jauh dari unbranded skincare juga. Beberapa bulan lalu - belum lama deh rasanya - saya entah kenapa penasaran beli eye dan lip mask murah yang sebetulnya tida jelas dari mana asal usulnya dan merknya saja bahkan belum pernah saya denger sebelumnya. Satu produk merknya panjang sekali dan yang satu bahkan nggak ada merk -_-'. Setelah nyoba menggunakan juga saya kapok untuk pakai ulang. Tapi dikarenakan saya ingin berbagi review jadi saya beli lagi dua masker tersebut dan coba pakai untuk kedua kalinya, hehehe.


Ini dia! Masker mata dan bibir warna gold! Saya langsung bahas aja keduanya ya. Harganya sama, Rp. 4.000 saja untuk masing-masing sachet. Kemasannya juga identik, mungkin mereka satu produsen walau entah mengapa cuma satu yang dicantumin merk. Itupun saya agak sangsi beneran merk apa bukan soalnya tulisannya panjang banget. Sebenernya selain dua jenis masker ini ada juga masker untuk hidung, bahkan full face mask dengan kesan kemasan dan warna produk yang idem juga. Cuman saya beli dua aja kayaknya cukup untuk nulis review singkat.

Hyaluronic Acid Collagen Crystal Eye Mask, itu judul yang disematkan pada kemasan si eye mask, jadi saya anggap itu nama sekaligus merknya. Sachet-nya dari plastik, sisi depan diberi warna coklat keemasan dengan salah satu bagian transparan yang memperlihatkan isi dalamnya. Di sisi yang nggak transparan, dikasih keterangan yang bisa kamu baca lebih jelas dengan klik foto di atas. Saya lagi mager nulisin dan nerjemahin soalnya, maap ya. Intinya produk ini bertujuan untuk merawat area sekitar mata. Satu sachet ini nettonya tercantum, berisi 2 pieces eye mask dengan bobot masing-masing 3 gram saja. Kalau lip mask-nya polosan, sama sekali ngga ada keterangan secuilpun sebagai informasi ini benda apa berbahan apa.


Kalau dibalik, sisi belakang eye mask memiliki sejumlah keterangan dalam bahasa Inggris. Tulisannya kuecil-kecil dan rada susah diterjemahkan karena banyak pake istilah asing, nggak saya tulisin ulang ya, maaf silahkan klik foto untuk baca sendiri. Isinya kurang lebih memuat deskripsi produk, cara pakai, komposisi, dan peringatan. Plus ada gambar-gambar yang saya nggak paham bener maksudnya apa jadi tolong terjemahin sendiri jika berminat, dan simbol recycle - yang ini bisa saya pahami. Untuk komposisinya sendiri lumayan banyak tapi saya rada sangsi apa bener itu semua terkandung dalam mask ini secara harganya murah buanget. Nggak ada alaamt pabrik secara jelas juga, memang ada keterangan nama produsen plus alamat email-nya juga - kalau nggak salah - tapi itu rada meragukan dan saya belum pernah coba kontak. Lip mask, lagi-lagi nggak ada keterangan apalagi ingredients-nya.

Kemasannya bisa dibuka dengan mudah karena sudah ada awalan di salah satu tepi sachet. Saya mulai dengan pakai eye mask-nya duluan. Isinya dua slice mask yang bentuknya kayak potongan jeruk, berwarna emas, dengan wangi yang sukar diterjemahkan. Masker ini bahannya apa saya nggak tahu tapi empuk banget kayak jelly dan adem, basah juga karena tadinya di dalam sachet terendam essence bening. Jadi pas di sachet tuh dalamnya ada alas plastik gitu buat nempatin maskernya biar nggak geser-geser. Pakainya setelah wajah dibersihkan, trus si masker ditempel di bawah mata deh. Rasanya adem tapi cuma sebentar. Selang beberapa menit timbullah reaksi gatal-gatal di kulit bawah mata saya. Masker ini menurut aturan pakai harusnya didiamkan dulu 30 menit baru diangkat tapi saya nggak betah pakai selama itu jadi lima menit kemudian udah saya lepas. Entah ini benar atau salah, tapi saya emang nggak nahan sama gatal-gatalnya, khawatir iritasi kalau didiamkan. Kalau pas beli pertama dulu kayaknya saya pakai lumayan lama deh, lebih lama menitannya daripada yang ini. Tapi waktu itu ngga ada sensasi gatal kayak sekarang, cuma berasa ada benda asing nempel di bawah mata aja.

Nggak ada efek apapun setelah saya pakai eye mask ini. Waktu cobain pertama kali juga nggak ngefek sih. Saya ngga tahu kalau pakainya sering dan dalam jangka waktu lama apakah berefek, tapi yang jelas saya nggak berani pakai lagi. Sekarang saya tambahin dengan pemakaian lip mask-nya. Karena produk ini sama sekali nggak ada informasinya, maka saya anggap dia berfungsi mirip dengan eye mask, tapi yang ini buat ngerawat bibir. Kemasannya sama cara bukanya dengan eye mask, dan isi dalamnya juga mirip. Yang ini selembar masker bibir dengan bentuk yang tengahnya diberi celah agar selama pakai mask bibir tetap bisa dibuka. Lip mask ini ada essence-nya juga dan saya pakai nggak lebih dari lima menit juga. Pas pemakaian pertama ada rasa baal di bibir selama dan sesudah pakai lip mask ini jadi saya agak khawatir ngulangin lagi, makanya saya pakainya bentar doang.
Sama seperti eye mask, lip mask ini pun nggak ngasih efek apapun setelah dipakai di bibir saya. Saya nggak akan pakai lagi sih produk ini, cuma mau nunjukin aja kayak gimana saya pas pakai produknya dan kesan setelah pakai. Yaa hasilnya biasa aja, hehehe. Udah ah ngga akan beli atau pakai lagi. Oh iya saya nulis review ini bukan untuk ngejelekin produknya lho. Saya cuma ngasih sedikit cerita - kalau bisa disebut review - dan pengalaman saat pernah pakai produk ini. Soalnya sebelum ini saya pernah searching dan belum nemu ada yang ngasih review soal produk begini dari sudut pandang konsumen. Beberapa situs yang keyword-nya nama produk ini pun saat saya kunjungi isinya iklan dari penjualnya sendiri. Jadi ya semoga tulisan saya kali ini bisa ngasih sudut pandang lain tentang suatu produk dari sisi konsumen. Terimakasih sudah bacaa :)!

Price: Rp. 4.000
Rate: 1/5
Repurchase? No
Notes:
+ murah
- nggak jelas produknya dan nggak ada efek di saya

Kamis, 23 November 2017

[Experience] Piknik Adem ke Air Terjun Grojogan Sewu Tawangmangu

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Setelah saya renungkan, beberapa bulan ini hidup saya banyak dihabiskan dengan monoton. Antara kuliah, kerja, di kamar mulu: baca buku atau mewarnai. Bahkan untuk sekedar bikin look atau tutorial makeup dan review yang sungguh-sungguh pun saya tidak lakukan. Sebagian alasannya adalah karena memang nggak sempat, sisanya karena sudah lama nggak belanja makeup baru, hahaha. Skincare pun sudah nggak selengkap dan seprestise dulu. Jadi supaya hidup lebih balance, akhirnya saya putuskan untuk keluar dari zona itu-itu melulu. Saya butuh piknik! Supaya hemat dan tidak pulang dengan stres akibat uang terkuras, maka tujuan pikniknya enggak usah jauh-jauh dan jangan yang mahal. Biasanya tempat piknik favorit saya tidak jauh dari mall dan segala godaan hedonismenya, tapi kali ini saya akan mencoba mengunjungi salah satu wisata alam nan hits di Jawa Tengah. Tawangmangu!

Ada yang belum pernah denger? Kudet sekali jikalau demikian ki sanak. Tawangmangu adalah lokasi dataran tinggi dengan beberapa objek wisata di dalamnya. Termasuk juga jalur naik dan turun para pendaki menuju Gunung Lawu, yakni Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang ada di Tawangmangu. Lewat dua kawasan ini rasanya saya ingin naik gunung, tapi kayaknya akan sulit di musim hujan yang licin dan banyak genangan ini, jadi semoga aja waktu ke depan - entah kapan - bisa terlaksana keinginan saya itu. Tawangmangu, sekitar satu jam dari Solo ditempuh dengan kecepatan sedang melewati jalan aspal berkelok-kelok. Sepertiga jalan yang sudah hampir sampai ke tujuan, hawanya sudah terasa dingin khas pegunungan dan di tepi jalan ketemunya pepohonan melulu, rumah penduduk jarang banget. Dengan waktu tempuh segitu, saya nggak bisa memperkirakan jaraknya dari pusat kota Solo berapa kilometer ya, dan saya juga nggak bisa jelasin arah jalannya. Huhu soalnya saya bukan anak dewa yang mendadak bisa paham arah mata angin seketika. Jadi, kalau ada yang mau kesini, andalkan Google Maps aja yaa jangan tanya saya :P.

Objek wisata pilihan saya kali ini adalah Grojogan Sewu. Ini tuh nama air terjun, Grojogan Sewu dalam bahasa Jawa bermaksa 'pancuran seribu'. Yaa semua tau ini hanya kiasan nama aja karena pada kenyataannya air terjun yang ada bukan seribu, tapi memang 'nggrojog' mirip pancuran raksasa. Jalur masuk ke Grojogan Sewu ada dua.lewat atas atau lewat bawah. Sekitar 6 atau 7 tahun yang lalu saya pernah ikut rombongan karyawisata SMA ke air terjun ini juga, tapi waktu itu naik bus rame-rame dan lewar jalur atas. Jadi kali ini ganti lewat bawah biar ngerasain dua-duanya.

Jalur bawah ini langsung tersambung dengan parkiran di muka loket masuk menuju grojogan. begitu saya sampai, pas banget gerimis turun rintik-rintik. Saya tiba sekitar pukul 1 siang, tapi cuaca teduh - nggak panas blas - dan udara sejuk. Untung gerimisnya nggak berlanjut jadi hujan deras, jadi saya tetap bisa jalan dengan nyaman tanpa harus payungan apalagi ber-jas hujan. Karena ini lewat jalur bawah, maka untuk sampai ke grojogan, ya berarti harus naik. Setelah melalui pintu loket dengan tarif retribusi sebesar Rp. 17.500 per orang untuk wisatawan domestik kayak saya dan sekitar Rp. 173.000 untuk turis asing - wow bedanya jauh sekali ya - lalu mendapat tiket, saya diperbolehkan masuk ke jalan setapak menuju Air Terjun Grojogan Sewu. Jalannya berupa undakan batu yang dipadatkan - mungkin disemen atau apalah namanya. Undakan ini naik terus, kadang diselingi jalan setapak berbatu. Lumayan menguras tenaga loh jalan kaki lewat sini, jadi usahakan sebelum naik kamu sudah ngisi kalori dulu dan bawa air minum supaya nggak dehidrasi. Di beberapa bagian undakan batu-batunya nampak hijau berlumut, jadi pastikan memakai sepatu yang solnya nggak licin kalau mau jalan lewat sini supaya jauh dari resiko tergelincir. Yah meminimalisir resiko kepeleset dan jatuh sampai benjol segede bakpao lah. Saya sarankan sih sepatu olahraga yang bersol tebel, lebih empuk di telapak kaki dan enak untuk berjalan jauh. Kalau pakai flat shoes, selain rawan jebol karena medan, juga kayaknya sakit di telapak kaki, apalagi untuk dipijak lama selama berjalan. Pakai high heels juga bukan pilihan benar, dipastikan jari jemari akan sakit dan kamu akan mudah tertungging keluar jalur kalau maksain pakai.

Oh iya, pastikan juga mengenakan outfit yang nyaman. Saya kasih tau ya, udara di sini dingin buanget jadi lebih baik gunakan pakaian yang menghangatkan. Pakaian saya bukan contoh yang bijak tapi kalau kamu anak yang kebelet hits atau berasal dari negara dengan iklim sesejuk dalam kulkas sih, monggo-monggo saja boleh dicontek. Tapi kalau enggak, buang jauh-jauh segera keinginan untuk kemari dengan kaus pendek dan rok suek. Lebih baik kenakan celana kain - jangan jins, kaku nanti lecet dan kalo terlalu ketat bikin peredaran darah terhambat - dan kaus panjang tebal yang nyaman, jaket boleh juga. Ehm, sebenernya pakaian saya pas naik juga jaketan kok. Trus kalau perlu tas, gunakan tas punggung. Lebih ringkes dan nggak pegel. Kalau pakai tas slempang soalnya malah bikin pundak sakit sebelah dan ribet, nggak muat banyak pula. Plus satu lagi, topi berguna saat hujan turun rintik-rintik untuk melindungi mata dari kemasukan air dan ehm makeup supaya nggak luntur, hahaha.

Fotonya kebalik urutan. Yang ini diambil sebelum foto pertama. Tetep nggak sesuai kaidah yang saya sarankan ya, hahaha. Ripped jeans memang lagi tren, tapi untuk dipakai naik ke sini sih, kayaknya malah lebih bebas melangkah dengan rok saya tadi. Nah, kalau sudah ketemu monyet-monyet kecil - apakah ini siamang, kera, atau apa nama benarnya? - kayak gini, berarti kita sudah berjalan semakin dekat ke grojogan. Kira-kira 15 menit perjalanan dengan jalan kaki terkadang lari. Iya lari, saya soalnya kalau jalan mulu malah cuapek dan betis rasanya pegel banget, tapi kalau lari malah lebih enak di kaki. Mungkin karena cie saya biasa lari pagi kali ya, hwehehe. Kalau nggak mau lari, jalan kaki santai sambil menikmati udara dan pemandangan alam sekitar asyik juga kok. Nah, di sepanjang perjalanan jalan kaki sambil lari tadi, ada warung makan dan tempat beristirahat juga misalnya capek dan butuh asupan energi dulu. Setengah jalan melewati warung makan ini, gerimis sudah berhenti.

Kalau misalnya jalan sambil bawa makanan, minuman, bahkan kamera, berhati-hatilah dengan kera-kera kecil yang melintas. Sekilas mereka memang keliatan unyu tapi sebetulnya suka merebut apa saja itu. Dua yang sedang saya ajak ngobrol di atas sudah merebut botol minum saya beserta dua bungkus snack - yang sisa kemasannya langsung dilempar balik depan muka saya dan harus saya yang mungut untuk dibuang ke tempat sampah, miris sekali - dan nyaris menjambak rambut indah saya. Kacian ya adek, ke sini malah di-bully onyit-onyit kecil :(. Tapi untung topi nggak ditarik lepas, kalau iya, sudah saya kejar mereka bahkan kalau sampai harus manjat pohon. Kera-kera suka ngambil apa saja kepunyaan pengunjung kayaknya sudah kebiasaan turun temurun sejak dulu. Waktu saya ke sini 6 atau 7 tahun lalu pun sudah begitu kebiasaan mereka. Entah naluri alam atau karena terbiasa dikasih sesuatu sama manusia lalu nagih terus atau gimana saya kurang paham juga mekanismenya.

Oke, kenapa mendadak saya sudah berganti kostum lagi -_-. Karena biar kesannya beda hari pas piknik kesana, hahaha *gaje sekali saya. Air terjunnya ada pas di belakang saya ini tapi nggak kefoto. Yaa jadi nggak bisa nunjukin deh. Air Terjun Grojogan Sewu ini merupakan sebuah pancuran alam, tingginya saya nggak tahu pasti, tapi lumayan gede kok. Letaknya dibatasi batu-batuan hitam yang dialiri air, jadi dari undakan tadi setelah sampai ujung - ini menurun undakannya - lalu disambung dengan dua jembatan penghubung yang di ujungnya ada jalan akses menuju grojogan. Di sini ada beberapa ibu-ibu penjaja payung sewaan kalau misalnya kamu kepanasan atau cuaca sedang hujan. Nah untuk sampai di grojogan, mari kita berjalan kaki melewati bebatuan. Agak licin jadi harus hati-hati, dan lebih enak kalo pake sandal aja atau sekalian tanpa alas kaki. Kebetulan saya cuma bawa satu sepatu dan sayang kalau basah jadi akhirnya saya pun nyeker :P.

Area bawah grojogan dipenuhi pengunjung pas saya ke sini. Biasanya mereka cuma sekedar main air atau foto-foto. Di sisi kiri maupun kanan grojogan, dipenuhi rimbun dedaunan. Sejuk diliatnya, plus makin sejuk karena udara di sini yang memang dingin syekali. Air yang mengalir dari grojogan jangan ditanya, adem pisann. Berasa kayak ketumpahan air dari kulkas. Terus titik-titik air yang jatuh dari grojogan menyebar sampai jangkauan lumayan jauh, kayak gerimis gitu, jadi kalau kita ada di lokasi bebatuan bawah air terjun pasti basah. Btw bebatuan hitam ini ada sampai radius yang cukup lebar lho dari grojogan.

Saya nggak lama main air di sini karena cuaca mendung banget, udah turun gerimis rintik-rintik lagi juga. Jadi saya putuskan untuk menepi dari air dan makan dulu. Kuliner yang terkenal di sini adalah sate kelinci, tapi karena saya anaknya penyayang binatang jadi milih makan menu lain aja. Ada beberapa warung makan di sekitar yang lokasinya berdekat-dekatan. Untuk menuju ke sini kita tinggal lewat jalan semen yang tepinya penuh pohon-pohon besar nan rimbun. Nyaris semua warung makan menunya serupa dengan harga makanan dan minuman yang sudah dicantumkan jadi nggak akan ketipu. Harga makanan dan minuman di sini enggak mahal kok untuk ukuran kawasan wisata, masih bisa dibilang terjangkau. Tapii, makan tetep nggak bebas dari gangguan onyit yang berloncatan kesana kemari naik turun pohon jalan, jalan dan berlarian sesuka kaki mereka, jadi tetep hati-hati ya.

Habis makan, saya lanjut berkeliling jalan-jalan karena gerimis sudah reda lagi. Di sekitar terdapat wahana kolam renang dan flying fox tapi enggak saya coba dua-duanya. Saya milih main ayunan aja, hahaha. Ini ayunan umum kok, jadi bebas dipakai siapa saja dan gratis. Saya ceritain ya, waktu kecil dulu saya suka banget main ayunan. Kebetulan teman main saya pas TK punya ayunan sendiri di rumahnya jadi kami sering banget main ayunan bersama. Wuih bisa seharian deh diombang-ambingkan di atas ayunan - kadang sampai pusing kepala juga karena terlalu banyak diayun. Jadi main ayunan di sini berasa nostalgia buat saya, hehehe.

Setelah puas main ayunan, hari sudah menjelang sore jadi saya putuskan untuk keluar dari lokasi grojogan. Kembalinya lewat jalur yang berbeda dengan saat datang tadi karena saya ingin merasakan lewat jalur atas. Jalurnya naik dan terdiri dari anak tangga yang ditulis sejumlah 1.250 naik turun - berarti kalau naik doang mungkin setengahnya - dan bermaterial semen, jadi nggak licin kayak pas datang tadi. Rasanya lebih jauh pas lewat sini, hehehe. Lebih capek juga karena anak tangganya nggak landai, jadi modelnya tinggi-tinggi gitu. Di sepanjang perjalanan ada beberapa gazebo kecil untuk beristirahat dan ada satu lapak penjual minuman. Sampai di atas, disambut dengan gapura papan dan sampai deh ke pintu keluar jalur atas.

Di atas sini banyak penyewaan kuda tunggangan. Ih saya gemes sekali pingin nyoba karena belum pernah naik kuda sebelumnya, jadi saya nyewa deh sebentar. Satu kali putaran dengan rute nggak seberapa jauh dihargai Rp. 30.000 saja lengkap dengan bapak pawang yang mengikuti kuda berjalan atau membantu menuntun kalau kitanya belum berani mengendalikan kuda sendiri. Saya sering baca teknik menunggang kuda dari buku cerita, yaitu dengan memegang tali kekang dan tarik untuk jalan - gerakkan untuk mengarahkan - dan lepaskan untuk berhenti, tapi pas nyoba sendiri gini ternyata nggak semudah teori -_-'. Kuda tunggangan saya berwarna coklat gelap dengan bulu-bulu sewarna kulitnya. Cukup tinggi, dan berasa agak kaget juga saya pas naik ke pelananya karena jadi tinggi banget duduknya. Kudanya jinak dan sudah terlatih ditumpangi orang asing, tapi tetep saya khawatir juga. Takut jatuhlah, takut olenglah, atau takut kudanya ngamuk. Jadilah saya didampingi bapak pawang yang bantu peganging tali kekang. Waktu jalan, kudanya bergerak ke kanan dan ke kiri jadi duduk saya nggak bisa anteng. Setelah beberapa menit, baru deh terbiasa dengan tunggangan ini, berasa jadi pendekar yang lagi naik kuda nih.

Menurut saya hewan punya naluri untuk merasakan pengendalinya takut atau enggak. Karena saya sempat diberi kesempatan oleh pak pawang untuk pegang tali kekang sendiri, hasilnya si kuda jalan oleng miring-miring meringkik dan nyaris menabrak warung yang ada di tepi jalan. Sebabnya mungkin karena saya yang super deg-degan menaikinya, hahaha. Soalnya secara teori udah bener. Si kuda juga jadi jalan lebih cepet, beda dari pas dipegang pawangnya dia santai aja. Hmm, mungkin saya harus lebih tenang dan ngebiasain diri sama si kuda.

Puas naik kuda, istirahat deh saya di kios wedang ronde. Hangaat, apalagi di cuaca Tawangmangu yang super dingin gini. Di sekitar kos wedangan ini terdapat juga beberapa kios oleh-oleh, tapi tahu kan saya nggak beli, hahaha :D. Lalu selang beberapa lama, karena udah sore tiba deh saatnya pulang! Seneng banget pikniknya hari ini dan ngasih penyegaran buat jiwa saya, hahaha. Kayaknya berwisata alam gini bisa jadi agenda tetap saya untuk mengusir kepenatan deh :). Ada yang suka piknik ke alam juga? Kawasan Air Terjun Grojogan Sewu Tawangmangu bisa jadi tujuan seru kamu lho. Selamat liburan ke sini juga!

Minggu, 19 November 2017

[Experience] Keraton Kasunanan Surakarta - Wisata Budaya di Kota Solo

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Waktu SD, sekolah saya pernah ngadain karyawisata. Nah, biasanya tujuan karyawisata anak SD zaman old itu adalah wisata budaya, yang berarti keraton termasuk salah satunya. Keraton yang pertama saya kunjungi dulu adalah Keraton Kasultanan Yogyakarta, yang nggak terlalu jauh dari tempat tinggal saya. Saya masih ingat bener waktu itu gimana acara piknik kami, yang selain mengunjungi beberapa bagian keraton juga masuk ke museumnya sambil ditemani mbak pemandu wisata yang keren banget cara bicaranya menurut saya waktu itu. Itu udah lama banged, karena jaman saya SD adalah era awal milenium, yang mana dua digit angka buat tahunnya sudah jadi '20-' :D. Nah ngomongin soal keraton, di Pulau Jawa tempat saya berpijak ini ada beberapa keraton yang jadi objek wisata budaya maupun sejarah. Selain Keraton Yogyakarta yang pernah saya kunjungi, salah satu lainnya adalah yang saya kunjungi minggu lalu, Keraton Kasunanan Surakarta!


Beda lokasi, keraton kedua yang saya kunjungi letaknya ada di kota asal bapak presiden, Surakarta. Lebih familiar disebut Solo sih ya. Keraton ini merupakan istana resmi Kasunanan Surakarta yang didirikan oleh Susuhunan Pakubuwana II pada tahun 1744. Berarti sampai sekarang sudah tua juga ya umur bangunannya. Kompleks bangunan ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga istana namun juga dapat dikunjungi beberapa bagiannya sebagai objek wisata. Lokasinya nggak jauh dari pusat kota, tepatnya ada di Baluwarti, Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Kalau kamu termasuk orang yang lama tinggal di Solo, pasti tahu nih jalan menuju keraton. Deket Pasar Klewer, deket Benteng Trade Center.

Pas saya kesana, hari masih pagi tapi wisatawan yang berkunjung sudah lumayan banyak jadi suasananya rame. Saya masuk dari jalan di dekat benteng, yang merupakan sebuah gang untuk menuju ke pelataran depannya. Begitu masuk gang, langsung deh sampai ke pelataran luas yang masih jadi jalur umum. Di sini ada beberapa penjual makanan dan minuman ringan, plus sejumlah tukang becak berjajar menanti penumpang. Yang saya seneng, semua orang yang saya jumpai di pelataran depan keraton ini tuh ramah-ramah banget :). Bahkan ada bapak-bapak gapyak yang pake baju lurik dengan senang hati menjelaskan ke saya area-area di sekitar, termasuk pintu masuk menuju objek wisata kraton.

Dari pelataran sini dapat dilihat sisi depan keraton yang merupakan satu bangunan panjang dengan dominasi warna putih biru. Kesannya simpel, bersih, dan adem :). Di tengah bangunan ada pintu utama yang bagian depannya diberi semacam anjungan berwarna biru juga. Nah, sisi ini paling menarik diperhatikan. Pada bagian atapnya terdapat ukiran cantik dengan motif khas Jawa. Ukiran ini rumit di tengah dengan tepian berupa kepala naga di kedua ujungnya. Di bawah atap ukiran, terdapat aula luas yang teduh dengan empat tiang utama penyangga yang terlihat jelas dari depan.

Memasuki aula, menjorok ke dalam terdapat teras berujung pintu depan yang dijaga dua abdi dalem keraton yang bertugas sebagai prajurit. Keraton Kasunanan Surakarta punya formasi beberapa kelompok prajurit yang disebut bregada. Kelompok yang menjaga pintu depan ini dinamakan Prajurit Prawira Anom. Seragamnya berupa pakaian adat Jawa warna hijau, lengkap dengan kain batik dan pedangnya - kurang paham asli atau properti. Prajurit yang menjaga pintu ada dua personil, namun di meja sisi kiri aula terdapat beberapa anggota lain yang mungkin juga bertugas secara bergiliran. Beliau-beliau ini semua mengenakan seragam yang sama dan ramah-ramah banget terhadap pengunjung. Bawaannya kalo kesini hati jadi ayem deh dan mendadak cara ngomong juga jadi lebih halus penuh sopan santun, hehehe.

Setiap turis atau pengunjung yang mau berfoto dengan bregada Prajurit Prawira Anom diperbolehkan mengambil gambar sebanyak tiga kali. Jarak pengambilan foto maksimal adalah dari depan keset biru, ngga boleh sampai nginjak keramik. Mungkin alasannya supaya teras keraton ini tetap bersih yaa. Nah setelah berfoto, kita diharapkan mengisi uang sukarela di meja sebelah kiri tadi. Besarnya nggak ditentukan kok. Di meja ini saya sekalian tanya-tanya sama prajurit yang jaga tentang objek wisata di keraton. Sayang banget pada hari saya datang, kawasan wisata keraton sedang ditutup alias tidak menerima pengunjung dengan alasan internal yang tidak dijelaskan. Jadi saya nggak bisa masuk deh. Agak kecewa memang, tapi yasudahlah masih bisa kembali lain waktu. Toh deket, apalagi saya sekarang lebih banyak stay di Solo :).

Daripada langsung pulang begitu saja, akhirnya saya putuskan untuk melihat-lihat bagian depan keraton ini saja. Menarik juga kok. Di depan aula berfoto tadi ternyata ada patung batu hitam yang membawa gada, simbolisnya semacam penjaga juga. Ada dua jumlahnya, di sisi kanan maupun kiri tiang-tiang biru terluar. Bentuk patung ini agak sangar, mungkin kalo orang Jawa nyebutnya 'buto' ya. Itu loh sebutan untuk raksasa dalam bahasa Jawa. Lalu, setelah puas mengamati patung - entah dibuat tahun berapa - saya menyusuri sepanjang selasar kiri kanan aula. Di sini cuma ada pintu-pintu biru tertutup. Pintunya besar-besar, dan saya nggak tahu apakah sering dibuka atau selalu dibiarkan tertutup seperti saat itu. Pintu-pintu ini juga dihias dengan ukiran pada bagian atasnya.

Saya nggak lama jalan-jalan di sana, habis itu lalu pulang deh karena ternyata hari sudah menjelang siang dan matahari mulai terasa menyengat. Mungkin lain kali bisa balik ke sini lagi karena saya pingin banget masuk ke keraton dan sekalian mengunjungi museumnya :). Ada yang sudah pernah main ke Keraton Kasunanan Surakarta juga? Share yuk ceritanya!

Jumat, 17 November 2017

[Review] Mentholatum Beauty Mask Collagen Firming

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]


Hola girls! Ini review sebenernya mau ditulis dari bulan lalu, tapi kemudian saya teramat sok sibuk sehingga tulisannya jadi tertunda sampai bulan ini. Jadi awal bulan lalu ceritanya saya beli satu sheet mask dengan ekspektasi tidak terlalu tinggi karena sebelumnya sudah pernah pakai sheet mask sejenis dari brand yang sama namun beda varian dan kurang puas dengan hasilnya. Padahal waktu pertama beli mikirnya ini produk dari Mentholatum lho yang notabene buat saya bagus banget brand image-nya. Tapi waktu itu akhirnya beli varian berbeda dengan pertimbangan 'ah siapa tau yang ini cocok' dan harganya juga paling cucok di kantong cyin dibanding sheet mask lain yang sama-sama dipajang. Ini akhirnya setelah saya pakai jadi saya repurchase lagi di tempat berbeda ;D. Harganya enggak terlalu mahal kok, under 20K dan menurut saya itu masih termasuk murah dibanding sheet mask Korea yang dijual di berbagai online shop.

Saya beli yang varian Collagen Firming, kemasan warna ungu. Hehehe, belakangan memang lagi suka sama segala produk anti aging walau umur saya masih 23. Iya, kan lebih baik mencegah penuaan dibanding mengatasinya ketika sudah terjadi nanti. Nah, untuk varian yang saya beli ini, kandungan yang diunggulkan adalah Collagen dan AcHa. Apakah itu? Sik sik saya cari tahu dulu sebelum menjelaskan. Kita skip dulu ke bahas kemasan. Kemasan sheet mask ini bentuknya sachet plastik selayaknya sheet mask pada umumnya - belom pernah kan ada sheet mask yang diwadahin tube atau jar? Sachet-nya lucu, berbentuk kayak HP jadul Nokia yang tipe 7610, hahaha. Yang kayak daun atau kayak ketupat itu - it's call jajar genjang kayaknya :P. Di sisi atas sachet terdapat awalan untuk membuka kemasan dengan cara disobek, tapi saya lebih suka pake gunting agar lebih rapi. Eits sebelum menggunting kemasan agar terbuka, pastikan isi sheet mask-nya ada di bawah garis potong ya supaya nggak tergunting.


Kalau bagian depan kemasan cukup simpel dengan hanya sedikit tulisan dan hiasan yang seperti bunga tapi bukan, sisi belakangnya malah rame. Buanyak keterangan dijejalkan di sini yang untungnya menarik untuk dibaca karena ada ilustrasi cara pemakaian produknya juga. Klaimnya, Beauty Mask Collagen Firming membantu merawat tekstur dan elastisitas (kulit) sehingga tampak lebih muda. Cocok untuk segala jenis tipe kulit. Mengandung Collagen dan Improved Hyaluronic Acid (AcHA). Collagen berfungsi sebagai nutrisi kulit untuk merawat tekstur dan elastisitas sehingga tampak muda. Improved Hyaluronic Acid (AcHA) berfungsi untuk melembapkan kulit agar tetap sehat dan segar. Beauty Mask terdiri dari dua bagian agar dapat menutup wajah dengan sempurna.

Itu tuh penjelasan soal kandungan utama dalam essence sheet mask ini, sudah terjawab yaa. Trus ya, sheet mask ini memang terdiri dari dua bagian - udah diterangin di sisi depan kemasan juga - jadi nggak seperti sheet mask kebanyakan yang cuma selembar aja. Nah, sekarang yuk bahas ke cara pakainya yang juga sudah dicantumkan di sini. Caranya, bersihkan wajah kemudian tempelkan Beauty Mask mulai dari bagian bawah lalu bagian atas wajah. Tekan Beauty Mask dengan lembut agar menempel dengan sempurna, diamkan selama 15 menit. Lepaskan Beauty Mask dan pijat wajah dengan lembut agar larutan yang tertinggal terserap sempurna. Bilas apabila diperlukan.

Sekarang, yuk lanjut ke tampilan sheet mask-nya!


Seperti yang disinggung di atas, kayak gini nih tampilan dua bagian sheet mask. Saya udah pernah pakai sheet mask yang terdiri atas satu bagian aja, tapi yang dua gini juga nggak masalah. Cuma, apakah efektif? Menurut saya justru lebih ribet setelah dicoba. Masalahnya, potongan sheet mask-nya terlalu lebar tapi kurang panjang untuk ukuran wajah saya. Jadi dia lebih lebar ke samping, kurang sesuai sama anatomi muka manusia pada umumnya. Selain itu, karena lebar jadi di bagian atas , lubang untuk mata nggak pas sama mata saya, bagian dahi kurang nutup ke atas, dan bagian hidungnya kepanjangan - oks ini mungkin karena idung saya yang pesek :P. Terus bagan bawahnya kurang nutup dagu, dan sisi untuk pipi terlalu panjang jadi numpuk ketika saya sambungin dengan bagian atasnya. Tuh kan malah ribet jadinyaa....

Tapi yasudahlah, mari kita lanjut ke performance-nya aja. Btw, sebelum maskeran pakai ini, kemarin sorenya saya habis facial, biasa langganan di Larissa. Waktu itu nyobain varian honey karena belum pernah, jadi penasaran. Madu saya pikir bakal netral untuk segala jenis kulit dan aman-aman saja. Akan tetapi girls, malam sehabis facial justru wajah saya diserang bruntusan yang tiba-tiba :(. Oh tidaaak, wajah halus Princess jadi bergeronjal :(. Karena inilah, besok hari habis facial, saya putuskan pakai sheet mask. Yah gini lho, menurut analisa sederhana saya sheet mask yang adem dan banyak cairannya akan membantu mendinginkan bruntusan nan gatal di wajah saya, sukur-sukur meredakannya. Memang agak melenceng dari fungsi utama sebagai anti aging mask, tapi ya itulah yang terpikir oleh saya waktu itu. So, saya pakai aja!

Jeng jeng jeng! Taraa...! Beginilah ketika Beauty Mask Collagen Firming dipakai di wajah saya. Teteup cakeps khan ya? Rasanya adem dan nyaman waktu dipakai, berasa kulit langsung terhidrasi dengan cepat gitu. Saya pakainya sesuai anjuran, setelah membersihkan wajah. Tapi mendiamkannya agak sedikit lebih lama, sekitar 30 menitan dikarenakan saya agak eman-eman kalau cuma dipakai 15 menit - essence-nya masih banyak cyin! Setelah setengah jam pun dia tetep masih basah, akan tetapi saya lepas juga karena kalau terlalu lama maskeran pengap juga rasanya dan kurang bebas beraktivitas. Sebenernya sih sheet mask ini nempel dengan baik di kulit wajah, jadi nggak akan melorot atau jatuh, tapi nggak lucu kalau saya berkeliaran di luar ruangan dengan pakai sheet mask begini. Bisa-bisa saya bikin ayam terkejut.

Setelah dilepas, rasanya kulit wajah jadi lembap banget dan waktu essence-nya diratakan juga nggak lengket. Saya sih nggak cuci muka sehabis maskeran, sayang nanti essence-nya malah terbilas dan Alhamdulillah baik-baik aja kok. Kalau untuk efek merawat tekstur dan elastisitas kulit, lumayan terasa sih terutama pas habis diratain essence-nya, tapi nggak terlalu yang jadi kenceng banget gitu. Senengnya lagi, bruntusan saya jadi reda! Wuah saya jadi seneng abis pakai sheet mask ini dan jadi repurchase :D.

Emm, sepertinya itu saja yang bisa saya bagi pada review kali ini. Lumayan lah ya pemanasan setelah sudah cukup lama nggak nulis. Nah, see you di pos selanjutnya ya girls.... Bye bye :*!

Price: Rp. 16.550
Rate: 4/5
Repurchase? Maybe next time
Notes:
+ harga terjangkau
+ nyaman dipakai
+ lembap dan di saya meredakan bruntusan
- dua bagian sheet mask-nya justru bikin ribet

Selasa, 07 November 2017

[Fully Loaded] November

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Yap! Sekarang saatnya membongkar isi belanjaan bulan November. Pengeluaran saya bulan ini agak banyak di barang selain kosmetik, jadi maklumin yak kalau produk skincare dan makeup yang dibeli cuman dikit ;D, eh makeup bahkan nggak ada. Jadi ceritanya gini, saya tuh anaknya sering gonta ganti mood dan kegemaran. Maunya sih gonta ganti pacar tapi satu aja ngga punya, ngenes. Ada masanya saya sukaa banged main makeup, trus ada waktunya saya jadi kutu buku yang gemar membaca. Nah, bulan ini - dimulai dari bulan lalu sebenrnya - saya jadi demen mewarnai. Saya memang beli buku mewarna yang lucuu banget, dan bikin gemas untuk segera membuatnya penuh warna. Pas beli udah ada pensil warna bawaannya sih, tapi warnanya kurang variatif jadi akhirnya saya putuskan beli pensil warna lagi dengan isi yang lebih banyak dan beragam :). Selain buku mewarna dan pensilnya, saya juga beli beberapa buku bacaan. Ntar saya bikin posting-an terpisah aja untuk membahasnya, sekarang di sini fokus ke belanjaan kosmetik aja yaw!


Bulan lalu saya beli sampo dan kondisioner sasetan. Jatuhnya memang praktis sekali takar untuk satu pemakaian, tapi jadi banyak sampah. Akhirnya saya beli lagi dalam bentuk botol. Dove udah jangan ditanya, sejauh ini tetap merk sampo dan kondisioner paling cocok buat rambut saya. Harganya lupaaa :'D, dan semua harga produk di pos ini saya lupa juga. Notanya udah keburu saya buang akibat nggak ingat kalau mau nulis fully loaded. Perkiraan aja ya, kayaknya ini sampo dan kondisioner kalau digabung harganya jadi sekitar Rp.50.000.

Masih dari Dove, saya beli lagi beauty bar-nya. Ini bisa dipakai buat tubuh maupun wajah, jadi lebih ekonomis buat kantong saya. Saya emang lagi banyak pengeluaran di buku dan pensil warna, jadi buat skincare bulan ini nyari yang hemat aja tapi tetap berkualitas tentunya. Buat tubuh sebenarnya saya masih ada sisa baby bath dari bulan lalu, tapi rada bosen pakai sabun cair sekarang. Sempet mau beli ulang sabun batangnya Purbasari plus temen-temennya dari zaitun series, tapi karena saya belinya di Hypermart barang tersebut nggak ready - entah kenapose alasannya nggak dijual di sana - jadi balik ke Dove lagi. Ini saya beli kemasan hemat, Rp. 5.500 dapat dua sabun. Btw, saya pakai ini buat wajah juga selang seling sama face wash yang exfoliating biar kulit seimbang dapet eksfoliasi maupun lembutnya.

Ada Viva Lulur Mandi Yogurt, ini saya repurchase setelah menghabiskan satu jar pada bulan sebelumnya. Astaga jadi ingat nggak saya masukin di empty habisnya -_-. Tadinya mau nyoba varian lain karena puas sama yang yogurt, tapi ternyata varian yogurt teteup yang termurah, jadi beli yogurt lagi aja, hahaha :D. Nggak saya bahas panjang ya, tengok di review langsungnya untuk tahu soal produknya. Oh iya, harganya sekitar Rp. 9.500 aja untuk satu jar penuh body scrub.



Beli Citra Natural White UV Hand & Body Lotion karena ada bonus cermin cantiknya, hahaha. Ah saya memang mudah dipengaruhi hadiah-hadiah begini :S. Bahkan tadinya saya mau beli krim wajah dari Citra juga karena ada free anting cantik berjuntai-juntai. Tapi akhirnya nggak jadi beli karena memang bukan yang butuh banget beli krim Citra. Harga body lotion-nya lupa, tapi kayaknya under 30K jadi hemat juga apalagi isinya banyak - ini kemasan pump paling gede. Udah pernah pakai Citra, memang kurang lembapnya tapi boleh jugalah dipakai. Toh produk lokal juga, harus bantu menjaganya tetap ada dan berkembang dong! #DessyCintaProdukDalamNegeri #PriaLokalBolehJuga



Hoahm hampir ketiduran nih nulisnya karena udah malem, oks saya selesaiin dulu. Ada Hada Labo Ultimate Moisturizing Cleansing Oil, ini cleansing oil pertama saya dan jadi langsung suka bersihin wajah pake produknya. Jauh lebih simpel dibanding pakai micellar water atau milk cleanser dan hemat karena nggak butuh tisu atau kapas untuk ngangkatnya. Cukup bilas dan minyaknya larut dalam air, keren kan? Saya pernah nyoba minyak zaitun sebagai cleansing oil namun gagal total karena ya jelas bro minyak zaitun nggak larut dalam water. Sekarang, saya pakai cleansing oil beneran ini dan sukaaa :*. Harganya rada mahal, tapi lupa tepatnya, mungkin sekitar 40-an ribu.

Ada Hada Labo Ultimate Moisturizing Light Lotion, saya udah pernah pakai lotion ini dari seri Gokujyun, tapi ini varian light-nya. Belum saya pakai karena masih ngabisin lotion yang ada, jadi belum saya kabarin bedanya sama yang versi non light-nya. Harganya sekitar 23 - 25 ribu rupiah, masih terjangkau juga dan isinya buanyak, bakal awet berbulan-bulan.

Ini ada whitening serum dari Aphroderma yang saya beli sepaket dengan cream sulfur anti komedo dari Theraskin. Memang agak meragukan sih, tapi saya tergoda beli sejak lepas dari MD Glowing skincare. Kan pingin kulit tetap cerah dan bebas komedo jadi beli ini, harganya murah lagi. Dua produk jadi sekitar Rp.85.000. Saya pakainya dikit-dikit, dan syukurlah sampai hari ini baik-baik saja di kulit wajah. Efeknya belum terlalu nampak sih tapi so far kulit saya enggak tambah gelap atau kusam dan komedo juga enggak subur merajalela.

Lanjut, ada Hada Labo Perfect 3D Gel yang udah komplit dengan moisturizing, whitening, dan anti aging effect-nya. Saya lagi suka sama produknya Hada Labo belakangan sampai sekarang ini, enak dipakai dan nggak menimbulkan breakout. Untuk produk ini, saya pernah baca review-nya di Female Daily dan memang langsung tertarik untuk nyoba. Belum saya pakai memang saat ini, masih nunggu stok krim wajah yang lama habis dulu. Sayang ini ternyata night cream doang, tadinya saya kira bisa buat day juga, jadi kalau day cream lama nanti habis saya belum punya gantinya. Harganya lumayan, sekitar Rp. 54.000.


Selain belanjaan di atas - yang saya pakai di kos - di rumah saya sempat belanja juga tapi nggak sempet fotoin buat dimasukin sini. Cuma beli Dove Beauty Bar juga dan body lotion zaitun dari Purbasari. Nah sudah dulu ya pos hari ini, saya udah ngantuk banget nihh. See you next post ya! Zzzttt...

Senin, 06 November 2017

[Empty] Oktober

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Aloha girls! Saya udah lama nggak update isi blog ini nih. Bahkan review produk dari bulan lalu pun belum sempat terselesaikan, lalu ngga sadar udah ganti bulan, hehehe. Awal bulan adalah saatnya nulis produk-produk kesayangan baru :D, tapi sebelum itu mari kita simak apa saja produk yang sudah saya habiskan bulan lalu!


Nggak banyak sih, yang pertama ada empat body serum. Ini ada tiga jenis walau kelihatannya yang dua day serum dan dua lagi sisanya night. Yang pertama ada Nivea Instant White Firming Body Serum, ini body serum yang teksturnya paling kental dan beda banget sama ketiga temannya. Warnanya orange pucat dengan formula yang rich dan agak susah diratakan. Butuh agak banyak serum ini untuk seluruh tubuh jadi rada boros - mana harganya lumayan - dan karena susah diratakan jadi terasa lama nyerapnya, kaya ninggal di permukaan kulit gitu. Produk ini nggak lembap sama sekali, mungkin karena menurut saya dia nggak cepet nyerap. Terus soal embel-embel instant white-nya, itu nggak ngefek di saya. Warna kulit tetep segini-segini aja habis pakai si body serum.

Terus ada Nivea Extra White Firming Body Serum, ini satu jenis tapi beda nama. Kalo yang extra, teksturnya lebih encer - walau tetap kental - dan berwarna putih, trus lebih cepat nyerap dan rasanya adem :). Selanjtnya ada dua Nivea Night White Firming Body Serum, ini buat malam harinya untuk memaksimalkan kinerja day serum selama kita bobok. Teksturnya agak kental, dan berwarna putih juga.

Dulu, saya udah pernah review soal body serum dari Nivea. Nah kalau yang sekarang ini adalah versi pembaharuannya. Dulu enggak pakai embel-embel firming gitu. Yang sekarang pakai, dan tekstur serumnya jadi lebih kental dibanding versi lama. Yang lama tuh bener-bener ringan dan cepet nyerap, kalau yang ini berasa lebih tebel dan susah nyerap. Trus efek firming dari body serum versi baru ini nggak saya rasain, jadi saya agak kecewa sama performa pembaharuannya. Untuk kerja mencerahkannya juga saya rasa masih kalah dari yang lama. Kulit belang saya walau udah lebih terang tapi tetap belum sama warna kayak semula, padahal saya sudah menghabiskan empat tube body serum. Saya jadi agak enggan buat beli produk ini lagi, walau dulu sempat jadi favorit saya.


Next aja, sekarang ada kumpulan beberapa produk berbeda. Yang paling kiri ada Dove Original Light & Smooth Deodorant - gini kan ya namanya? - yang klaimnya whitening Ini saya dapat dari tester dan kurang suka sama hasilnya. Lama kering, bikin keti kaku dan susah dibersihin, terus nggak ada efek whitening-nya sama sekali di saya. Tetep saya pakai sampai habis sih, tapi nggak tiap hari jadi habisnya lama, ini kan udah saya punya lama. Masih punya satu lagi di rumah, tapi udah jarang saya pakai dan enggak akan beli lagi karena punya stok yang deo lotion juga.

Terus ada Shinzu'i Facial Wash, lupa ini varian apa pokoknya yang warnanya hijau. Ini udah lama banget saya punya, pakanya on - off mulu tapi karena disela pakai face wash lain. Akhirnya saya habisin juga bulan lalu. Biasa aja sih kesan pakai produk ini, tapi syukur enggak menimbulkan breakout. Nggak akan beli ulang karena sekarang udah pakai face wash lain.

Ada Vienna Face Spa Mask Purifying Black Mud dan Clarifying Egg. Ini belum lama saya tulis review-nya, jadi kesan saya terhadap produknya baca di sana aja yaa. Enggak akan beli lagi karena sekarang mau pindah ke masker yang non peel off yang relatif lebih ramah di kulit dan nggak bikin kering. Ada rekomendasi masker yang ngelembapin? Kalau ada share di komentar ya :).


Terakhir ada Garnier Black Head & Pore Purifying Clay Mask. Ini awal beli saya pikir peel off mask juga, tapi ternyata bukan. Tadinya kurang suka karena ribet bilasnya dan nggak kering-kering pas dipakai walau udah lama nempelnya. Ini saya beli se-sachet dapat dua dan baru dipakai satu. Masih mau pakai satunya buat ngecek masker ini beneran tipe clay mask yang nggak kering atau gimana. Saya memang belum pernah nyoba masker sejenis, ini baru kali perdana pakai mask model clay begini jadi nggak tahu kalau clay mask dipakai bakal kering atau nggak. Trus meski awalnya kurang suka masker terbaru keluaran Garnier ini tapi setelah dibilas saya jadi seneng kok :). Masker ini ngefek banget di ngelunturin komedo-komedo yang pada nangkring dan efek hangatnya melegakan.

Udah itu aja produk habis saya bulan lalu. Lanjutannya adalah sesi belanja, tapi saya pisah di pos selanjutnya yaa, see you girls!