Jumat, 15 September 2017

[Experience] Saya dan Pantai

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Tadinya postingan ini akan saya juduli Dessy si Gadis Pantai lalu nggak jadi karena dibacanya terlalu alay, mirip judul film yang agak-agak saru gimana gitu. Sebenernya saya nggak punya hubungan khusus dengan pantai atau lautnya, juga bukan pecinta tamasya ke pepantaian. Saya lebih suka gunung, hutan, atau kebun-kebun bahkan sawah yang memberi pandangan kehijauan. Tapi yha gimana, rumah saya itu dekat pantai, jadi mau nggak mau saya pasti ada event yang lokasinya di pantai. Selain itu, tempat wisata di daerah saya dan sekitarnya yang terkenal dan mudah dijangkau juga pantai lagi, jadi suka tak suka saya pasti pernah lebih dari sekali berwisata ke pantai. Bahkan di blog ini sudah tiga kali saya membahas soal rekreasi ke pantai.

Termasuk h+7 lebaran Idul Fitri lalu, saya ngikutin sebuah acara syawalan yang diselenggarakan di sebuah rumah makan tepi pantai Goa Cemara. Di mana itu? Ya tolong manfaatkan kecanggihan teknologi google maps untuk mengetahuinya. Goa Cemara itu nama sebuah pantai yang nggak jauh dari rumah saya. Cuma sekitar tiga kilometer jaraknya atau bisa ditempuh dengan waktu sekitar sepuluh menit saja naik kendaraan bermotor. Kalo jalan kaki lain cerita lagi.

Dulu banget, pas saya masih SD, pernah juga beberapa kali menyambangi Pantai Goa Cemara. Tapi waktu itu nama pantainya bukan Goa Cemara, nama ini baru dipakai sekitar lima atau enam tahun belakangan tepatnya saat saya SMA setelah kawasan pantai mulai dirombak penampilannya. Kenapa dinamakan Goa Cemara? Sebab dulu di tepian pantai buanyak banget pohon cemara rimbun berderet-deret yang tengahnya bisa kita lewatin kayak goa gitu. Sayang sekarang pohonnya sudah banyak yang dipangkasin hingga tinggal dikit jadi nggak mirip goa lagi. Alasan pemangkasannya adalah karena banyaknya tindak tanduk kurang pantas yang dilakukan kids jaman now di balik rimbunnya dedaunan cemara tersebut. Walau kini deretan pohon cemara tersebut sudah nggak mirip goa lagi, tapi nama pantainya nggak diubah.

Saat saya kesini lebaran lalu itu, sudah buanyak banget perubahan yang terjadi pada pantai Goa Cemara. Saya memang sudah lama nggak ke sini. Setelah waktu SD itu memang sempat ke sini lagi nggak cuma sekali tapi udah lupa kapan. Pas ke sini, agak kaget ternyata pantainya tambah rame dan makin bagus. Penataan tempat juga cukup rapi. Pertama masuk dari jalan raya, saya sudah disambut semacam gapura bertuliskan nama pantai dan patung selamat datang (?) berbentuk kura-kura. Hampir semua pantai di kawasan Bantul memang sekarang dikasih gapura semacam ini dan akhirnya jadi spot hits para alayers pemburu like untuk sekedar berfoto di depannya. Kayak saya.

Terus jalan dari gapura, saya melewati deretan rumah makan ikan sebelum sampai ke lokasi parkir. Kebanyakan rumah makan ini dikelola oleh penduduk sekitar pantai. Acara syawalan yang saya hadiri juga diadakan di salah sebuah dari rumah makan tersebut. Nah dari parkiran yang saya sebut tadi, udah deket kalo mau jalan ke laut atau sekedar menyusuri pantai. Ada jalan setapak yang bisa dilewatin. Capek jalan? Bisa sewa ATV untuk dinaiki. Biayanya saya nggak tahu berapa. Bisa sewa kuda juga kok kalau mau lebih natural. Kudanya jinak plus ada pawangnya juga untuk menemani kamu yang newbie dengan hewan tunggangan. Biaya sewa kuda cuma 30 ribu rupiah, tapi saya nggak tanya itu untuk waktu berapa menit. Saya nggak naik sih jadi nggak tanya-tanya. Saya anaknya hemat dan sehat, jadi cukup jalan kaki sampai ke pantai. Saran saya, kalau mau jalan kaki lebih enak nyeker. Tapi kalo kamu orangnya jyjycan kalau musti jalan tanpa alas kaki, pakailah sandal yang praktis dan nyaman. Kenapa? Biar mudah jalan dan mudah bersihin alas kakinya nanti. Ke pantai artinya bersentuhan dengan pasir yang kadang lengket jika basah jadi pada nempel ke alas kaki. Kalau pakenya high heels pasti keceblok, kalau pake sandal dengan beruntai-untai hiasan selain susah jalannya juga ribet bersihinnya nanti. Itu pelajaran pertama dari saya untuk ke pantai ya. Saya waktu itu untung pakai flat shoes jadi masih cukup nyaman untuk berjalan kaki di atas pasir. Tapi akhirnya tetep saya lepas dan nyeker aja karena lebih enak gitu, lebih berasa ke pantainya kalo kaki nyentuh pasir.

