Minggu, 27 November 2016

REVIEW : Mustika Ratu Peeling & Masker

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Ada beberapa blog yang saya suka baca dan kemudian diikuti. Beberapa waktu yang lalu saya mau follow blog-nya teman sendiri, tapi dicoba-coba kok nggak bisa ya?

Saya udah hampir sebulanan ini per minggunya rajin peeling muka sendiri dan pakai masker. Memang lebih repot dan capek dibanding perawatan ke salon, tapi seru juga kok ngisi waktu dengan jadi terapis buat diri sendiri. Kali ini ada 3 produk yang akan saya review. Satu di antaranya adalah peeling dan dua lainnya masker.


1. Peeling Kulit Kerang

Mustika Ratu ini ber-genre alami dalam mengusung bahan pembuat produknya. Nggak heran nama-nama produknya pun beraroma nature. Salah satunya peeling kulit kerang ini. Saya belum pernah denger lho produsen lain yang mencantumkan kulit kerang sebagai bahan peeling-nya. Meskipun mungkin ada juga sih, cuma saya belum tahu aja. Oh iya, Mustika Ratu udah punya sertifikasi halal loh jadi aman bagi yang suka khawatir soal halal haramnya suatu produk.


Kemasannya sachet. Saya sengaja beli yang sachet gini biar nggak terlalu lama habisnya. Kalo kita beli yang ukuran gede dalam tube bisa lama abisnya dan saya keburu bosan pakai nanti. Satu sachet peeling ini isinya 15 gram. Yaa lumayan kok, ini aja udah saya pakai sekitar 4 kali dan masih ada sisanya. Satu sachet bisa buat sebulan lebih untuk pemakaian satu minggu sekali. Di kemasan sih disarankan seminggu dua kali, tapi menurut saya kok berlebihan. Harganya terjangkau, Rp.7575 rupiah untuk setiap sachet-nya.

Tampilan kemasannya sebetulnya biasa saja ini. Berwarna dasar putih dan biru dengan beberapa ilustrasi. Yang saya suka adalah bahan plastiknya tebal dan mudah dilipat. Ini memudahkan saat disimpan, jadi isinya nggak tumpah-tumpah gitu. Pada bagian belakang sachet terdapat sejumlah tulisan yang menceritakan perihal deskripsi, cara pakai, dan komposisi produk. Silahkan dibaca sendiri yaa... Eits, ada tanggal kadaluwarsanya juga. Ini masih super lama, 2020. Kedua produk lainnya juga sama tahun segitu kadaluwarsanya.


Peeling Kulit Kerang ini isinya bubuk agak kasar berwarna coklat pucat (meskipun di photo kelihatan putih) - lebih ke arah mocca gitu warnanya. Warna khaki mungkin lebih tepat untuk menggambarkannya ya. Untuk memakainya, kita harus terlebih dulu mencampur si bubuk khaki dengan air mawar. Saya pakai takaran 5 ml setiap kali menuangnya untuk satu kali pemakaian. Sayang saat dicampur dengan air mawar, dia susah larut. Butuh kesabaran ekstra kuat dan hati yang teguh untuk mengaduknya perlahan-lahan sampai tercampur rata. Saya nggak tahu kenapa susah tercampur, mungkin karena saya pakai air mawarnya dari merk yang lain juga bisa...atau memang dasarnya aja si peeling ini individual.

Meskipun dalam daftar bahannya terdapat ekstrak kulit kerang, tapi peeling ini nggak beraroma seafood kok. Aromanya kayak parem kalau orang Jawa bilang. Maksudnya wangi rempah-rempah gitu... Agak menyengat, sebetulnya segar tapi bisa bikin pusing kalau kamu makainya kebanyakan. Setelah tercampur dengan air mawar dan membentuk adonan, teksturnya kayak bubur kasar. Ehm, menurut saya mirip bubuk batu bata yang dicampur air buat main masak-masakan. Saat disentuh, kasarnya juga sama kayak gitu *bubuk batu bata*. Tapi warnanya tetep khaki yaa. Pas dioles ke muka berasa kresek-kresek kasarnya, tapi untung nggak tajam sehingga nggak melukai kulit. Cara pakainya seperti yang tertera di kemasan, oles dulu lalu tunggu mengering baru gosok dengan gerakan memutar. Peeling ini cepat mengeringnya ya, jadi jangan lama-lama mendiamkannya - nanti disangka ngambek... Waktu kering, peeling ini warnanya nggak berubah, tapi dia jadi agak kaku gitu. Kalau terlalu kering, bakal susah rontok waktu digosok.

Peeling Kulit Kerang ini menjanjikan kulit terawat kehalusannya, kulit kusam menjadi bersih dan tampak lebih cerah, serta melembutkan kulit. Kandungan bahan aktif di dalamnya adalah Ekstrak Kulit Kerang dan Ekstrak Klabet. Setelah rutin pakai peeling ini hampir sebulan, saya cukup percaya kok sama klaimnya tadi. Efek instant yang didapat pas peeling habis dibilas juga nggak mengecewakan, kulit memang terasa halus, lembut, dan cerah. Ya efek instannya memang tidak bertahan lama sih, hanya saat itu juga. Untuk hasil yang lebih baik tentu peeling ini harus dipakai rutin. Pas dipakai ada sensasi dingin di kulit, cuma setelah digosok terasa agak anget. Itu pengaruh gosokannya kali ya?

Hal menyenangkan semenjak saya rutin pakai peeling ini adalah; komedo saya sekarang lebih gampang copot. Terus kalaupun numbuh komedo baru, nggak dalam lagi numbuhnya. Deket-deket permukaan kulit aja. Nggak perlu diekstraksi pakai pencet-pencet segala untuk mengeluarkannya, cukup digosok pakai peeling aja dia bisa ikut rontok. Memang mencetin komedo nggak bagus sih meskipun tangan atau alat yang dipakai dalam kondisi bersih, soalnya tetep aja beresiko membuka pori dan pori yang menganga rawan kemasukan bakteri.


2. Masker Jerawat Indah Warni

Duluu, masker ini terkenal banget di kalangan temen-temen saya kuliah. Saya baru ngeh sekarang malahan, baru nyoba beli sekali ini. Saya pilih kemasan sachet juga, isinya 15 gram dengan harga Rp.7575 rupiah juga sama kayak peeling yang tadi. Nggak terlalu mahal sih, masih terjangkau juga, tapi kalau dibandingin sama masker lokal lain yang isinya dua kali lipatnya ini dengan harga lebih murah...ya jadi terasa agak mehong juga.


Kemasannya sama dengan peeling dan masker tomat yang akan saya bahas belakangan nanti. Yang membedakan cuma warna dan penjelasan yang tercantum di sana. Eh, saya tuh suka kezel, hasil foto saya untuk satu pos bisa beda-beda nuansa warnanya. Kadang cantik kadang suram. Kata tips di blog foto-foto (yang saya paham), latar paling aman buat suatu foto adalah warna putih karena dia akan menetralkan warna benda sesuai aslinya. Kenyataannya, malah warna putih ini merepotkan. dia membuat hasil foto saya berubah-ubah. Kadang bikin sebuah benda terlihat kusam dalam tangkapan kamera. Menurut saya, paling aman malah warna hitam. Warna hitam itu membuat warna benda terlihat cerah dan foto jadi bright.


Masker ini isinya bubuk agak kasar juga, berwarna kuning kecoklatan. Dicampur dengan air mawar juga agak susah, setelah tercampur teksturnya jadi ulet *liat, bukan ulet yang melata dan berbulu* gitu. Ini bukan tipe masker yang aluus, tapi masih bertekstur. Kesannya bubuknya nggak larut dalam air gitu, tapi cuma tercampur. Kayak ampas teh gitu, nggak larut kan? Warna maskernya setelah tercampur air mawar jadi lebih kuning. Aromanya rerempahan, menyengat juga *mabok*. Setelah dioles dia akan mengering dan selepas kering bisa dibilas. Takaran saya pakai masker ini sama dengan takaran pakai peeling. Eh iya, perbandingan mencampurnya dengan air mawar 1 : 2. Itu pas biar nggak kekentalan atau keenceran.

Masker ini berfungsi merawat kulit berjerawat, melembutkan kulit dan mengecilkan pori, serta mengurangi kelebihan minyak pada wajah. Kandungan bahan aktif masker ini adalah Ekstrak Temulawak, Ekstrak Daun Kemuning, dan Ekstrak Klabet. Klabet itu sejenis apa ya? Kayaknya ini dedaunan pengobat jerawat *sotoy saya*.

Saya pakai masker ini baru sekitar 2 atau 3 kali kayaknya. Lebih jarang dari peeling karena kalau maaskernya saya pakai bergantian dengan masker yang lain. Stok masker saya di rumah ada 3 sih, bikin galau kalau mau pakai. Bingung pilih yang mana, takut nggak adil :S. Dalam dua kali pemakaian, hasilnya cukup menyenangkan kok. Saya pernah pakai pas jerawatan kecil-kecil itu, pas dipakai rasanya adeem. Tapi ada sensasi clekit-clekit di area yang sensitif atau sedang berjerawat. Setelah dibilas kulit rasanya jadi lebih tenang, jerawat berasa mendingin gitu - walau sebelumnya ya nggak panas sih. Kalau manfaat lain yang disebutkan di atas, belum terlalu terasa sih. Pori masih gede aja, minyak juga masih banyak. Oh iya, masker ini sayang agak perih dan panas kalau dipakai di daerah sekitar mata, jadi hindari area tersebut yaa.

3. Masker Tomat

Tomat itu sayuran atau buah? Agak ambigu dia ya. Saya suka tomat sebagai buah, dibuat jus atau dimakan langsung. Tapi saya nggak suka kalau dia jadi lalapan di nasi goreng atau tempe penyet gitu. Kayak berasa kurang matching. Tomat yang saya suka yang bener-bener mateng, manis dan berserat pas digigit. Sekarang, saya juga suka tomat sebagai masker. Kali ini bukan irisan tomat ditempel ke pipi, tapi ekstrak tomato dalam masker bubuk. Saya pernah juga sih pakai tomat segar buat masker wajah, waktu itu cuma potongan tomat digosok-gosokin isi dalamnya yang berbiji itu lalu didiamkan beberapa saat dan bilas. Rasanya agak perih di wajah, mungkin karena dulu pakainya pas jerawatan. Selain itu,lengket juga di tangan dan wajah. Sekarang, saya pakai masker instant-nya aja.


Kemasannya sama seperti dua temannya tadi. Jadi saya nggak akan bahas ulang. Silahkan baca semua keterangan di foto yang ada ya, termasuk keterangan kedua produk yang tadi. Yang ini harganya lebih murah sedikit, Rp.7500 rupiah per sachet. Isi? Tetep 15 gram.


Isinya bubuk pink mudaaa yang lembut. Yang ini alus bubuknya, mirip bedak gitu. Beda sama peeling maupun masker Indah Warni yang agak kasar. Yang ini mudah dicampur dengan air mawar dan dia tipe yang larut gitu. Filosofinya; kopi tanpa ampas. Takaran pakainya tetap sama dengan peeling, dengan sendok takar 5 ml. Tapi yang ini air mawarnya jangan dibanyakin, 1 : 1 aja biar nggak keenceran. Kalau keenceran bakal susah nempelnya ke muka saudara nanti. Setelah dicampur air mawar, warnanya lebih pucat daripada pas masih bubuk tadi. Kali ini jadi terlihat putih dengan bias pink yang dikiit.

Foto pakai maskernya saya jadiin satu sama masker Indah Warni biar saya nggak dua kali ganti masker dalam waktu berdekatan. Yang sisi kiri itu Masker Jerawat Indah Warni, sedangkan sisi kanan adalah Masker Tomat. Masker Tomatnya adem juga ketika dipakai, tapi tanpa sensasi clekit-clekit. Oh iya, masker ini tanpa aroma - padahal saya berharap nyium aroma jus tomat waktu pakai. Dia mengandung Ekstrak Buah Tomat *jadi tomat itu buah* dan derivate Vitamin C sebagai antioksidan yang baik untuk kulit, menjadikan kulit kusam tampak lebih segar. Saya baru pakai masker ini sekali, itupun setengah muka aja pas ngambil fofo ini. First impression sih, nyaman dipakai dan habis dibilas bikin kulit terasa segar *segar separo*. Masker ini dan masker Indah Warni tadi, keringnya butuh waktu sekitar 15-20 menit. Setelah kering bilas dengan air bersih yaa.


Pakai peeling dan masker ini di wajah aja atau sampai leher juga? Di kemasan sih ditulis sampai leher. Saya kadang pakai sampai leher kadang di wajah aja. Menyesuaikan saja :).

Untuk kulit saya yang sekitar 3 hari - atau lebih - setiap minggunya selalu make up-an, peeling dan masker sudah menjadi kebutuhan untuk membersihkan dan merawatnya. Btw, saya dalam ber-make up kayaknya belum pernah eye shadow-an ke kampus deh, apa perlu saya coba? Sekali-sekali gitu... Entah pakai aisido mattepearly, atau shimmer yang bling-bling sekalian biar disangka mau nyanyi dangdut sama dosennya. Setelah sudah hampir sebulan saya rajin pakai peeling dan masker ini, hasilnya lumayan bagus lho di kulit. Sekarang saya udah ngga jerawatan kecil-kecil - meskipun bisa saja nanti nongol lagi kalo dia mau - dan kulit ngga kusam lagi. Lainnya apa ya? Kayaknya saya udah pernah bahas soal kondisi kulit terkini kemarin.

Merawat kulit agar senantiasa sehat bisa jadi modal yang bagus untuk make up. Ingat, make up berkualitas sebagus dan semahal apapun hanya akan tampak cantik di kulit yang memang sehat. Sama kayak lipen sebagus apapun, mau kering mau basah, akan bagus juga hasilnya di bibir yang sehat. Saya kadang menemukan kenyataan bahwa lipstik yang pernah saya pakai berasa lembap lain waktu bisa terasa kering, begitupun sebaliknya. Jadi memang kuncinya ada di kesehatan diri. So, be healthy! Kiss kiss dari Princess :* :*.

Notes :
+ harga masing-masing produk terjangkau
+ kandungan bahannya ekstrak alami
+ manfaatnya cukup terasa
+ no break out
- peeling sama masker Indah Warninya susah dicampur air mawar

- peeling-nya terlalu cepat kering

3 komentar: