Senin, 28 November 2016

REVIEW : Mustika Ratu Zaitun Body Care

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Setelah di pos beberapa hari lalu sempat pede memajang muka sendiri yang no make up dengan poto ukuran ekstra gede - dan setelah di-posting saya baru sadar betapa zeleknya itu - kali ini saya akan nulis review soal body care. *nggak nyambung ya kalimat pembukanya* Tapi sebelumnya, izinkanlah saya menyampaikan beberapa patah kata. Weitz, kaya mau pidato gue :'D. Jadi gini, dari beberapa hari yang lalu saya kok sering liat iklan Wardah Lip Cream di tipi. Trus saya heran *aku memang gumunan* kok baru diiklanin sekarang padahal produknya keluar udah lama, saya bahkan udah punya dua shade-nya. Di iklan tersebut, ada pro dan kontra buat saya. Satu, dia diklaim matte yang no transfer. Ini saya setuju. Dua, dia dibilang lembap. Oh no, kali ini saya disagree. Enggak selembap yang terlihat di iklan hasilnya. Sepertinya sih gitu yang saya rasakan. Eh iya nggak ya? Coba deh cek ke review saya yang lalu :


Ngomongin lipen...saya jadi inget kemarin habis ngejatohin lipstik PIXY kesayangan yang biasa saya pakai buat blush on T_T. Jatohnya sampai benyek gitu lipstiknya, udah saya coba bentuk lagi tapi nggak bisa kembali seperti semua *malah bentuknya jadi kaya apa gitu...:S*. Saya jadi nggak punya blush on khusus dari lipstik lagi deh. Terus kudu mikir-mikir mau pakai lipstik apa untuk gantinya :S. Akhirnya sekarang saya kalau perlu blush on-an, pakainya lipstik yang dipakai di bibir saat itu juga *meskipun masih mikir kalau pipi jadi berwarna ungu lebam atau abu-abu*.

Sekarang, kita balik ke topik utama. Review Mustika Ratu Zaitun Body Care. Saya punya empat biji prodaknya, terdiri dari olive oil, body scrub, body wash, dan body butter. Emm, yang minyak zaitun kayaknya bukan rangkaian khusus yang satu seri sama ketiga produk lainnya tapi karena dia zaitun juga maka saya masukin aja di Zaitun Body Care ini.


Untuk kelas produk lokal, Mustika Ratu ini termasuk yang paling megang. Kelihatan banget kalau konsepnya memang serius dan mewah. Brand ini juga sudah mengantongi izin halal dari MUI. Seluruh produknya bertemakan alamiah, dari bahan-bahan yang disediakan oleh alam gitu. Saya bilang bertemakan loh ya bukan bener-bener alami. Ya boleh juga bilang produknya alami, tapi saya sekarang lebih suka nyebut alami tuh kalo kita langsung metik zaitun di pohon misalnya trus dipakai perawatan. Nah itu baru alami beneran. Mm, gini aja deh saya nyebut produk ini; berbahan alami tapi diproses secara modern dengan teknologi. *btw, dulu saya pernah bikin scrub dari garam, itu saya bilang alami kayaknya padahal garamnya beli dan campurannya pake pasta gigi yang jelas-jelas kimia*

Harganya masih di rentang pertengahan sih, antara nggak terlalu mahal tapi juga bukan yang murah meriah. Kita mulai ripiewnya dari yang pertama dipakai, trus ntar lanjut ke urutan-urutan di sebelahnya yaa...

1. MINYAK ZAITUN

Saya beli yang kemasan kecil aja, biar imut ;P. Kemasannya berbentuk botol dengan tutup yang punya pegangan berbentuk ala koin tipis. Ini bentuk khas tutup Mustika Ratu, dari produk susu pembersih sampai toner dan lain sebagainya tutupnya kayak gini semua. Mungkin kalo udah nggak kepake kamu bisa alih fungsiin tutup ini buat kerokan :P. Botolnya bening jadi kita bisa ngintip isi di dalamnya yang bening juga. Yang saya suka dari botol ini adalah sticker-nya yang bolak balik jadi ilustrasi zaitunnya juga ada di sisi sebelah dalam botol.

Pada bagian depan maupun belakang kemasan, terdapat tempelan deskripsi dan keterangan produk. Rasanya saya tidak perlu menulis ulang ya? Bisa diklik gambarnya untuk membaca tulisan yang tertera - ini berlaku juga untuk tulisan-tulisan pada gambar selanjutnya. Tutup botolnya ulir, kalau nutup dan buka hati-hati muternya jangan sampai si pegangan koin patah. Lebih amannya sih pas buka nutup pegang badan tutupnya aja jangan muterin koinnya. Rapuh coy, dari plastik doang itu. Begitu dibuka tutupnya, kita akan melihat mulut botol dengan filter berlubang kecil sebagai tempat keluar isi produknya saat dituang.

Yang saya suka lagi dari kemasan ini, dari luar saya bisa melihat dua biji buah zaitun kering *kayaknya* yang dimasukin ke dalam botol. Eh tapi ini entah buah zaitun atau buah Mojokeling seperti yang ditulis di belakang kemasannya ya? Saya nggak paham juga secara bukan ahli botanika. Btw, gimana cara memasukkan dua butir buah atau biji yang berukuran lumayan gede itu ya secara mulut botolnya seuprit doang? Wua wua wua aku gumunan.

Kita lanjut ke bagian dalamnya. Isinya adalah minyak zaitun bening. Tentu saja ini bukan EVOO. Menurut Mustika Ratu sendiri ini adalah Minyak Zaitun, Aromatic Essential Rose, dan Jasmine Oil yang berguna untuk pelembap, perawatan kulit, serta pijat. Minyaknya cenderung cair, nggak kental gitu. Kalo dituang dia langsung mengalir, makanya hati-hati jangan sampai kebanyakan nanti tumpah ruah. Aromanya nyaris tidak tercium, samar banget. Meskipun dalam bahannya tercantum essens aroma mawar, tapi bukan aroma mawar yang saya rasakan. Ini lebih ke aroma segar yang bikin tenang gitu.

Karena teksturnya cair, minyak zaitun ini mudah meresap dan tidak lengket sama sekali di kulit. Biasanya kan kalau pakai sesuatu bernamakan minyak, di jari suka tersisa sensasi lengketnya. Nah ini enggak, suka deh! Biarpun nggak lengket, tapi kalau habis pakai minyak zaitun ini lap botolnya ya biar nggak ada minyak yang nempel di sana. Kan tangan kadang habis pakai trus megang botol buat nuangin lagi, nah kadang ada efek basah yang nempel di botol dan bikin botolnya jadi nggak keset gitu, hahaha.

Saya pakai minyak zaitun ini di sekujur badan sebelum luluran. Sambil dipijat-pijat gitu biar meresapnya sempurna. Sebenarnya alangkah indahnya kalau dipijitin dan bukan mijit sendiri tapi karena nggak ada yang bisa saya mintain tolong buat mijit apa boleh buat saya harus mempekerjakan otot sendiri buat mijit badan sendiri juga. Mijit sendiri itu kurang maksimal sebenarnya, soalnya ada bagian-bagian yang tak terjangkau tangan. Ya kecuali kamu Mrs Incredible yang punya kekuatan melenturkan badan. Dulu, saya kira pakai minyak zaitun sebelum lulur itu bakal bikin si lulur malah susah digosok dan susah rontok. Ternyata enggak lho. Malah setelah pakai minyak zaitun ini, lulur lebih mudah digosok. Kan kulit jadi lembap, lulurnya jadi lebih mudah mengangkat kotoran dan sel kulit mati di kulit yang lembap dibanding yang kering - kering kemrisik gitu maksudnya bukan kering enggak basah. Selain itu, lembapnya pakai minyak zaitun sebelum luluran ini beda sensasinya dengan kalau pakai lulur saat kulit sudah dibasahin air. Kalau pakai air, nanti saat luluran jadi berasa licin dan butiran scrub-nya mlorot-mlorot susah digosok.

Tadinya, saya juga pakai minyak zaitun ini untuk mijat badan setelah mandi dan sebelum pakai body butter. Sekarang sudah nggak lagi. Soalnya memperlama waktu perawatan kulit saya sehabis mandi sih. Saya jadi harus ngetem lama di kamar abis mandi demi pakai rangkaian dari minyak sampai butter. Akhirnya saya hentikan pemakaian minyak zaitun sebelum butter-nya, toh butter saja sudah cukup melembapkan.

Minyak Zaitun Mustika Ratu ini sebotol kecilnya berisi 75 ml. Harganya Rp.14.100. Takaran setiap pakainya kalau saya nggak banyak. Kan ini cair jadi sedikit aja mudah diratakan untuk bagian yang luas. Hemat kok, saya sudah pakai hampir sebulan dan isinya masih belum seperempatnya habis. Ya secara sebulan kan saya pakainya nggak tiap hari. Pas di rumah aja, sekitar 4 hari dalam seminggu.

2. BODY SCRUB


Siapa yang suka luluran? Saya suka, lebih suka lagi kalau dilulurin. Cuma berhubung saya alone, jadilah luluran sendiri -_-.

Body scrub rangkaian Zaitun Body Care yang sedang saya pakai ini diwadahi jar berwarna hijau lumut *atau hijau cincau* dengan berbagai keterangan produk tertempel di sana. Saya udah sering bahas kemasan ini waktu review body scrub sejenis jadi bosen nulis. Singkatnya aja ya? Jar-nya lumayan gede dan tebel. Bulky gitu iya. Tapi nggak masalah sih toh ini ditinggal di rumah aja enggak ditenteng kemana-mana. Tutupnya ulir dengan filter aluminium foil sebagai sekat pelindung tutup dengan produk waktu baru dibeli. Kalau kita mau pakai, bukalah lapisan aluminium foil-nya. Ngebukanya susah coy, sebenarnya udah ada awalan kayak pas kita mau buka tutup cup mi instan tapi ini lebih kuat. Kadang ditarik nggak kebuka-buka juga. Saya lebih milih digunting aja buat ngebukanya. Kalau maksain ngerobek pakai tangan nanti beresiko jari tergores. Saya nggak cuma sekali kegores tajamnya tepian lembaran aluminium foil ini. Mustika Ratu, ayo dong kasih filter yang lebih safety buat keamanan konsumennya.

Ini body scrub yang udah dibuka filter aluminium foil-nya. Isinya penuh lhoo. Tertulis netto 200 gram dengan harga Rp.39.125. Sebenarnya ini termasuk rada mahal sih kalo dibandingin lulur mandi yang seukuran dengan harga murce.

Scrub-nya kental dengan butiran biji-bijian berwarna coklat. Adonannya sendiri berwarna hijau kecoklatan - hijau butek gitu lah ya. Mirip topping green tea atau matcha di donat. Aromanya segar zaitun, agak beda sama minyaknya tapi masih setipe lah. Saat dicolek, tekstur kasar butiran scrub-nya terasa tapi nggak tajam. Agak licin, beda sensasi nyoleknya sama nyolek sabun cuci piring lulur mandi pada umumnya. Waktu dioles ke kulit rasanya adem, mudah diratakan dan digosok. Pas digosok nggak ada rasa kesat lilin, itu tuh lembap gitu dan enak pokoknya di kulit. Kalau kita cukup telaten menggosoknya, butiran scrub-nya akan luruh membawa residu yang tak berguna pada kulit.

Body scrub ini dengan kandungan minyak zaitun di dalamnya berfungsi sebagai antioksidan dan pelembap alami kulit. Butiran scrub-nya membantu mengangkat sel kulit mati penyebab kusam tanpa menghilangkan kelembapan kulit sehingga kulit tetap lembut dan bercahaya. Saya biasa pakai ini seminggu sekali sebelum mandi sore. Kalau perintah di kemasannya sih 2 kali seminggu. Boleh aja kalau punya banyak waktu luang. Tulisan di kemasannya juga bilang, pakai scrub ini dalam kondisi tubuh kering. Yang daku tangkap sih maksudnya jangan dipakai pas badan udah diguyur air. *alasannya saya udah tulis di atas tadi, bikin scrub jadi licin*

Setelah pakai body scrub ini dan kemudian dibilas, kulit saya jadi terasa bersih, lembut, dan lembap. Rasanya kayak abis mandi gitu. Tapi tetep abis pakai body scrub saya mandi pake sabun.

3. BATH & SHOWER GEL


Ini body wash namanya bertele-tele sekali -_-. Saya jadi sukar nulisnya. Makanya biar simple, tanpa mengurangi esensi maknanya, saya sebut body wash aja ya? Toh ini sabun badan buat mandi. Kemasannya botol, kayaknya hanya ada satu ukuran ini yang isinya 245 ml. Saya bahkan belum pernah lihat kemasan isi ulangnya. Harganya segini Rp.23.650. Ya cukup lumayan sih untuk sebuah sabun. Ada versi sabun padatnya juga - sengaja bukan saya sebut sabun batang - cuma saya nggak beli. Soalnya mubadzir dan kalau sabun padat tuh agak susah nyimpennya.


Kemasannya berbentuk botol. Bahannya dari plastik tebal yang agak lunak gitu, bukan tipikal yang sama kayak botol minyak zaitunnya. Bentuk botolnya seksi, hahaha. Mudah digenggam karena ukurannya pas sama anatomi tangan. Warna botolnya hijau transparan, jadi kita masih bisa lihat isi di dalamnya yang ijo kaya hulk. Bisa terlihat juga ilustrasi dari bagian dalam sticker yang nempel di badan botolnya, saya suka saya suka! Cantik gitu.

Seperti kebanyakan produk pada umumnya, di belakang kemasan botol ini terdapat juga penjelasan soal si produk. Zaitun Bath & Shower Gel ini merupakan body wash yang berguna untuk melembapkan kulit kering karena kandungan minyak zaitun di dalamnya yang berfungsi sebagai antioksidan dan pelembap alami.

Pada bagian atas botol, terdapat tutup yang seukuran badan botolnya. Tapi tutup ini bukaannya cuma di tengah aja kok. Tutupnya flip top dan mulut botolnya kecil, aman untuk nuang isinya tanpa khawatir kebanyakan.

Body wash ini bukan tipe sabun yang liquid gitu tapi sesuai namanya dia adalah gel. Tepatnya adalah gel hijau kental yang beraroma zaitun segar. Nggak nusuk wanginya, lembut banget malahan. Gel-nya kelihatan agak bening ya kalo di foto? Aslinya ijo kok itu. Body wash ini busanya cukup banyak kalo nuanginnya banyak. Dalam sekali mandi tuh saya butuh lumayan banyak tuangan sih, soalnya berasa kurang kalo pakenya dikit. Busanya bukan tipe yang ringan dan langsung menguap gitu, ini busanya tuh agak basah dan kalo kena air nggak mudah larut. Mungkin karena dia berminyak kali ya? Lembut pas diusap ke seluruh tubuh dan habis dibilas nggak ngeringin kulit. Habis mandi tuh ada rasa-rasa licin di kulit tapi nggak lengket kok kalo udah dikeringin. Malah kulit jadi terasa lembap, lembut, dan kenyal.

Saya agak boros sama sabun ini. Itu pas foto masih penuh yaa, sekarang udah tinggal setengah isi. Padahal nggak dipakai tiap hari lhoo.

4. BODY BUTTER


Kemasannya sama kayak body scrub. Yang membedakan cuma label dan deskripsi serta keterangan pada jar-nya. Harganya Rp.39.125 juga dengan isi 200 gram. Body butter ini bermanfaat melembapkan kulit yang kering, serta menjaga kelembutan kulit.

Isinya butter yang pekat berwarna hijau pudar dan beraroma segar. Nggak lengket pas dicolek kok meskipun mengandung minyak. Lembuut banget dan rich. Cukup sedikit aja bisa diratakan untuk area kulit yang cukup luas. Saya pakai ini setiap sore habis mandi di rumah. Tadinya saya pakai minyak zaitun dulu sebelum butter, sekarang enggak lagi. Butter ini aja sudah lembappp. Kalau didobel pakai minyak zaitun sebelumnya tuh pakai butter-ya jadi lebih sedikit karena kulit udah lembap, kalo banyak-banyak malah lama meresap. Kalau langsung aja abis mandi, jadi lebih cepat meresap. Habis dipakai kulit terasa lembap dan lembut, sejuk lagi. Agak licin cuma nggak lengket dan sumuk. Yaa sumuk sih kalo pakenya kebanyakan. Butter ini pas banget buat area-area kulit yang cenderung lebih tebal dan kering, misalnya siku, lutut, atau telapak kaki. Saya pakai di seluruh tubuh sih jadi semua bagian pasti kena.

Yeahh, akhirnya selesai juga review kali ini. Berasa agak capek nulisnya karena ng-review empat produk sekaligus dalam satu publish-an. Draft-nya ini udah saya tulis seminggu yang lalu lho, trus break bentar break bentar tiap dapat satu produk. Atmosfir dalam tulisan untuk satu produk jadi berasa beda sama produk selanjutnya, hahaha. Soalnya mood saya pas nulis juga beda-beda.

Saya udah hampir sebulan pakai rangkaian perawatan Zaitun Body Care ini. Belum bisa rutin setiap hari dipakai sih untuk beberapa produk. Seperti yang sudah saya bilang, saya kan dalam seminggu kadang di kos kadang di rumah. Ribet kalau ke kos bawa gerombolan produk ini trus pulang ke rumah digotong lagi. Nggak bagus juga buat produknya kena udara panas selama perjalanan. Kalo di rumah mereka aman. Saya simpan di suhu kamar aja. Kalo mau nyimpan di kulkas boleh juga cuma saya enggak sih karena males nanti mesti bolak balik kulkas kamar.

Selama hampir sebulan pakai, sejauh ini sih hasilnya menggembirakan. Kulit jadi lebih lembap, lembut, dan bercahaya. Jadi kelihatan cerah juga karena halus dan kinclong-nya meskipun enggak tambah putih. Secara keseluruhan saya suka sama semua produk ini :). Repurchase? Belum tahu. Ini aja masih banyak produknya - kecuali Bath & Shower Gel. Saya akan ngabisin semuanya dulu dan kalo ndilalah pengen beli ulang ya tinggal beli gitu, gampang kan?

Nah sekian dulu ya review dari saya. Selamat mencoba ber-spa-spa ala putri raja dengan rangkaian perawatan Zaitun Body Care ini :)!

Notes :
+ seluruh produknya berkualitas tinggi dan manfaatnya sesuai yang dijanjikan
+ harga masih terjangkau walau rada mahal dikit sih - nabung kalo mau beli
- yang paling minus buat saya cuma filter aluminium foil di scrub dan butter yang tajam-tajam

Minggu, 27 November 2016

REVIEW : Mustika Ratu Peeling & Masker

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Ada beberapa blog yang saya suka baca dan kemudian diikuti. Beberapa waktu yang lalu saya mau follow blog-nya teman sendiri, tapi dicoba-coba kok nggak bisa ya?

Saya udah hampir sebulanan ini per minggunya rajin peeling muka sendiri dan pakai masker. Memang lebih repot dan capek dibanding perawatan ke salon, tapi seru juga kok ngisi waktu dengan jadi terapis buat diri sendiri. Kali ini ada 3 produk yang akan saya review. Satu di antaranya adalah peeling dan dua lainnya masker.


1. Peeling Kulit Kerang

Mustika Ratu ini ber-genre alami dalam mengusung bahan pembuat produknya. Nggak heran nama-nama produknya pun beraroma nature. Salah satunya peeling kulit kerang ini. Saya belum pernah denger lho produsen lain yang mencantumkan kulit kerang sebagai bahan peeling-nya. Meskipun mungkin ada juga sih, cuma saya belum tahu aja. Oh iya, Mustika Ratu udah punya sertifikasi halal loh jadi aman bagi yang suka khawatir soal halal haramnya suatu produk.


Kemasannya sachet. Saya sengaja beli yang sachet gini biar nggak terlalu lama habisnya. Kalo kita beli yang ukuran gede dalam tube bisa lama abisnya dan saya keburu bosan pakai nanti. Satu sachet peeling ini isinya 15 gram. Yaa lumayan kok, ini aja udah saya pakai sekitar 4 kali dan masih ada sisanya. Satu sachet bisa buat sebulan lebih untuk pemakaian satu minggu sekali. Di kemasan sih disarankan seminggu dua kali, tapi menurut saya kok berlebihan. Harganya terjangkau, Rp.7575 rupiah untuk setiap sachet-nya.

Tampilan kemasannya sebetulnya biasa saja ini. Berwarna dasar putih dan biru dengan beberapa ilustrasi. Yang saya suka adalah bahan plastiknya tebal dan mudah dilipat. Ini memudahkan saat disimpan, jadi isinya nggak tumpah-tumpah gitu. Pada bagian belakang sachet terdapat sejumlah tulisan yang menceritakan perihal deskripsi, cara pakai, dan komposisi produk. Silahkan dibaca sendiri yaa... Eits, ada tanggal kadaluwarsanya juga. Ini masih super lama, 2020. Kedua produk lainnya juga sama tahun segitu kadaluwarsanya.


Peeling Kulit Kerang ini isinya bubuk agak kasar berwarna coklat pucat (meskipun di photo kelihatan putih) - lebih ke arah mocca gitu warnanya. Warna khaki mungkin lebih tepat untuk menggambarkannya ya. Untuk memakainya, kita harus terlebih dulu mencampur si bubuk khaki dengan air mawar. Saya pakai takaran 5 ml setiap kali menuangnya untuk satu kali pemakaian. Sayang saat dicampur dengan air mawar, dia susah larut. Butuh kesabaran ekstra kuat dan hati yang teguh untuk mengaduknya perlahan-lahan sampai tercampur rata. Saya nggak tahu kenapa susah tercampur, mungkin karena saya pakai air mawarnya dari merk yang lain juga bisa...atau memang dasarnya aja si peeling ini individual.

Meskipun dalam daftar bahannya terdapat ekstrak kulit kerang, tapi peeling ini nggak beraroma seafood kok. Aromanya kayak parem kalau orang Jawa bilang. Maksudnya wangi rempah-rempah gitu... Agak menyengat, sebetulnya segar tapi bisa bikin pusing kalau kamu makainya kebanyakan. Setelah tercampur dengan air mawar dan membentuk adonan, teksturnya kayak bubur kasar. Ehm, menurut saya mirip bubuk batu bata yang dicampur air buat main masak-masakan. Saat disentuh, kasarnya juga sama kayak gitu *bubuk batu bata*. Tapi warnanya tetep khaki yaa. Pas dioles ke muka berasa kresek-kresek kasarnya, tapi untung nggak tajam sehingga nggak melukai kulit. Cara pakainya seperti yang tertera di kemasan, oles dulu lalu tunggu mengering baru gosok dengan gerakan memutar. Peeling ini cepat mengeringnya ya, jadi jangan lama-lama mendiamkannya - nanti disangka ngambek... Waktu kering, peeling ini warnanya nggak berubah, tapi dia jadi agak kaku gitu. Kalau terlalu kering, bakal susah rontok waktu digosok.

Peeling Kulit Kerang ini menjanjikan kulit terawat kehalusannya, kulit kusam menjadi bersih dan tampak lebih cerah, serta melembutkan kulit. Kandungan bahan aktif di dalamnya adalah Ekstrak Kulit Kerang dan Ekstrak Klabet. Setelah rutin pakai peeling ini hampir sebulan, saya cukup percaya kok sama klaimnya tadi. Efek instant yang didapat pas peeling habis dibilas juga nggak mengecewakan, kulit memang terasa halus, lembut, dan cerah. Ya efek instannya memang tidak bertahan lama sih, hanya saat itu juga. Untuk hasil yang lebih baik tentu peeling ini harus dipakai rutin. Pas dipakai ada sensasi dingin di kulit, cuma setelah digosok terasa agak anget. Itu pengaruh gosokannya kali ya?

Hal menyenangkan semenjak saya rutin pakai peeling ini adalah; komedo saya sekarang lebih gampang copot. Terus kalaupun numbuh komedo baru, nggak dalam lagi numbuhnya. Deket-deket permukaan kulit aja. Nggak perlu diekstraksi pakai pencet-pencet segala untuk mengeluarkannya, cukup digosok pakai peeling aja dia bisa ikut rontok. Memang mencetin komedo nggak bagus sih meskipun tangan atau alat yang dipakai dalam kondisi bersih, soalnya tetep aja beresiko membuka pori dan pori yang menganga rawan kemasukan bakteri.


2. Masker Jerawat Indah Warni

Duluu, masker ini terkenal banget di kalangan temen-temen saya kuliah. Saya baru ngeh sekarang malahan, baru nyoba beli sekali ini. Saya pilih kemasan sachet juga, isinya 15 gram dengan harga Rp.7575 rupiah juga sama kayak peeling yang tadi. Nggak terlalu mahal sih, masih terjangkau juga, tapi kalau dibandingin sama masker lokal lain yang isinya dua kali lipatnya ini dengan harga lebih murah...ya jadi terasa agak mehong juga.


Kemasannya sama dengan peeling dan masker tomat yang akan saya bahas belakangan nanti. Yang membedakan cuma warna dan penjelasan yang tercantum di sana. Eh, saya tuh suka kezel, hasil foto saya untuk satu pos bisa beda-beda nuansa warnanya. Kadang cantik kadang suram. Kata tips di blog foto-foto (yang saya paham), latar paling aman buat suatu foto adalah warna putih karena dia akan menetralkan warna benda sesuai aslinya. Kenyataannya, malah warna putih ini merepotkan. dia membuat hasil foto saya berubah-ubah. Kadang bikin sebuah benda terlihat kusam dalam tangkapan kamera. Menurut saya, paling aman malah warna hitam. Warna hitam itu membuat warna benda terlihat cerah dan foto jadi bright.


Masker ini isinya bubuk agak kasar juga, berwarna kuning kecoklatan. Dicampur dengan air mawar juga agak susah, setelah tercampur teksturnya jadi ulet *liat, bukan ulet yang melata dan berbulu* gitu. Ini bukan tipe masker yang aluus, tapi masih bertekstur. Kesannya bubuknya nggak larut dalam air gitu, tapi cuma tercampur. Kayak ampas teh gitu, nggak larut kan? Warna maskernya setelah tercampur air mawar jadi lebih kuning. Aromanya rerempahan, menyengat juga *mabok*. Setelah dioles dia akan mengering dan selepas kering bisa dibilas. Takaran saya pakai masker ini sama dengan takaran pakai peeling. Eh iya, perbandingan mencampurnya dengan air mawar 1 : 2. Itu pas biar nggak kekentalan atau keenceran.

Masker ini berfungsi merawat kulit berjerawat, melembutkan kulit dan mengecilkan pori, serta mengurangi kelebihan minyak pada wajah. Kandungan bahan aktif masker ini adalah Ekstrak Temulawak, Ekstrak Daun Kemuning, dan Ekstrak Klabet. Klabet itu sejenis apa ya? Kayaknya ini dedaunan pengobat jerawat *sotoy saya*.

Saya pakai masker ini baru sekitar 2 atau 3 kali kayaknya. Lebih jarang dari peeling karena kalau maaskernya saya pakai bergantian dengan masker yang lain. Stok masker saya di rumah ada 3 sih, bikin galau kalau mau pakai. Bingung pilih yang mana, takut nggak adil :S. Dalam dua kali pemakaian, hasilnya cukup menyenangkan kok. Saya pernah pakai pas jerawatan kecil-kecil itu, pas dipakai rasanya adeem. Tapi ada sensasi clekit-clekit di area yang sensitif atau sedang berjerawat. Setelah dibilas kulit rasanya jadi lebih tenang, jerawat berasa mendingin gitu - walau sebelumnya ya nggak panas sih. Kalau manfaat lain yang disebutkan di atas, belum terlalu terasa sih. Pori masih gede aja, minyak juga masih banyak. Oh iya, masker ini sayang agak perih dan panas kalau dipakai di daerah sekitar mata, jadi hindari area tersebut yaa.

3. Masker Tomat

Tomat itu sayuran atau buah? Agak ambigu dia ya. Saya suka tomat sebagai buah, dibuat jus atau dimakan langsung. Tapi saya nggak suka kalau dia jadi lalapan di nasi goreng atau tempe penyet gitu. Kayak berasa kurang matching. Tomat yang saya suka yang bener-bener mateng, manis dan berserat pas digigit. Sekarang, saya juga suka tomat sebagai masker. Kali ini bukan irisan tomat ditempel ke pipi, tapi ekstrak tomato dalam masker bubuk. Saya pernah juga sih pakai tomat segar buat masker wajah, waktu itu cuma potongan tomat digosok-gosokin isi dalamnya yang berbiji itu lalu didiamkan beberapa saat dan bilas. Rasanya agak perih di wajah, mungkin karena dulu pakainya pas jerawatan. Selain itu,lengket juga di tangan dan wajah. Sekarang, saya pakai masker instant-nya aja.


Kemasannya sama seperti dua temannya tadi. Jadi saya nggak akan bahas ulang. Silahkan baca semua keterangan di foto yang ada ya, termasuk keterangan kedua produk yang tadi. Yang ini harganya lebih murah sedikit, Rp.7500 rupiah per sachet. Isi? Tetep 15 gram.


Isinya bubuk pink mudaaa yang lembut. Yang ini alus bubuknya, mirip bedak gitu. Beda sama peeling maupun masker Indah Warni yang agak kasar. Yang ini mudah dicampur dengan air mawar dan dia tipe yang larut gitu. Filosofinya; kopi tanpa ampas. Takaran pakainya tetap sama dengan peeling, dengan sendok takar 5 ml. Tapi yang ini air mawarnya jangan dibanyakin, 1 : 1 aja biar nggak keenceran. Kalau keenceran bakal susah nempelnya ke muka saudara nanti. Setelah dicampur air mawar, warnanya lebih pucat daripada pas masih bubuk tadi. Kali ini jadi terlihat putih dengan bias pink yang dikiit.

Foto pakai maskernya saya jadiin satu sama masker Indah Warni biar saya nggak dua kali ganti masker dalam waktu berdekatan. Yang sisi kiri itu Masker Jerawat Indah Warni, sedangkan sisi kanan adalah Masker Tomat. Masker Tomatnya adem juga ketika dipakai, tapi tanpa sensasi clekit-clekit. Oh iya, masker ini tanpa aroma - padahal saya berharap nyium aroma jus tomat waktu pakai. Dia mengandung Ekstrak Buah Tomat *jadi tomat itu buah* dan derivate Vitamin C sebagai antioksidan yang baik untuk kulit, menjadikan kulit kusam tampak lebih segar. Saya baru pakai masker ini sekali, itupun setengah muka aja pas ngambil fofo ini. First impression sih, nyaman dipakai dan habis dibilas bikin kulit terasa segar *segar separo*. Masker ini dan masker Indah Warni tadi, keringnya butuh waktu sekitar 15-20 menit. Setelah kering bilas dengan air bersih yaa.


Pakai peeling dan masker ini di wajah aja atau sampai leher juga? Di kemasan sih ditulis sampai leher. Saya kadang pakai sampai leher kadang di wajah aja. Menyesuaikan saja :).

Untuk kulit saya yang sekitar 3 hari - atau lebih - setiap minggunya selalu make up-an, peeling dan masker sudah menjadi kebutuhan untuk membersihkan dan merawatnya. Btw, saya dalam ber-make up kayaknya belum pernah eye shadow-an ke kampus deh, apa perlu saya coba? Sekali-sekali gitu... Entah pakai aisido mattepearly, atau shimmer yang bling-bling sekalian biar disangka mau nyanyi dangdut sama dosennya. Setelah sudah hampir sebulan saya rajin pakai peeling dan masker ini, hasilnya lumayan bagus lho di kulit. Sekarang saya udah ngga jerawatan kecil-kecil - meskipun bisa saja nanti nongol lagi kalo dia mau - dan kulit ngga kusam lagi. Lainnya apa ya? Kayaknya saya udah pernah bahas soal kondisi kulit terkini kemarin.

Merawat kulit agar senantiasa sehat bisa jadi modal yang bagus untuk make up. Ingat, make up berkualitas sebagus dan semahal apapun hanya akan tampak cantik di kulit yang memang sehat. Sama kayak lipen sebagus apapun, mau kering mau basah, akan bagus juga hasilnya di bibir yang sehat. Saya kadang menemukan kenyataan bahwa lipstik yang pernah saya pakai berasa lembap lain waktu bisa terasa kering, begitupun sebaliknya. Jadi memang kuncinya ada di kesehatan diri. So, be healthy! Kiss kiss dari Princess :* :*.

Notes :
+ harga masing-masing produk terjangkau
+ kandungan bahannya ekstrak alami
+ manfaatnya cukup terasa
+ no break out
- peeling sama masker Indah Warninya susah dicampur air mawar

- peeling-nya terlalu cepat kering

Kamis, 24 November 2016

Kamis Pagiku Yang Buru-Buru [Ini Tutorial Make Up]

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Hari pertama kuliah saya dalam seminggu bukan dimulai Senin, tapi Kamis. Iya kemis bok, pertengahan minggu ane baru nyeloyor ke kampus. Kaya ayam bangun kesiangan gitu. Masalahnya adalah, saya sukanya Kamis pagi baru gas ke Solo karena mulai kuliahnya siang jam setengah satu. Pagi-pagi berangkat ke Solo bukan perkara mudah bagi pemudi malas seperti saya. Kudu bangun pagi, beberes, nyuci motor, makan, mandi, make up, dan packing barang yang mau dibawa ke Solo butuh waktu tidak singkat. Biasanya saya dari rumah jam 10. Cukup sih kalo bangun jam 6 dan langsung mengerjakan urutan kegiatan yang saya tulis tadi. Masalahnya lagi, saya susah bangun jam 6 itu -_-' *perempuan macam apa ini*. Udah pasang alarm tapi tangan selalu lebih nurut sama alam bawah sadar dan otomatis matiin dengan posisi saya setengah molor. Sekitar 30 menit sampai 1 jam kemudian baru saya mau bangkit dari kasur. Akhirnya segala kegiatan yang dikerjakan jadi terburu-buru. Pagi tadi, yang saya minimalkan waktu make up-nya. Jadilah make up ala kadarnya biar nggak malu-maluin amat ke kampus. Hasilnya?

Grr, kantung mata kenapa nampak mbendul gitu? Tapi ini warnanya udah ngga terlalu gelap lho... Kalo soal gemuknya lapisn lemak di situ, kayaknya nggak akan ketolong dengan eye serum doang.

Nggak terlalu bagus sih, tapi not bad-lah. Masih pantes buat ke kampus dengan normal. Di foto itu, make up saya cuma bermodalkan DD Cream, pensil alis sekalian buat eyeliner, dan lip cream sekalian blush on. Hebat kan cuma pakai 3 benda tidak ajaib? *eh yang hebat saya kalii*


Boleh nggak sih saya share langkah-langkah ber-make up saya pagi ini? Boleh kan ya, ini kan blog saya ^_^.
  1. Pertama-tama - sudah pakai pelembap - aplikasikan DDC merata ke seluruh wajah. Di sini saya pakai jari aja. Oh iya, beberapa waktu lalu saya suka pakai DDC, atau foundi dengan campuran base make up. Hasilnya jadi lebih sheer gitu dan lebih awet. Kalau hari ini nggak yaa karena akan menambah waktu nyampurnya. Abis DDC nggak di-set pakai bedak karena sedang malas ngeluarin kuasnya.
  2. Langkah kedua, pakai pensil alis. Kali ini saya pakai warna coklat sekalian buat eyeliner di garis atas mata. Kenapa nggak pakai hitam aja? Karena pensil alis yang saya coba sekalian buat liner baru si Viva coklat ini. Sebetulnya saya lebih demen alis hitam sekarang, lebih nggak fake gitu. Tapi PIXY pensil alis hitam saya belum pernah saya coba buat liner, takutnya malah nggak bagus jadi pakai yang sudah pernah dicoba dan ramah di kelopak mata aja. Dulu saya sempet syuka sekali sama pensil alis coklat, karena waktu itu rambut saya rada syoklat juga. Aslinya itu efek cat rambut. Sekarang kan rambut saya udah numbuh lumayan panjang dan warna pangkalnya hitam jadi bisa matching juga sama alis hitam. Pakai ala kadarnya aja, membaurnya pun nggak pakai spoolie. Langsung pakai ujung tutup si pensil aja biar singkat. Eh, saya punya dua spoolie berbeda bentuk lho. Satunya ala sikat biasa, satunya mirip aplikator maskara tapi nggak sama. Unik deh, susah dijelasinnya. Pokoknya sikat dengan bulu melingkar yang bertinggi dan berposisi sejajar melingkupi kepalanya. Mm kira-kira begitu *sambil ngebayangin*. Eh, saya pernah bilang kayaknya ya kalau muka saya antara polos sama dandan bedaa banged? (Atau malah saya bilang muka saya dandan kelihatan polos? Itu nipuu...) Kadang bisa terlihat begitu sih - polosan sama dandan beda abez. Tapi kalau saya dandan tanpa pensil alis, itu bakal kelihatan nggak terlalu dandan. Kayak kurang pol gitu deh. Kebanyakan ngoceh ya saya? Lanjut deehh... Abis alis beres, garis eyeliner di sepanjang garis mata atas. Teteup dengan wing cat eye kegemaran saya. Kali ini dikit aja mencuatinnya.
  3. Ketiga, pakai lip cream sepenuh bibir - tentu sebelumnya udah pake lip balm terlebih dahulu, pakenya tadi abis pelembap biar punya waktu meresap. Kali ini lip cream-nya saya pakai NYX SMLC yang udah cukup lama dianggurin. Lip cream ini sekalian buat blush on. Karena saya sudah nggak punya lipen khusus blush, maka sekarang sementara setiap dandan blush on-nya pakai lipstik yang saat itu digunakan. Bisa aja sih pakai blush on versi compact, saya juga punya tuh. Tapi males aja dan lagi suka pakai yang creamy. Btw, lipstik yang kemarin saya fungsiin buat blush juga bukan berbentuk cream, tapi teksturnya cukup krimi kok saat dicolek maupun dibaur. Itu karena lembap dan lembutnya mungkin.
Sudah beres! Make up super minimalis siap! Flawless nggak? Dulu saya sempat salah tangkap sama makna flawless ini. Saya pikir artinya halus mulus, ternyata artinya ringan. Agak bodoh, padahal kan dari dulu bisa men-translate istilah itu :S.

Rabu, 23 November 2016

Obrolan Santai Lagi

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Saya lagi males nulis yang berat-berat. Lagi males mikir soalnya. Malah kepikiran tugas yang belum disentuh-sentuh juga - yakali saya tugas bukannya dikerjain malah dipikirin, emangnya si tugas bakalan baper gitu kalo dipikirin? Hari ini saya udah sehatan nih, dan sedang berusaha mengembalikan nafsu makan. Saya kan pingin gemuukk. Terasa rada susah sih, soalnya sekarang tuh saya makan sedikit terasa kenyang. Dipaksain makan banyak takut mual. Serba salah ya?

Hari ini saya iseng merhatiin muka asli yang no make up. Kondisi kulit wajah saya udah baikan sekarang. Saya masih tetep pakai daily skin care yang sama dengan pas di pos ini yaa... Btw daily skin care tersebut cuman saya pakai pas di rumah. Di kos paling pakai ala kadarnya aja yang sempat dibawa - buat tubuh aja di kos saya cuman punya body lotion dan itupun belakangan udah jarang dipakai karena saya bosan jadi bodlotnya belum abis-abis padahal kembarannya yang di rumah udah abis jling. Oh iya, pas di rumah absen sehari nggak pakai ubarampe perawatan harian tersebut waktu sakit keracunan kemarin *penting ya*. Sekarang muka saya udah nggak kusam, jerawat kecil-kecil dan bruntusan udah minggat - tinggal bekasnya dikit, komedo berkurang, noda-noda gelap memudar - meskipun belum semua, wajah jadi lebih halus. Bahagia deh hidup saya! Pori-pori tetep masih gede sih, dan itu kayaknya nggak akan tertolong walau dengan daily skin care biasa serutin apapun. Perlu tindakan medis lebih dari sekedar perawatan sehari-hari.

Saya udah nggak rutin pakai acne lotion lagi karena saya rasa nggak perlu. Sebenernya sih acne lotion itu lebih cocok untuk jerawat meradang supaya cepat kering, dan nggak akan banyak membantu pada jerawat kecil-kecil apalagi komedo. Tapi saya butuh efek antiseptiknya supaya bakteri di kulit pada mati dan wajah saya sehat lagi jadi tetep saya pakai juga kemarin selama saya jerawatan kecil-kecil. Sekarang udah nggak ada jerawat lagi - semoga nggak mendadak numbuh ya - tapi komedo sih masih. Nggak terlalu saya pusingin sih, besok bisa facial.

Kalo diperhatiin juga, seputar mata udah mendingan ya nggak terlalu gelap? Yippie! Saya udah jarang nangis soalnya, huahaha. Atau ini efek pakai eye serum. Seputaran mata udah lumayan cerah, tapi mata sayunya tetepp... Emang gitu sih kalau tanpa eyeliner. Btw, saya kan punya dua liquid eyeliner. Sama-sama dari Wardah. Kemasannya super sama tapi nama produknya beda, satunya bilang waterproof satunya enggak kalau nggak salah. Sebenernya, make up waterproof itu bisa juga lho dibersihin pakai air dengan sedikit paksaan. Buat saya, waterproof itu cuma istilah untuk sesuatu yang kena air - entah ditetesin atau diguyur - tetap stay pada tempatnya. Kalau digosok, lain soal. Pasti kabur juga lama-lama.

Alis saya tergolong berantakan nggak sih? Saya agak kurang pede foto tanpa pensil alis karena terlihat kurang rapi, tapi karena foto hari ini temanya no make up yaudah saya polosin aja alisnya. Saya selalu nolak kalo mau di-threading - entah sih itu dicabut pake benang atau pake pinset yang artinya bukan threading - alis sama mbak therapist pas facial, takut bentuknya malah aneh dan makin tipis. Selama ini saya biarin aja bentuknya kayak gitu - itu bentuk udah dari kapan juga saya lupa - dan kadang dicabutin di bagian bawah kalo pada numbuh dikit-dikit. Saya lebih suka rambut alis tuh dicabutin bukan dicukur. Soalnya kalo dicabut bakal lebih lama numbuh laginya. Kalau rambut-rambut di bagian lain, saya lebih suka nyukur, hahaha. Soalnya lebih praktis dan cepat walau numbuh kembalinya juga cepat. Pingin sih waxing tapi kok berat di ongkos. Hitung aja tuh biaya sekali waxing bisa buat beli stok pisau cukur untuk berapa tahun?

Btw, waxing; wax = lilin. Bahan buat waxing ini seringnya pakai sugar *itu namanya sugaring ding, tapi lidah orang kita tetep nyebutnya waxing*, atau bisa juga pakai lilin...bahkan pakai karamel, atau syaklet - ya coklat *tapi jangan bayangin coklat yang bisa dijilatin sambil ngunyah mede yang nyelip di dalamnya, bukan seperti itu*. Ada lho produk buat waxing sendiri di rumah, cuma saya belum nemu akses belinya. Belum tahu mau beli di mana maksudnya, biasanya sih di olshop tapi saya belum nemu olshop yang kira-kira tepat. Jadi sementara ini, shaving aja dulu. Bisa juga sih pakai produk hair removal cream macam Veet, tapi itu nggak nyabut bulu sampai akar - sama aja kayak shaving dong, dengan biaya lebih mahal pula. Saya pernah pakai Veet dulu, dan malah bikin keti lecet. Padahal udah pilih varian yang kayaknya mild. Ya sudahlah saya nggak pakai Veet lagi, beralih ke pisau cukur aja :'D. Saya shaving biasanya sebulan sekali, di seluruh area yang saya pingin bebas bulu, nggak cuma under arms aja. Hasilnya tergantung ketelatenan dan ketelitian sih, waxing juga gitu kan? Eh, semalam kan saya baca review soal waxing, terus baca soal brazilian wax juga. Kayaknya menarik ya? Entah di Jogja adanya di mana. Tertarik sih, tapi kayaknya belum perlu.

Pada foto di atas, saya pakai lip tint biar bibir nggak pucat-pucat amat. Yep, Tony Moly Tony Tint yang rasanya manis dengan sensasi pahit itu. Lip tint ini kalo dipake secara serius - maksudnya dioles dan diratain beneran dengan aplikatornya - bakal awet wet wet sampai susah dibersihkan. Tapi pas di foto ini saya pakai seulis tipis doang dan dirata-ratain pake gerakan bibir sendiri jadi hasilnya nggak seberwarna dan seawet pakai cara serius. Pas pakai tipis doang, nyatanya dia mudah hilang maupun dibersihkan.

Belakangan ini, saya kurang suka pakai bedak TWC. Padahal sebenarnya bedak tipe gini bisa mengkamuflase pori-pori gede saya lho - dengan cara menutupnya. Tapi justru itu yang saya kurang suka, khawatir butiran TWC-nya masuk dan mengendap di dasar pori umpama kurang tuntas ngebersihinnya. Makanya untuk yang berpori besar kayak saya, rajin-rajinlah membersihkan muka. Nggak pake TWC pun sebenarnya tetap wajib juga sih rajin ngebersihin muka.

Saya orang yang rajin pakai serum/lotion/butter abis mandi. Kalau dirasa-rasain ya, pakai produk tersebut yang seringan apapun juga - misalnya cuaca panas dan keringetan tetep ada bagian tubuh yang berasa agak lengket ya? Atau ini perasaan saya aja? Trus saya kan kuliah di ruang ber-AC, kadang sudah pakai produk tersebut selembap apapun lama-lama kulit jadi berasa kering kembali - aslinya kulit tubuh saya kering - T_T. Masa saya kudu minta AC dimatiin aja? Bisa diprotes orang satu kelas nanti -_-.

Saya kan jarang update kegiatan apalagi status di media sosial lama semacam Facebook, tapi saya suka buka untuk baca-baca berita terbaru dari orang-orang sekitar yang masih mengakses. Sekarang, umpan-umpan dari FB aneh-aneh cuy, banyak omong kosong supranatural juga. Jadi males eyke bacanya. Ada yang bahas soal de ja vu. Saya waktu kecil sering de ja vu. Waktu mengalami suatu kejadian kayak berasa sudah pernah mengalaminya sebelumnya. Atau ke suatu tempat dan merasa sudah pernah ke situ sebelumnya. Semenjak saya dewasa ini sudah nggak pernah de ja vu lagi sih. Mungkin karena beban hidup yang makin banyak, ora kober mikiri de ja vu maneh.

Satu hal lagi, saya kan punya beberapa produk masker dan peeling dari Mustika Ratu. Kadang saya salah sebut karena salah ingat nama produk itu, suka ketuker sama Sariayu. Iya mirip nggak sih keduanya? Sama-sama produk lokal berunsur tradisi. Namanya memang jelas beda, tapi dari segi konsep produk rada mirip. Maaf yaa kalau mungkin saya pernah salah sebut waktu nulis. Saya males ngecek apa pernah salah nulis jadi saya minta maaf aja kalo memang pernah :D.

Hari ini pas buka blog, tampilannya baru. Agak susah malah buat upload foto, saya belum terbiasa sama versi terkini blogger ini. Sudah dulu yaa...!

Selasa, 22 November 2016

Ngomong-ngomong...

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Saya agak bingung sama setelan jam pada blog ini. Bikin waktu saya ngeposin entry itu nggak sesuai sama jam di rumah saya. Tapi yasudahlah, nggak perlu membebani pikiran sendiri dengan persoalan sepele semacam ini. *takut migren, vertigo, dan cepat tua kalo kebanyakan mikir*


Seminggu yang lalu, saya dapat kiriman dari Home Tester Club. Itu lho yang suka ngirimin sampel produk gratis untuk kita coba dan isi survey-nya. Kebetulan saya terpilih untuk menguji sampel Pond's White Beauty Day & Night Cream. Saya dapat email pemberitahuan terpilih itu tanggal 8, dan dapat email untuk ngisi survey tanggal 11. Barangnya sampai di rumah tanggal 14. Pas barangnya datang, saya semangat dong mau nyoba dan isi survey. Nge-review juga karena katanya 10 review terbaik akan dapat hampers cantik dari Pond's. Tapi tapi...pas saya cek di Instagram, kok periode survey dan review berhadiah produk ini adalah bulan September-Oktober ya? Lha ini kan udah November. Kok saya masih dikirim produk? Saya buka website-nya Home Tester Club untuk nyoba lihat bagaimana pengisian survey-nya tapi ternyata nggak bisa karena udah ditutup. Boleh sih ninggalin komen di website, tapi pas saya coba kirim komentar lagi-lagi nggak bisa. Sistem error katanya. Sudahlah saya nggak jadi ngisi survey dan komen.

Kalau review, tetep nanti akan saya review kalau si produk udah cukup lama saya pakai. Lho, memangnya belum dipakai toh hingga saat ini? Baru nyoba sedikit. Perintah di email-nya adalah pakai produk tersebut selama 7 hari lalu isi survey dan review. Tadinya mau saya pakai rutin, tapi berhubung periode survey-nya sudah habis ya saya batalin. Lagian skin care untuk wajah saya di rumah masih bertumpuk. Nanti kalau mereka sudah pada habis, mungkin saya akan pakai produk gratis ini.

Keracunan Susu Basi

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Link

Kemarin saya lagi sakit. Gara-gara apa? Keracunan susu basi coy. Tapi sebetulnya sebelum keracunan itu badan emang udah dalam kondisi rada drop sih. Ceritanya dari Rabu sore saya kehujanan Jogja-Solo dan masih harus begadang tiap malem sampai malam Sabtu karena banyak tugas minta diselesaiin. Sabtu paginya, saya minum es buah depan kampus yang muanis sukrosa - awalnya manis belakangnya pahit di tenggorokan kayak cinta mantan yang telah usai. Habis minum es buah itu, udah berasa tuh tenggorokan sakit kalo dipake nelen. Alamat bakal radang nih, gitu pikir saya waktu itu tapi masih ngelanjutin kuliah sampai sore karena memang jadwalnya gitu. Selesai kuliah, tulang-tulang dan persendian mulai terasa nyeri karena saya keseringan gendong tas beras berisi laptop dan bahan-bahan kuliah. Sorenya - dengan badan pegal linu - saya pulang ke Jogja, nah di separo jalan mulai kerasa kepala nyut-nyutan, tenggorokan makin sakit kalau nelen ludah, dan badan demam. Akibat gejala-gejala tersebut saya jadi nggak konsen di jalan. Pulang ke rumah sendiri aja pake nyasar dulu -_-'. Untung masih kuat dan bisa sampai dengan selamat.

Sampai rumah, beberes, mandi dan istirahat, badan saya udah enakan. Habis makan juga sakit-sakit yang tadi sudah reda. Malamnya di rumah, saya minum susu UHT kemasan kecil tapi berasa udah kenyang jadi nggak saya habisin. Saya simpanlah itu susu di kulkas dalam kondisi sudah terbuka kemasannya. Paginya, karena haus saya comot lagi si susu semalam dari kulkas. Saya pikir masih aman, toh baru semalam ini. Saya cium-cium, enggak ada aroma mencurigakan. Segalanya terlihat normal. Badan juga terasa tidak ada tanda-tanda bakal sakit lagi. Jadilah saya minum aja itu susu. Rasanya normal-normal aja. Habis diminum juga nggak ada reaksi dari tubuh yang nggak enak.

Siangnya, habis makan siang saya makan mangga setengah mentah. Di depan rumah memang numbuh pohon mangga yang tiap musimnya berbuah dan bulan ini baru mulai musimnya. Beberapa mangga pada jatoh karena mungkin masak di pohon atau kena angin. Nah ada mangga yang udah separo mateng dan wanginya menggoda jadi saya makan aja. Ternyata itu belum seluruhnya mateng, masih agak mengkal gitu. Tapi manis juga kok jadi saya habiskan satu mangga. Ibuk saya juga makan sedikit.

Habis makan mangga, nggak sampai 15 menit perut mulai terasa sakit. Mules nggak karuan dan akhirnya saya diare. Saya pikir gara-gara mangga nih. Habis diare itu perut udah membaik dan hari berjalan seperti biasa. Malamnya saya makan malam. Makan malam hari itu cuma habis setengah karena lambung rasanya udah penuh aja. Khawatir kurang porsi makan kurang jadi saya tambahin minum susu. Ya, saya memang penggemar susu karena sedang program penggemukan badan. Kali ini susu kental manis sachet yang diseduh sendiri. Habis itu sikat gigi dan tidur tanpa hambatan.

Dini hari sekitar jam 2 atau 3an, saya kebangun. Perut rasanya kembung, lambung terasa penuh, dan mual-mual. Saya heran kan kenapa, saya pikir apa masuk angin gara-gara kedinginan? Tapi kan saya tidur selimutan tebel dan lagi nggak hujan di luar jadi nggak seberapa dingin. Saya coba cuek dan tidur lagi. Paginya bangun, makin mual dan ditambah kepala pusing. Badan panas tapi sayanya merasa dingin. Nggak kuat bangun, kalau bangun dari tempat tidur berasa nggliyeng dan mau muntah. Nggak berani mandi karena takut ambruk. Mau makan juga nggak nafsu karena mual. Habis itu diare lagi 2 kali. Jalan ke kamar mandi berasa sambil sempoyongan karena mual dan kepala pusing. Setelah itu muntah-muntah. Makanan semalem balik keluar semua. Perih rasanya tenggorokan.

Habis muntah itu kepala terasa agak enteng, udah nggak pusing lagi. Mualnya juga berangsur menghilang. Mungkin karena penyebab sakit di dalam tubuh udah keluar. Tapi badan jadi lemes. Sepertinya karena banyak cairan yang dikeluarkan. Habis kepala udah nggak pusing itu, akhirnya saya berani mandi. Habis mandi tidur lagi. Soalnya badan masih lemes. Mau makan khawatir muntah, jadi seharian saya nggak makan. Minum air putih doang beberapa teguk biar nggak dehidrasi. Saya belum mikir itu sakit kenapa. Sambil berusaha tidur saya mengingat-ingat apa saja yang sudah masuk ke mulut sebelum sakit itu. Saya masih mikir mungkin karena makan mangga makanya saya diare dan mual muntah karena mulainya pas habis makan mangga itu. Tapi ibuk saya juga makan mangga dan baik-baik saja. Lagipula si mangga bersih dan kalaupun kurang mateng sempurna tapi dia bukan mentah juga. Sebelumnya saya juga pernah makan mangga semacam itu dan tetap sehat.

Lalu terpikirlah si susu. Saya kan minum susu dua kali tuh, susu UHT dan susu kental manis. Susu kental manis saya cek rentengan kemasan sachet-nya, expired-nya masih lama. Lalu susu UHT, belum kadaluwarsa tapi kan saya minum dua kali di hari yang berbeda. Kalo nggak salah, susu UHT itu sebaiknya dihabiskan di hari yang sama setelah dibuka. Nah saya, udah dibuka disimpen semalaman diminum lagi. Bisa jadi susunya sudah terkontaminasi bakteri. Lagian saya baca-baca di internet, gejala yang saya alami persis gejala keracunan susu basi. Yasudahlah saya simpulkan saya kayaknya keracunan susu basi.

Sorenya saya laper tapi masih takut makan. Ada mangga mateng di meja. Saya takut sakit lagi kalo makan tapi penasaran, coba kalo makan sedikit bakal diare lagi nggak. Saya makanlah beberapa slice. Aman-aman aja tuh. Makin kuat hipotesis saya kalau saya keracunan susu basi dan bukan karena mangga kemarin. Malamnya, saya berusaha makan karena takut hipoglikemia. Makan juga bisanya dibanyakin nelen nasinya doang karena kalo pake lauk - yang berbumbu - takut memicu mual lagi. Malam itu saya nggak berani minum susu. Berasa rada trauma gitu.

Pagi tadi, semua sudah membaik. Mual muntah nggak ada, Perut nggak sakit lagi dan kepala sudah nggak pusing. Bangun-bangun terasa lapar. Mungkin karena kemarin seharian saya kurang makan. Akhirnya pagi tadi makan sepuasnya, minum susu juga dan alhamdulilah aman-aman saja. Siangnya saya baca-baca sejumlah artikel lagi soal pengalaman orang-orang yang pernah keracunan susu basi. Macem-macem ceritanya tapi seluruhnya punya gejala yang kurang lebih sama; muntah dan diare. Ada yang sampai super parah dan mesti rawat inap beberapa hari. Untung saya nggak sampai parah dan harus diopname ke rumah sakit segala.

Pertolongan pertama pada keracunan kayaknya adalah segera men-detox racunnya keluar. Caranya saya nggak tahu, hehehe. Saya amatir soal keracunan kayak gini. Satu-satunya pengalaman saya berkaitan dengan keracunan adalah ngelihat kucingnya ibu bidan tempat saya praktek jaman habis kuliah D3 dulu - iya saya bidan, nggak percaya ya? - muntah-muntah cumi yang habis dia makan. Sepertinya dia keracunan.

Muntah dan diare sebenarnya adalah mekanisme alami tubuh untuk mengeluarkan racun. Ada yang bilang kalau minum air kelapa muda juga membantu. Tapi kalau ada yang mengalami gejala keracunan, baiknya langsung ke pelayanan kesehatan aja deh agar lebih pasti penanganannya. Saya kok nggak ke yankes? Soalnya habis muntah kemarin kondisi tubuh sudah membaik.

Tahu nggak? Hal paling menyenangkan dari keracunan kemarin? Gebetan nanyain kabar saya :D. Padahal saya nggak ngabarin kalau saya sakit lho. Nggak update status di sosial media manapun tentang saya keracunan juga. Nggak tahu kenapa tiba-tiba ditanya - feeling kali. Aih saya norak nulis ini kayak remaja alay.

Gara-gara keracunan, dari kemarin saya jadi banyak istirahat aja di kamar. Mau blogging rasanya belum kuat mikir banyak - untung malam ini udah sehat. Saya juga jadi kelewatan jadwal scrubbing, peeling, dan maskeran. Haduu ini kan jadwal perawatan mingguan, kapan mau sempat dirapel? Kemarin bahkan habis mandi saya nggak sempet pake skin care apapun karena keburu lemes pingin istirahat. Untung kulit nggak pada protes.

Saya nggak jadi kapok kok beli susu UHT. Saya tetap cinta susu. Hidup susu! Tapi pastinya ke depan saya akan lebih berhati-hati dan nggak akan minum susu yang sudah dibuka kemasannya lebih dari sehari *atau semalam* lagi. Keracunan susu basi ini cukup sekali saja dalam hidup dan jangan teulang lagi. Ini keracunan pertama dan terakhir aja. Kapok!

Minggu, 20 November 2016

REVIEW : MAKARIZO Hair Energy Fibertherapy Conditioning Shampoo & Hair & Scalp Cream

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Saya kayaknya belum pernah ngebahas soal perawatan rambut ya? Memang rambut nggak seberapa terawat sih, hahaha. Semenjak punya rambut pendek, saya jadi super cuek sama urusan ngerawat mahkota ini. Sampoan aja berasa cukup gitu, tanpa perlu repot-repot pakai kondisioner apalagi hair mask, hair tonic, dan lain sebagainya. Nggak ada masalah berarti sih, rambut saya oke-oke aja. Nggak ketombean, nggak bercabang, rontok dikit doang - wajarlah. Tapi, kuering dan megarnya itu lhoo. Aslinya dari dulu pas rambut panjang juga tipe rambut saya udah kering bin megar. Megarnya karena batang rambut saya yang cenderung gede-gede plus kering.

Saya punya rambut kering dan megar ini entah sejak kapan. Apa sejak lahir udah gini juga saya nggak ingat. Tapi saya pernah ngalamin tipe rambut jadi kombinasi juga, berminyak di pangkal - kering di ujung. Kalo nggak salah waktu SMP. Itu sebabnya kayaknya karena saya dulu malas keramas. Semenjak saya udah gede dan rajin keramas, rambut saya kering semua. Padahal saya nggak tiap hari keramas lho, dua hari sekali aja.

Kalau dari faktor genetis, Ibuk saya punya rambut yang halus dan mudah diatur. Babe saya kurang merhatiin karena kan rambutnya potong cepak terus. Adik saya yang cowok rambutnya bahkan lebih halus dan mudah diatur dibanding saya. Trus kenapa saya doang di keluarga yang rambutnya amburadul T_T...!

Pas nulis review ini, rambut saya udah berkurang keringnya karena saya pakai produk MAKARIZO Hair Energy Fibertherapy Conditioning Shampoo & Hair & Scalp Cream. Makanya sekarang mau saya kupas di sini.

Kayak gitulah kondisi rambut saya sekarang. Udah sisiran, rambut nggak terlalu kering, sejumlah anak rambut berdiri. Panjangnya lagi nanggung jadi bentuknya rada mencuat-mencuat keluar. Di-blow masuk juga paling betah 30 menit, habis itu melengkung keluar lagi. Ada beberapa bagian yang warnanya nggak rata, itu sisa cat jaman dulu yang belum ilang kepotong.

Saya langsung aja bahas produk perawatan rambut yang sudah saya pakai sejak awal bulan ini. Baru dipakai sekitar 6 kali kayaknya, karena saya pakai ini cuma pas sempat di rumah. Belum bisa rutin sih, tapi dipakai belum rutin aja kondisi rambut saya udah lumayan membaik :). Ini dia MAKARIZO Hair Energy Fibertherapy Conditioning Shampoo & Hair & Scalp Cream!


HARGA

Saya beli varian berbeda untuk kedua produk ini. Harganya untuk yang Olive Extract Conditioning Shampoo @170 ml Rp.18.800, sementara yang Royal Jelly Extract Hair & Scalp Cream @60 gr Rp 11.900. Ada beberapa varian dari produk ini, saya pilih olive untuk shampoo karena rasanya ini yang paling melembapkan. Kalau hair & scalp cream-nya yang royal jelly karena seingat saya nyari yang olive nggak nemu.

KEMASAN

Saya mulai dari shampoo-nya dulu yaa...

Olive Extract Conditioning Shampoo dikemas dalam botol oranye besar berbahan plastik tebal. Agak doff gitu plastiknya - bagus deh material kemasannya menurut saya. Botol ini punya sisi yang asimetris. Salah satu sisi berbentuk gerigi sementara sisi lainnya terdapat sedikit cekungan, ini memudahkan pegangan supaya pas megang botol nggak gampang jatuh. Permukaan sisi-sisi botol ini juga dicetak tidak rata, bisa buat tempat pegangan jari jemari. Anti licin deh pokoknya botol ini. Genggam-able banget! Bentuk botolnya enggak bulat ya, dia agak pipih gitu. Ukurannya gede, terlalu gede menurut saya untuk isi 170 ml. Soalnya isi shampoo-nya tuh nggak menuhin botol, setengahnya lebih dikit doang. Saya jadi curiga ini apa udah tinggal setengah trus dijual? Soalnya botolnya nggak bersegel, semua orang bisa membuka tutupnya dengan mudah. Saya nggak bisa ngukur 170 ml itu seberapa, jadi nggak tahu juga kebenaran isi sesungguhnya shampoo ini. Berbaik sangka aja lah yaa, memang isinya segitu, botolnya aja yang kegedean...


Kayak gitu tuh botolnya. Unyu sih sebenarnya ya :D? Enggak standar gitu. Di belakang botol tertera sejumlah tulisan yang menerangkan segala hal mengenai si shampoo.
MAKARIZO Hair Energy Fibertherapy Conditioning Shampoo dengan formula yang mampu membersihkan rambut dengan lembut dari semua residu produk perawatan rambut serta melembabkannya sehingga rambut mudah diatur. Mengandung Asam Amino Keratin - unsur vital dalam pembentukan keratin sebagai protein utama yang mendorong keterpaduan struktur rambut agar lebih berkilau, tetap sehat dan kuat. Kombinasi ekstrak Zaitun dan Omega 6 dari Minyak Nabati Passiflora membersihkan, menutrisi dan melembutkan rambut sehingga daya tahan rambut terjaga, rambut pun lentur dan berkilau. Cara pakai: Tuangkan sampo secukupnya pada telapak tangan dan aplikasikan pada rambut basah. Pijat rambut dan kulit kepala hingga berbusa. Bilas hingga bersih. Jangan gunakan kuku saat memijat untuk menghindari luka.
Botol ini punya tutup berwarna merah. Latar tulisan yang ditempel di badan botolnya juga punya unsur warna merah sih. Orange with red? Agak nyetar sih yaa, tapi eye catching kok. Tutupnya flip top. Gampang banget dibuka, ditutup juga. Biarpun begitu tapi nggak akan terbuka sendiri secara nggak sengaja kok asal naruh botolnya dalam posisi berdiri.

Mulut botolnya keciil. Waktu nuang shampoo berasa agak susah gitu. Tapi ini menguntungkan karena akan mempermudah kita dalam menakar mau ngeluarin shampoo seberapa.

Lanjut ke Royal Jelly Extract Hair & Scalp Cream. Yang ini kemasaannya sachet. Saya nggak tahu ada kemasan lebih besarnya nggak, pas beli adanya sachet aja. Biarpun sachet, tapi isinya lumayan banyak kok, 60 gr. Ngomong-ngomong, saya suka merhatiin kalau produk-produk kosmetik tuh pada beda-beda nyantumin skala netto-nya. Ada yang pakai satuan mililiter, ada yang gram. Mililiter itu untuk cair, gram untuk padat. Right?

Warnanya orange juga sama kayak shampoo-nya. Tapi yang ini dengan tambahan aksen warna gold. Semua varian kedua produk ini memang didominasi warna orange sih, jadi agak sulit dibedain bagi yang kurang teliti. Di bagian belakang sachet, terdapat tulisan deskripsi dan keterangan produk juga.
MAKARIZO Hair & Scalp Cream merupakan formula yang meresap ke dalam dan memanjakan rambut, membantu memperbaiki dari pusat akar sehingga batang rambut pun tampak hidup dan sehat kembali. Mengandung Asam Amino Keratin - unsur vital dalam pembentukan keratin sebagai protein utama yang mendorong keterpaduan struktur rambut agar lebih berkilau, tetap sehat dan kuat. Kombinasi Royal Jelly dan Omega 6 dari Minyak Nabati Passiflora melembabkan rambut kering dan kasar agar halus kembali. Sesuai untuk menangani masalah rambut mengembang tidak beraturan. Cara pakai: Setelah keramas, oleskan krim pada rambut dan kulit kepala kemudian pijat perlahan atau bungkus rambut dengan handuk hangat selama 2-5 menit. Bilas hingga bersih.
Deskripsinya menyebutkan sesuai untuk rambut mengembang tidak beraturan, pas ya sama rambut saya. Nggak salah nih beli ini! Padahal pas beli nggak baca secara detil lho tulisan di kemasannya.

Karena ini kemasan sachet, tentu saja saya nggak akan membahas soal tutupnya. Nggak ada coy. Ngebukanya dengan menggunting ujung sachet. Digunting ya, nggak bisa disobek soalnya tepinya lurus-lurus aja tanpa gerigi pembuka. Kalau saya, habis dipakai lipat ujung bukaannya. Se-sachet ini bisa dipakai berkali-kali soalnya. Misalnya per pakai 5 gram (itu takaran untuk rambut sepanjang rambut saya), maka 60 gram bisa untuk 12 kali pemakaian. Hemat ya?

ISI

MAKARIZO Hair Energy Fibertherapy Conditioning Shampoo isinya cairan shampoo yang teksturnya kental berwarna putih keperakan. Ehm, agak kayak apa gitu yaa... Shampoo ini cenderung lebih kental dari shampoo-shampoo lain yang pernah saya pakai, ini kentalnya ulet gitu. Aromanya khas MAKARIZO - kalau pernah pakai salah satu produknya pasti tahulah gimana aromanya. Busanya nggak terlalu banyak, kalau buat serambut saya takaran shampoo-nya dua kali yang di foto itu. Mungkin sebenarnya dikit aja bisa ngebersihin, tapi saya tipe yang kalau keramas nggak full berbusa tuh rasanya ada yang kurang - sabunan juga tapi sekarang kalau urusan sabun lebih bisa ditoleransi. Habis dipakai dan dibilas, rambut terasa enteng dan lembut :) - dalam keadaan masih basah ya. Saya belum pernah nyoba pakai shampoo ini doang tanpa hair cream-nya jadi nggak tahu apakah setelah kering rambut tetap enteng dan lembut.

MAKARIZO Hair & Scalp Cream punya tekstur yang lebih padat dari shampoo-nya. Berbentuk krim berwarna orange muda. Aromanya lebih kuat dibanding shampoo-nya. Saya pakai ini sesudah keramas sebagai ganti kondisioner. Diolesin aja ke seluruh bagian rambut dan kulit kepala sambil dipijat-pijat. Saya enggak pakai handuk hangat segala karena repot. Lagian hair mask-an di salon sekarang juga jarang yang di-steam - kenapa malah nyambungnya ke hair mask ya? Didiamkan sekitar 5 menit lalu dibilas. Setelah dibilas rambut terasa haluus dan lembut. Wangi juga. Karena lebih halus dan lembut, rambut saya jadi lebih mudah disisir maupun diatur jadi rontoknya juga berkurang. Biasanya rambut saya rontok pas disisir karena kaku dan suka ruwet di sisirnya.

Secara keseluruhan, setelah sekian kali pakai duo produk ini, saya suka sama hasilnya. Memang enggak langsung indah seketika kayak iklan sampo gitu, tapi kondisi rambut saya membaik. Ini sejak pemakaian pertama lho - dan makin lama makin bagus. Rambut jadi lebih halus, lembut, dan mudah diatur. Plus bonus wangi yang tahan lama. Sayang saya jomblo jadi nggak ada yang nyium wanginya selain saya sendiri. Oh iya, rambut saya yang kering juga jadi lebih lentur - nggak gampang patah. Biasanya rambut kering kan cenderung rapuh dan mudah patah - dulu rambut saya juga pernah gitu pas masih panjang tapi akhir-akhir ini udah enggak sih. Dengan dua produk ini, rambut saya nggak akan rapuh dan mudah patah di kemudian hari.

Repurchase? Yess. Tapi pingin coba varian lain.

Notes :
+ manfaatnya terasa, sesuai sama klaimnya
+ wangii, dan tahan lama wanginya
+ harganya terjangkau dibanding mesti perawatan ke salon
+ lumayan awet kok isinya
- kemasan shampoo-nya bulky
- kemasan sachet agak repot disimpen untuk hair cream-nya

Kamis, 17 November 2016

Dehidrasi ; ngaruh ke semua sisi kehidupanku

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Link

Seminggu yang lalu - kayaknya saya belum cerita - saya sedang banyak tugas kuliah. Karena repot ngadep laptop terus, nulis ini itu, saya jadi lupa makan lupa minum. Ngga gendut-gendut deh -_-'. Kadang kelewatan jadwal makan gitu. Tapi masih mending, yang lebih parah, saya jadi kelewatan banyak minum air. Air putih maksudnya. Kalau lagi mantengin laptop, saya sukanya ngadep susu atau minuman ringan. Air putih juarang banget. Setelah semua tugas-tugas selesai - dan besoknya ada tugas baru lagi - saya jadi ngerasa dehidrasi.

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air dalam tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan air (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. (Wikipedia)

Saya sebenarnya nggak kurang kurang minum amat. Cuma mungkin cairannya abis juga buat mikir, hahaha. Makanya saya ngerasa dehidrasi. Sekarang saya udah banyak minum nih, biar enggak dehidrasi lagi.

Selama saya dehidrasi itu, kayaknya ada banyak sisi-sisi kehidupan yang terpengaruh. *ini didramatisir* Bibir saya jadi lecet -_- dan itu bikin susah dilipstikin. Lipstik Purbasari yang konon lipen matte paling lembap pun bisa terasa kering di bibir saya. Eh kayaknya dari seluruh serinya, ada sebagian lipstik yang tetap berasa lembap setelah dipakai ada juga yang berasa kering. Ya menurut saya mungkin ini tergantung kondisi bibir pada saat pemakaian. *atau saya yang salah ngerasa aja* Soalnya pas saya nggak dehidrasi, lipstiknya lembap-lembap aja di bibir.

Nambahin ya, dalam seri lipstik Purbasari itu ada lipstik gampang di-touch up tanpa menggumpal, ada juga yang menggumpal. Memang dalam satu seri lipstik tuh kadang ada produk gagalnya yang beda sendiri sih, nggak tahu persis kalau Purbasari ini. Saya lupa shade berapa yang pernah saya coba kering atau menggumpal pas di-touch upshade berapa yang enggak. Nggak tahu juga itu karena kondisi bibir atau karena memang faktor dari sononya gitu. Wis embuhlah pokoknya gitu.


Apa lagi ya yang terpengaruh? Konsentrasi kali. *kayak di iklan air minum kemasan* Sudah ah, saya mau minum dulu biar nggak dehidrasi. Byee!

Senin, 14 November 2016

REVIEW : Wardah C-Defense Serum

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Kadang, saya ngerasa kalau menulis itu kebutuhan. Kadang juga rasanya seperti kewajiban. Kalau pas selo dan hati gembira, nulis adalah kegiatan paling menyenangkan menghabiskan waktu. Tapi pas saya cuapek berat dan hati kacau ditambah sinyal jelek dan jadi males nulis lalu blog terbengkalai, saat itulah saya merasa bahwa harus nulis untuk ngejar deadline kekosongan jeda pos. Saya sedang berusaha nih, biar menulis ini tetap saya kerjakan dengan saya menikmati proses maupun hasilnya.


Beberapa waktu yang lalu saya beli beberapa skin care ini dan sempat memakainya secara rutin. Terus ganti ke skin care lain meskipun yang ini masih tetap dipakai sih. Kali ini saya akan me-review salah satu dari tiga produk di atas. Wardah C-Defense Serum!


HARGA

Saya kok lupa harganya berapa :'D. Kalau nggak salah sekitar 68 ribu rupiah untuk isi 17 ml. Untuk ukuran serum, 17 mili itu lumayan banyak kok. Pas mau beli sebenarnya yang saya inginkan itu serum white secret, tapi rayuan maut mbak BA-nya membuat saya berpaling melirik C-Defense ini. Menurut informasi dari si mbak, serum white secret itu mencerahkan doang sementara C-Defense ini lebih lengkap dan lebih cepat karena serinya hi grade. Saya nggak seberapa paham tapi akhirnya membeli benda ini.

KEMASAN

Waktu beli, produk ini diberi packaging kotak orange yang di dalamnya berisi botol serum. Warnanya yang didominasi warna jeruk ini sama dengan warna DD Cream dari seri C-Defense juga. Ya secara mereka diciptakan bersaudara sih. Masih ada satu lagi saudara mereka yaitu face mist, waktu itu saya sekalian mau beli juga tapi belum release di Jogja.


Botol serum-nya sendiri terbuat dari bahan semacam beling (?) - soalnya kayak gelas sih - berwarna orange juga dengan tutup pipet putih beraksen silver. Cara membuka tutupnya dengan diulir. Di balik tutupnya nempel tabung kaca bening berujung bolong - itu pipetnya. Botolnya rawan pecah kalau jatuh jadi berhati-hatilah meletakkannya.


DESKRIPSI


Pada kotak maupun badan botol serum, terdapat sejumlah keterangan :
Wardah C-Defense Serum dengan powerfull antioxidant Hi Grade Vitamin C. Dengan kemampuan penetrasi yang lebih sempurna ke dalam lapisan kulit (epidermis), serum ini bekerja melalui 5 langkah sinergis untuk menjaga agar kulit tampak lebih muda, cerah, dan tetap sehat :
  • Mengurangi proses pembentukan melanin pada kulit
  • Membantu menangkal radikal bebas
  • Sebagai anti inflamasi, inflamasi merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya pigmentasi pada kulit
  • Membantu sintesis kolagen yang berfungsi untuk menjaga elastisitas kulit
  • Meresap ke lapisan kulit dengan lebih optimal sehingga aktif bekerja lebih efektif
Mengandung Prolonged Hydration Biosaccharide yang menjaga kelembapan dan kehalusan kulit. Serum ini lembut sehingga memberikan rasa nyaman di kulit. Hasilnya, kulit terasa lebih lembap, halus, dan tampak sehat.
 Ingredients-nya perlu saya tuliskan? Baiklah baiklah meski sedikit malas saya tuliskan deh :
Aqua, Glycerin, Ethyl Ascorbic Acid, BIS-PEG-12 Dimethicone, Methyl Gluceth-20, Pentylene Glycol, Biosaccharide Gum-1, Propylene Glycol, Ethoxydiglycol, Aloe Barbadensis (Aloe Vera) Leaf Extract, Phenoxyethanol, Xanthan Gum, Ammonium Acryloyldimethyltaurate/VP Copolymer, Allantoin, Disodium EDTA, Ethylhexylglycerin, Sodium Hyaluronate, Potassium Sorbate, Sodium Benzoate.
Dan jangan tanya saya fungsi bahan-bahan di atas apa. Saya nggak paham soalnya. Saya lagi nyari alamat web penerjemah ingredients nih. Ada yang tahu apa? Saya pernah baca cuma lupa alamatnya.

Tertera juga tanggal kadaluwarsanya. Ini masih tanggal 13 bulan 09 tahun 2019 nanti. Lama yoo, 2 tahun.

ISI

Isinya cairan bening agak kental beraroma samar. Teksturnya terlalu kental untuk disebut cair sebetulnya, tapi belum cukup padat untuk disebut gel. Dia sedang-sedang saja kentalnya. Nggak terlalu light. Aromanya bukan kayak jeruk sih walau warna kemasannya orange. Saya nggak tahu istilah untuk aroma semacam ini, bukan ahli parfum dunia sih. Untuk mengambil serum-nya, kita cukup menekan tutup pipetnya lalu celupkan dalam cairan, lepas tekanan di tutup, serum terperangkap dalam tabung pipet deh. Tekan lagi tutupnya untuk meneteskan serum ke tangan. Dosis pemakaian saya untuk sewajah itu cukup setetes. Eh, saya pernah nyampur serum ini dengan masker sebanyak 5 tetes per satu kali maskeran. Rasanya boros deh makanya sekarang saya udah nggak hobby nyampur masker pakai bahan-bahan lain.

CARA PAKAI

Kalau cara pakai yang ditulis di botolnya sih : Usapkan merata pada kulit yang telah dibersihkan pagi dan malam hari.

Kalau saya, habis cuci muka terus pakai toner dulu lalu baru pakai serum ini. Ya sama aja sih sebenarnya dengan cara pakai yang tertera di botolnya. Eh, sebelumnya saya mau cerita dikit soal cuci muka. Beberapa bulan yang lalu kan lagi booming iklan cuci muka ala Fair & Lovely, saya sempat beli pelembapnya tuh tapi nggak beli facial foam-nya karena belum rilis di tempat saya. Nah pas nonton iklan itu, saya jadi suka cuci muka ala di iklan :D.

Skip deh, lanjut. Cara pakai serum ini kalau saya, tetesin dulu ke punggung tangan lalu ambil dengan jari dan oleskan pada wajah. Ngolesinnya per bagian, mulai dari dahi, hidung, pipi, baru ke dagu. Untuk leher saya nggak pakaiin serum. Tepuk-tepuk sampai serum meresap. Meresapnya butuh waktu sih, nggak langsung gitu. Serum ini termasuk lengket kalau menurut saya, makanya pakainya jangan kebanyakan.

Nggak ada sensasi apa-apa pas dipakai. Cuma paling agak perih kalau kena daerah yang abis diekstraksi komedonya. Saya pakai ini 2 kali sehari, pagi sebelum day cream dan malam sebelum night cream. Setelah dipakai, efek instant-nya kulit terasa lembap dan kenyal.

HASIL

Sejujurnya saya nggak terlalu merhatiin secara detail perubahan yang terjadi pada kulit wajah selama pakai serum ini. Agak susah merhatiinnya memang karena saya nggak cuma pakai satu jenis skin care. Kalau mau hasil pengamatan yang akurat mungkin saya harus pakai serum ini doang selama beberapa minggu. Dan tentu saja saya ogah. Bisa kurang perawatan nanti muka eikke.

Saya pakai serum ini sudah sekitar satu bulan. Yang terpenting, dia enggak bikin breakout. Kalau soal kulit terasa lebih lembap, halus, dan tampak sehat, memang iya sih. Paling terasa setelah habis pakai serum. Kulit terasa lebih lembap, halus, lembut, dan kenyal jadinya tampak sehat. Cuma saya nggak bisa bilang itu gara-gara serum ini doang. Ada peran sejumlah skin care lain di baliknya :). Oh iya, serum ini menurut saya nggak mencerahkan secara signifikan walaupun mengandung Vitamin C grade tinggi. Malah lebih terasa di manfaat anti aging-nya, bikin kulit kenyal. *kayaknya saya bener-bener udah tua, merhatiinnya anti aging mulu*

Secara keseluruhan sih, saya fine-fine aja pakai Wardah C-Defense Serum. Sampai sekarang, isinya masih banyak juga. Hemat dipakainya. Masih akan saya pakai sampai habis. Repurchase? Kayaknya no. Saya mau ganti ke serum lain nantinya.

Notes :
+ menutrisi kulit dengan kandungan Vitamin C dan bahan lainnya
+ bikin kulit terasa lebih lembap, halus, lembut, dan kenyal
+ nggak bikin breakout
- termasuk mahal

- lengket sehabis dipakai
- botolnya rawan pecah