Pasir di pantai seluruh Bantul berwarna hitam. Beda sama pasir putihnya pantai sepanjang Gunungkidul. Pasir hitam ini merupakan material yang sering ditambang untuk campuran semen pembuat bahan bangunan. Beberapa pantai sekitar Goa Cemara pernah mengalami abrasi karena banyak pasirnya yang longsor, saya nggak tahu akibat ditambang juga atau tidak.

Buat saya, pasir pantai Goa Cemara ini masuk kategori halus untuk dipijak. Artinya nggak bikin sakit telapak kaki. Trus lumayan bersih juga jadi nggak sering nginjak sampah pas jalan. Sambil jalan ke tepi laut, sana nemuin beberapa perahu nelayan penangkap ikan sedang berlabuh. Kayaknya mereka melaut pas malem. Saya kesitunya pagi waktu itu. Sebelum sampai tepi pantai, duduk-duduk dulu lah ya. Saya jalan ke sini bareng adek saya, tapi dia nggak saya ajakin foto :P.

Bosen duduk-duduk, saya beranjak jalan ke tepi laut. Biasanya saya agak males kalau mesti kena air laut, tapi kali itu lagi pingin aja. Pas pagi, ombak lumayan kenceng. Saya sempet beberapa kali kena ombak gede sampai nyaris keikut. Makanya kalo mau main air di tepi laut jangan terlalu ke tengah berdirinya. Jangan berenang juga ke tengah laut kalo ada peringatan dilarangnya. Salah-salah terbawa arus ke negara lain kan bingung nanti. Di sini saya kurang paham ada penjaga pantainya atau nggak untuk ngawasin pengunjung baik yang di pantai maupun yang ke laut.

Efek kena ombak tuh bikin seger jiwa dan raga, hahaha. Tapi sayang karena saya pas ke sini pakainya celana panjang yang susah digulung jadi bagian bawah celana saya basah sampai ke lutut. Pelajaran kedua saat ke pantai, pakailah pakaian yang sesuai dan nyaman. Jangan salah kostum agar lebih enak main di pantainya dan lebih nyaman juga pede. Soal pilihan outfit-nya, menyesuaikan dengan pribadi masing-masing ya.

Saya nggak lama main-main air karena keburu ditunggu untuk ikut acara syawalan. Jadi balik jalan lagi ke rumah makan dan terpaksa syawalan dengan celana basah -_-'. Tadi pas berangkat enggak niatin bakal main air jadi nggak bawa ganti. Pelajaran ketiga, bawalah pakaian ganti jika memang ingin bermain air laut di pantai. Kalaupun nggak ada acara lagi di pantai setelah basah-basahan, pakaian yang kering bisa digunakan saat pulang.

Saat jalan kaki baliknya ini saya ambil rute berbeda dengan pas berangkat ke tepi lautnya tadi. Kalau tadi lewatnya jalan setapak yang melewati penyewaan kuda, sekarang lewat kelompok-kelompok pohon cemara yang masih tersisa. Di bawah rumpun cemara ini kadang ada tumbuhan liar yang bunganya berbentuk bundar berduri-duri. Dulu waktu kecil saya sering bawa bunga duri kering pulang. Di rumah dibakar kayak kembang api :D. Kali ini saya nggak ngambil karena pas nggak nemu. Lagian habis itu saya masih syawalan juga. Kan nggak lucu kalo sambil bawa-bawa bunga kering berduri.

Setelah ngelewatin pepohonan cemara, tembusnya ke jalan setapak yang tadi juga :D. Sepanjang jalan ini buanyak penjual jajanan lho. Saya sempet beli cilok sama es krim. Rasanya enak kok, mungkin karena laper. Kalau mau makan berat, tinggal singgah aja ke rumah makan yang tersedia. Banyak pilihan kok :).

Ah kayaknya udah segitu aja cerita ke pantai saya :). Pantai ternyata menarik juga untuk dikunjungi. Bukan tempat wisata favorit saya tapi tetap layak untuk disambangi dan saya nggak kecewa kok datang ke sini. Tertarik ke Pantai Goa Cemara? Silahkan kunjungi aja, untuk lokasi searching sendiri ya. Oh iya, kalau pelesir ke pantai jangan lupa pakai sunscreen atau sunblock yaa biar kulit tetap sehat. Salam pantai!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar