Selasa, 24 Oktober 2017

[Review] Vienna Face Spa Mask Purifying Black Mud & Clarifying Egg

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]


Udah lama nggak nerusin nulis cerita kenangan. Lagi macet mood-nya, jadi pending dulu yaa. Sebagai gantinya, hari ini saya nulis review lagi ajah. Ngobrolin soal nulis review, sekarang review yang saya posting engga sebanyak dulu ya? Ngga apa-apa deh, soalnya emang sulit bagi waktu dan meres otak kalau tiap hari kudu posting. Kalo dulu mah selo banyak waktu luang jadi bisa nulis tiap hari tanpa cemas akan hal lain. Ah, back to topic. Hari ini mau review masker. Belakangan baru saya sadari, saya sering beli masker tipe peel off. Salah duanya dari Vienna ini. Vienna tuh saya tau merknya udah lama, tapi dulu pertama kenal saya taunya dia cuma brand untuk sabun susu kambing :D. Ternyata ada produk lainnya juga toh. Masker dari Vienna ada buanyak jenisnya, dan untuk permulaan saya coba dua varian dulu. Vienna Face Spa Mask Purifying Black Mud dan Clarifying Egg!

Buat yang belum tahu, Vienna ini brand lokal yang pabriknya ada di Tangerang. Harga maskernya terjangkau, cuma Rp. 8.500 aja per sachet. Kayaknya semua maskernya emang dikemas sachet ya, nggak tersedia dalam kemasan lain semisal tube. Harga segitu nggak bisa dibilang murah meriah sih karena sachet-nya kecil, tapi nggak terlampau mahal juga kok :). Isinya 15 ml dalam setiap sachet. Kemasannya bermaterial plastik, ala-ala bungkus sampo gitu lah. Di sisi atas ada celah untuk awalan membuka kemasannya, jadi semisal kamu mau pakai ini masker tapi nggak punya gunting, tenang tinggal sobek saja. Sejumlah keterangan disertakan pada sisi depan kemasan, termasuk ilustrasi cewek maskeran dan bahan masker di belakangnya. Desain kemasannya cukup catchy menurut saya, lucu gitu dan menarik orang untuk membeli. Strategi pemasaran yang bagus ya? Trus di bawah ilustrasi ada nama produk plus bahan aktif di dalamnya serta keterangan untuk kulit jenis apa masker ini diciptakan. Dua-duanya yang saya beli ini ditulis for oily to normal skin. Okay, kulit saya kombinasi antara kering dan berminyak. Rasanya nggak apa-apa deh pakai masker ini walau nggak plek sama jenis kulitnya dengan yang disebut. Keterangan lebih lanjut ada di belakang sachet, bahas satu-satu ya!

Mmm, yang mana dulu ya dibahasnya :S. Clarifying Egg aja dulu deh! Ini yang kemasan putih. Saya tertarik beli karena dulu pernah nyoba maskeran pakai putih telur asli dan udah males mengingatnya karena amis tenan, jadi waktu ada masker dengan embel-embel nama telur gini saya bawaannya pingin nyoba aja. Siapa tahu lebih aman dan nyaman dibanding maskeran dengan telur beneran. Masker ini kalo sesuai nama - dan gambar depannya - ini saya duga berbahan putih telur. Tapi yang ditulis bahan aktifnya justru Witch Hazel, Aloe Vera, dan Green Tea untuk kulit halus, lembut, dan purifies *saya bingung mau nerjemahinnya kulit jadi lebih murni atau gimana*. Ternyata bahan dan khasiat ini juga sama tertulis di kemasan masker yang satunya. Jadi ini sebenernya bahan aktif dalam semua masker Vienna apa gimana sih? Saya kok jadi bingung sampai di sini. Ada yang bisa ngasih pencerahan? Trus putih telurnya ada di mana? Kita baca lanjut ke bawah deh yuk.


Saya anggap itu tadi merupakan bahan penyusun yang ada di dua masker Vienna beda varian ini. Next, lanjut aja bahas ke deskripsi di balik sachet. Katanya, rawatlah kecerahan kulit dengan egg powder alami yang kaya akan vitamin dan protein. Mengangkat sel kulit mati dan kering secara perlahan agar kulit lebih segar, bersih, dan berseri-seri. Diperkaya dengan perpaduan dari botanikal dari witch hazel, aloe vera, dan green tea untuk menyejukkan dan membersihkan pori-pori pada wajah. Herbal whitening complex untuk perawatan kulit tampak cerah dan putih. Kulit senantiasa terasa halus, lembut, tampak putih dan cerah.

Kalau baca klaimnya, wuih menggoda banget ya :D? Siapa juga yang nggak tertarik punya kulit halus, lembut, tampak putih dan cerah dengan pakai masker aja. Saya termasuk yang excited langsung nyoba walau nampaknya agak berlebihan ya klaim yang disebutkan. Gini lho, saya bahkan belum nemu yang dinamain egg powder tuh di ingredients ditulis apa. Trus maksudnya bubuk telur gitu? Alami? Jelas itu semacam bahasa iklan ya, segala produk pabrikan gini istilahnya bukan alami menurut saya. Terus bahan yang diunggulkan juga malah bukan egg powder yang notabene jadi varian masker. Walau sempat ditulis deskripsinya tapi nggak dijelasin lagi di belakang manfaatnya apa. Sebelum nyoba, baca cara pakai dan ingredients lain di foto ya, soalnya saya males ngetikin ulang. Terlalu banyak cyin. Intinya bahan-bahan yang dunggulkan dalam masker ini udah ketulis di atas, dan di ingredients urutan penulisan bahannya masih di bagian depan kok :). Plus  ada kandungan Niacinamide (Vitamin B3), Allantoin, dan beberapa bahan keren lain lho. Ternyata oke juga masker keluaran Vienna ini. Baidewai, tadi ada klaim herbal whitening, saya nggak paham juga kenapa musti disebut herbal secara bahan pencerahnya - Niacinamide - sama sekali bukan herbal. Kalau cara pakai, karena ini peel off mask, udah paham semua kan makenya gimana? Tinggal oles, tunggu kering, dan kelupas deh, beres! Sebelum pakai, pastiin dulu tanggal kadaluwarsanya kapan. Ini mah masih tiga tahun lagi, aman - tapi kok lama bener ya. Baidewai, tanggal kadaluwarsa itu tentu berlaku sebelum kemasan dibuka. Ngerti kan nona-nona?

Saya mau lanjut bahas yang Purifying Black Mud dulu ya yang berkemasan hitam sebelum bahas ke pemakaian. Soalnya karena ini satu review dua produk jadi saya pakainya bersamaan, praktis dan efisien saat foto-foto. Kalo kemasan sama persis dengan yang putih, beda ilustrasi dan warna doang, trus keterangan bahan di bawah ilustrasi juga plek ketiplek. Perbedaan lain? Perhatiin ingredients lengkap di foto.


Klaimnya agak beda walau intinya sama. Kalo yang ini katanya, berikan energi pada kulit dengan lumpur hitam alami yang kaya akan mineral. Perlahan mengangkat kulit mati dan kering agar kulit lebih segar, bersih, dan berseri-seri. Diperkaya akan paduan botanikal dari witch hazel, aloe vera, dan green tea untuk menyejukkan dan membersihkan pori-pori pada wajah. Herbal whitening complex untuk perawatan kulit tampak cerah dan putih. Kulit senantiasa terasa halus, lembut, tampak putih dan cerah.

Dengan dua judul masker yang beda tapi khasiatnya dibilang sama, bikin kulit segar bersih berseri-seri. Lagi-lagi menurut saya penamaan masker ini cuma bertujuan untuk iklan. Bahan-bahan penyusunnya juga nyaris sama plus saya belum nemu black mud diistilahin apa di ingredients. Yang udah nemu tolong komen ya. Ini juga nggak dijelasin lebih lanjut lumpur hitam khasiatnya apa. Yang ditulis justru manfaat umum yang udah saya baca di masker sebelumnya, yang putih. Oh iya, karena ini - dan satunya tadi - peel off mask, ada kandungan alkohol cukup tinggi di dalam produk - urutan dua dan tiga. Jadi memang bener produk ini disarankan untuk kulit berminyak hingga normal. Kulit kering agaknya lebih sensitif kalau kena alkohol dalam produk. Saya tetep nyobain karena kulit saya keringnya kombinasi. Cara pakai maskernya sama aja, nggak udah saya jelasi lagi ya *blogger pemalas*. Trus ini juga ada expired date-nya tapi nggak keliatan karena dicap pake tinta hitam, tenggelam deh di latar yang juga hitam.

Sekarang lanjut ke isi produk. Karena saya anaknya rapi jadi buka maskernya pakai gunting *nggak penting dijelaskan*. Kemasan sachet dengan isi peel off mask gini praktis ya, mudah dibawa, mudah dipakai juga tanpa ribet - dibanding pakai yang bubuk dan harus di campur air. Isinya yang Clarifying Egg putih bening mirip putih telur asli tapi ini ada tambahan beads-beads jingga cantik. Saya rasa ini corn starch alias tepung jagung - bahan yang juga ada di bedak tabur Marcks, konon katanya berfungsi menyerap minyak. Aromanya semriwing alkohol dan adem peppermint - memang ada kok di ingredients. Nggak kecium sama sekali aroma amis putih telur, dan bahkan saya belum yakin ini ada ekstrak telurnya. Kalo Purifying Black Mud isinya hitam pekat, ada bahan tepung jagung juga tapi nggak keliatan di sini, dan aromanya sama aja dengan yang putih. Sekilas ini mirip mud mask saya yang palsu dari Shiseido :D. Saya tertarik ambil varian black mud ini juga karena mau bandingin sama masker lama nan KW itu.

Tekstur keduanya gel tapi agak cair, begitu kemasan dibuka langsung gampang mengalir dan gampang tumpah juga kalo nggak hati-hati naruhnya. Yang putih lebih kental dikit, nah kalo yang item bener-bener gampang netes, waktu maskeran badan sama pakaian saya ikut ketetes-tetesan :(. Mungkin karena saya pakainya langsung tuang dari sachet ke jari dan diolesin ke wajah. Saran saya sih kalau kamu mau pakai lebih baik maskernya dituang dulu ke wadah baru dioles pakai kuas ke wajah biar lebih rapi dan bersih. Kalau nggak punya kuas pakai jari bisa juga, cuma kayaknya lebih belepotan makenya.

Vienna Face Spa Mask Clarifying Egg yang teksturnya gel bening bertaburan beads oranye mudah diratakan ke permukaan wajah tanpa pada netes-netes. Waktu diratain jadinya bening aja di wajah, kayak nggak pake masker tapi kulitnya meling-meling. Saya sengaja pake di setengah wajah doang ya biar bisa coba dua-duanya sekaligus. Makenya hati-hati, usahakan jangan kena alis atau anak rambut di dahi karena nanti repot bersihinnya - harus ditarik-tarik coy pedih. Masker ini keringnya cepet, dan langsung terasa kaku kencang tertarik gitu di kulit. Dikelupas gampang dan nggak sobek tapi lebih perih rasanya. Peel off mask ini yang paling kenceng nempelnya deh dibanding semua peel off mask lain yang pernah saya coba. Biasanya saya nggak ngeluh kalau ngebersihin sisa masker yang nempel di alis, tapi pas pakai masker ini jadi ngeluh. Ceritanya kan bagian alis saya nggak sengaja kena masker, itu pas mau ditarik susah banget karena saking kenceng nempelnya, dan alis saya jadi sakit ditarik-tarik. Harus saya lunakin pakai micellar water di kapas dulu baru mau lepas maskernya. Di wajah juga kenceng nempelnya, tapi masih bisa saya tolerir, dan kayaknya nggak ada bulu halus di wajah yang tercabut soalnya di sisa masker yang sudah dilepas nggak ada residunya.

Habis dipakai nggak terasa ada perubahan berarti, hahaha. Semua khasiat yang diklaim di atas nggak saya rasain blas. Biasa aja gitu kayak habis cuci muka udah pake pelembap lalu nggak ngapa-ngapain. Kulit nggak berkurang kelembapannya memang, ini bagus karena rata-rata peel off mask ngeringin kulit - ada alkoholnya. Mungkin efek yang disebutin nggak saya rasain karena makenya baru satu kali. Entah kalo rutin apakah kulit saya jadi terasa halus, lembut, tampak putih dan cerah. Oh iya, antara pakai masker ini sama waktu maskeran dengan putih telur asli buat saya terasa beda. Yang ini memang nggak amis dan lebih praktis, tapi saya nggak nemu manfaat putih telur di dalamnya.

Kedua, multi masking pakai Vienna Face Spa Mask Purifying Black Mud, rasanya sama aja kayak pakai yang satunya. Tapi ini lebih sukar diratain, terlalu encer menurut saya jadi gampang netes-netes dan karena warnanya hitam jadi kalau belepotan keliatan. Nempelnya nggak sekenceng yang putih dan keringnya lebih lama. Suer lama! Saya udah sekitar setengah jam maskeran begini dan yang hitam masih ada bagian belum keringnya. Kalau dikelupas jadi robek karena bagian yang belum kering nempel dan masih ketinggal. Repotnya lagi karena hitam jadi nyaru kalau kena alis atau rambut. Saya baru nyadar ada masker yang nempel di rambut pas lagi sisiran - sudah beda waktu sama maskeran. Ini agak ngeselin karena saya tipenya nggak suka kotor :(. Terus karena saya lepas masker ini dalam kondisi belum kering sempurna jadi ada beberapa sisa tempelan hitam di wajah. Repot deh harus cuci muka juga, padahal pakai peel off mask kan maksudnya biar bersih habis maskeran langsung lepas tanpa kudu bilas. Jadinya yang putih juga kebilas habis maskeran, tapi kalau yang putih tadi bisa bersih dilepasnya nggak pada ninggal - kecuali di alis.

Klaim maskernya sama, bikin kulit wajah terasa halus, lembut, tampak putih dan cerah, tapi saya juga nggak ngerasain efeknya. Malah kulit saya di cuping hidung jadi lebih kering usai masker ini dilepas. Manfaat lumput hitam yang entah apa juga nggak saya rasain. Dibandingin sama mud mask Shiseido palsu yang pernah saya coba dulu, bedanya yang ini lebih encer, lebih lama kering, dan walau pakainya tipis tapi lebih meng-cover kulit. Trus kalau yang dulu katanya bisa ngangkat komedo - padahal mah enggak - yang ini enggak, habis dilepas nggak ada resido komedo yang terangkat. Oh iya, Vienna masker ini dua-duanya bisa dipakai maskeran dua kali per sachet. Lumayan hemat yak? Nyimpennya kalau udah dibuka bisa ditaruh kulkas supaya terjaga, atau di suhu ruang asal tertutup rapat nggak masalah kok.

Saya nggak ada keluhan berarti setelah pakai masker ini. Nggak ada breakout juga nggak ada purging. Ngomongin soal purging, dulu saya anggap ini ngga ada bedanya sama breakout karena reaksi nggak cocok terhadap suatu produk. Ternyata beda, purging tuh hanya terjadi saat produk yang digunakan mengandung fungsi eksfoliasi, kalau breakout karena nggak cocok. Saya udah ngabisin masker ini kemarin - kalau foto-foto buat review udah lama - dan belum ada niatan mau beli lagi. Memang sih tipe masker kayak gini praktis kemasan dan dipakainya, tapi saya nggak ngerasain efek wow yang bikin harus beli lagi. Walau memang Vienna punya buanyak macam masker yang lucu-lucu kemasannya dan menggoda untuk dicoba - saya pernah liat ada varian strawberry dan coklat juga! - tapi stok masker saya masih banyak, dan yang peel off juga masih ada. Eniwai sejak ini mulai bosan juga pakai peel off mask - apalagi yang sachet-an, kelak mau beli masker konvensional dalam tube aja kayaknya :). Nah sekian dulu ya review saya hari ini, see you mons!

Price: Rp. 8.500
Rate: 2,5/5
Repurchase? No
Notes:
+ banyak varian
+ satu sachet bisa dua kali pemakaian
+ praktis
- nggak berefek
- varian beda tapi klaimnya sama dan bahan yang dijadikan varian malah nggak diunggulkan
- konsistensi beda
- bikin kering (opsional, di saya hanya terjadi pada cuping hidung saat pakai yang black mud)

Minggu, 22 Oktober 2017

[Review] Vaseline Repairing Jelly - It's A Petroleum Jelly!

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Duluu banget jaman saya baru SMP kalo ngga salah, pernah baca di suatu majalah tentang melembapkan kulit dengan petroleum jelly. Nah waktu itu saya nggak ngeh petroleum jelly itu apa, walaupun di majalah yang saya baca udah mencantumkan Vaseline sebagai contoh produknya. Cuma karena di jaman tersebut Vaseline Petroleum Jelly kayaknya belum masuk Indonesia, jadi saya tetep nggak ngerti produknya. Sampai beberapa waktu lalu muncul iklan Vaseline di TV, dan saya baru nyadar ini produk yang sama yang saya baca bertahun-tahun lalu akhirnya hadir di Indonesia. Tapi dalam versi kita, nama produknya berganti jadi Vaseline Repairing Jelly!


Saya seneng banget denger produk ini udah keluar di Indonesia dan langsung semangat buat nyobain. Soalnya saya emang butuh produk yang daya lembapnya juara sih dan bisa multifungsi digunakan dimana-mana - iklannya Vaseline kan gitu. Untuk kulit saya yang cenderung kering, yang mana banyak area-area sukar dilembapkan, saya rasa membeli Vaseline Repairing Jelly merupakan pilihan yang tepat. Sebelum beli saya udah ceki-ceki beberapa review dan ada yang menyatakan bahwa produk ini rentan dipalsukan, karena yang dia beli produknya beda kayak di iklan - entah belinya di mana. Memang sih saya sempet liat di beberapa olshop juga ada yang jual produk semacam ini, dan di toko kosmetik kecil juga ada, tapi kemasannya terlihat meragukan. Untuk mengantisipasi dapat barang palsu akhirnya saya putuskan untuk beli di Indomaret aja, untung ada :). Vaseline Repairing Jelly dibandrol seharga Rp. 21.000 untuk kemasan kecil bernetto 50 ml - eh kayaknya memang cuma ada satu pilihan kemasan ya? Murah juga kok itungannya :).

Produk ini nggak dikardusi atau di-packing pakai lapisan karton de el el, cuma jar-nya aja langsung tapi cukup aman kok karena udah disegel plastik. Jar ini bertutup biru dengan paduan warna putih kekuningan untuk bagian badannya yang berisi produk. Eh tapi kalau diperhatiin sebenernya badan si jar rada transparan, warna putihnya didapat dari isi dalam jar. Bentuk jar-nya sendiri nggak kotak nggak bulat tapi agak pipih oval dan desainnya juga simpel. Pada bagian depan cuma ada sticker biru bertuliskan nama brand plus isinya yaitu 100 % pure original - maksudnya pasti petroleum jelly - dengan keterangan dermatologist tested dan ada hologram emas yang menjelaskan tentang tahap pemurnian produk ini saat dibuat.


Kalau dibalik, baru deh di belakang kemasan terdapat penjelasan yang lebih lengkap. Ada expired date tercantum, dan di bawahnya juga tertempel sticker - kali ini berwarna putih - dengan tulisan jika produk ini teruji klinis membantu memperbaiki kulit sangat kering. Komposisinya yang tertulis cuma petroleum jelly, 100 %. Produk ini bisa digunakan di berbagai area tubuh yang membutuhkan kelembapan ekstra, tapi cuma untuk penggunaan luar lho ya bukan buat dimakan. Misalnya dioleskan pada bibir, siku, atau tumit dan telapak kaki. Ada ilustrasinya tuh, termasuk juga buat ruam bayi ternyata.

Vaseline Repairing Jelly merupakan member dari Unilever brand, pasti pada tahu kan big brand yang satu ini? Nah produk ini dibuat di India lalu diimpor dan didistribusikan dari Tangerang. Entah kenapa mesti begitu pabriknya jauh amat -_-. Di bawah barcode produk ini, ada simbol segitiga yang saya pernah baca merupakan lambang untuk memberi kode jenis bahan plastik yang digunakan sebagai kemasan. Nah, sekarang lanjut bahas isi dalamnya yuk!

Tutupnya flip dan rapat kok, tenang. Di balik tutup ngga ada filter lagi, langsung nampak isi produknya, this is petroleum jelly! Sik sik sebelum lanjut ada baiknya saya jelasin dikit ya petroleum jelly itu apa. Petroleum jelly adalah produk hasil dari penyulingan minyak bumi. Produk ini merupakan bahan yang familiar digunakan dalam pelembap kulit. Meskipun familiar, tapi ada banyak pro kontra penggunaan petroleum jelly, sebagian setuju akan khasiat melembapkannya, sisanya menyebutkan berbagai efek samping kurang baik yang ditimbulkan petroleum jelly. Untuk menjawab perdebatan tentang pro kontra ini, Vaseline mengurai beberapa penjelasan di web-nya, nih saya kasih link-nya aja silahkan dibaca ya. Di web tersebut, Vaseline menjelaskan beberapa hal yang sering diragukan konsumen dan dari membacanya bisa saya simpulkan bahwa Vaseline mengklaim produknya aman untuk digunakan karena dibuat dengan tiga tahap proses pemurnian, yaitu distilasi, deaerasi, dan filtrasi. Proses ini menyingkirkan elemen yang kotor dan tidak diperlukan, sehingga petroleum jelly yang diproduksi menjadi murni dan tidak menyebabkan iritasi maupun reaksi alergi. Penjelasan di web ini membuat saya masuk dalam kaum pro pakai petroleum jelly ;).

Vaseline Repairing Jelly pada kemasan ditulis dibuat dengan 100 % pure petroleum jelly, tetapi di web ada penjelasan kalau ada tambahan mineral oil dan lilin dalam pembuatannya, mungkin untuk emulsion kali ya biar produknya lebih padat. Produk ini bekerja dengan mengisi bagian-bagian kosong antar sel sehingga mengunci kelembapan dan membantu proses perbaikan kulit - misalnya - akibat luka gores kecil, kulit mengelupas, dan luka bakar. Sifatnya yang moisture juga mampu melindungi kulit kering hingga pecah-pecah, dan mengurangi kerutan halus  - karena mengisi bagian antar sel - yang tampak. Wuih keren kan manfaatnya buanyak! Oh iya, saya sempet ragu apakah produk ini akan memicu komedo akibat clog pore, tapi menurut Vaseline produk mereka non comedogenic kok, artinya tidak akan menyumbat pori, tidak membuat kulit iritasi ataupun menimbulkan jerawat.

Isinya penuh sampai hampir menyentuh tutup. Pas saya cium nggak ada aromanya, ketika dicolek teksturnya terasa seperti balm, padat tapi lunak. Warnanya mirip wax, putih kekuningan. Pas awal beli, mula-mula saya gunakan produk ini untuk bibir. Rasanya hampir sama kayak pakai lip balm kok, tapi pakainya jangan kebanyakan yaa. Soalnya produk ini terasa rich dan kalau kebanyakan dipakai rasanya tebel gitu di bibir. Kalau pakainya tipis aja lebih nyaman, bibir langsung lembap dan terasa lebih halus. Terus saya gunakan juga di siku dan lutut, tapi ini opsional. Kalau dengan pakai body lotion atau semacamnya aja kulit bagian tersebut udah nggak terasa kering, ya enggak saya layer pakai Vaseline Repairing Jelly lagi. Selain itu, hampir setiap malam produk ini juga saya pakai pada tumit dan telapak kaki. Hampir, soalnya kadang kalau malem udah keburu capek ya nggak sempet pakai. Jadi gini, di kos saya yang sekarang tuh saya jarang banget pakai sandal atau sekedar kaus kaki di dalam ruangan. Bagian tumit dan telapak kaki saya jadi lebih tebal dan kasar deh :(, berasa nggak nyaman kalau disentuh. Makanya saya pakaiin ini. Lebih kental dari butter sih memang dan pas dipakai di telapak kaki nggak langsung meresap, jadi lebih enak dipakai pas malam mau tidur, enggak dipakai jalan-jalan lagi.

Untuk kulit area tumit dan telapak kaki saya belum banyak perubahan sih semenjak dipakaiin Vaseline Repairing Jelly. Penyebabnya karena saya kurang rutin pakainya dan masih bandel kemana-mana nyeker. Harusnya memang saya balik ke kebiasaan lama pakai kaus kaki kemana-mana kali ya, hahaha. Tapi efek seusai dipakaiin produk ini emang pas bangun pagi terasa lebih halus dan lembut kulit telapak kaki saya sampai ke tumitnya. Jadi sepertinya harus saya rutinkan penggunaan produk ini. Oh iya, beberapa waktu yang lalu kulit telapak tangan saya ngelupas-ngelupas *tangan pekerja keras*, trus karena saya hiperaktif nggak bisa diem jarinya jadi saya kelupasin sekalian kulit-kulit yang ngelupas itu. Ternyata malah lecet dan perih :'(. Pas saya pakaiin Vaseline Repairing Jelly jadi lebih cepet sembuh lho, dan kulit yang mengelupas lebih cepat kembali halus.

Saya pernah baca di Female Daily, katanya Vaseline Repairing Jelly juga bisa digunakan untuk bulu mata - dan maybe alis - juga. Saya pernah iseng juga nyoba, tapi cuma sekali buat base maskara. Enggak ada perubahan berarti tapi juga nggak ada efek samping maupun iritasi kok. Saya nggak tahu kalau dipakai jangka waktu lama, meskipun yang saya baca kalau rambut pada bulu mata maupun alis kelembapannya tercukupi bakal tumbuh lebih subur. Cobain aja gih, tapi pastiin makenya dengan aplikator yang bersih yaa karena bagian mata itu area yang sensitif.

Produk ini konon juga bisa dipakai di ujung rambut yang kering atau sebagai heat protector sebelum rambut di-styling. Ini saya belom nyoba, karena sayang wong kemasannya aja kecil kalau dipakai di rambut bisa habis banyak ntar. Pernah baca juga tapi lupa entah dimana, katanya petroleum jelly bisa ngurangin gede dan gelapnya kantung mata. Bisa dilogika memang semacam kayak pakai Tendercare, tapi saya belum nyoba juga. Saya masih was was pakai produk ini di wajah karena ada mineral oil-nya. Walau Vaseline sudah mengklaim produknya non comedogenic, tapi saya tetap khawatir dengan formula rich-nya apa iya produk ini nggak bakal menyumbat pori-pori wajah saya. Kalau untuk kulit area tubuh sih nggak masalah. Mau nyoba di wajah untuk membuktikan apakah si produk benar-benar non comedogenic, tapi nggak sanggup bayangin kalau ternyata malah sebaliknya, hahaha. Padahal kalau aman-aman saja mungkin saya bisa pakai ini untuk pelembap seluruh tubuh saat lagi travelling ;P. Btw, Vaseline Repairing Jelly tadi di atas juga disebut bisa mengurangi kerutan halus, ini saya belum buktiin juga karena bingung mau nyobanya dimana. Area sekitar mata saya memang ada kerutan kalau lagi ketawa, tapi khan seperti yang saya bilang tadi blom berani nyoba, jadi belum tahu deh bener enggak manfaat mengurangi kerutannya.

Intinya sampai sekarang saya masih pakai Vaseline Repairing Jelly hampir setiap hari. Paling sering saya pakai untuk bibir. Masih suka kok sama produk ini dan akan pakai sampai habis. Eh, hemat juga lho! Ini udah sebulan lebih saya pakai sejak dibeli dan isinya baru berkurang dikiiit. Jadi makin suka deh :D. Ada yang mau pakai Vaseline Repairing Jelly juga? Yuk cobain dan bagi ceritanya!

Price: Rp. 21.000
Rate: 4,5/5
Repurchase: Maybe yes, tapi masih lama nunggu ini habis :'D
Notes:
+ harganya terjangkau
+ kemasan simpel
+ multiguna, bisa melembapkan banyak area tubuh
- banyak versi palsunya, awas hati-hati sebelum membeli
- masih khawatir clog pore kalau di saya, hehehe

Kamis, 19 Oktober 2017

[Review] Mustika Ratu Face Peeling Gel & Peel Off Mask Green Tea

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Saya ini anaknya demen facial, terutama suka bagian pas komedo diekstraksi semua. Yep agak aneh mengingat sebagian besar orang pasti benci kalau mukanya dipencet-pencet demi mengeluarkan si komedo jahat karena rasanya menurut mereka sakit sampai bikin meneteskan air mata. Tapi berhubung saya anaknya nggak peka terhadap rasa sakit - ya, saya blom pernah sampai nangis pas dipencet komedonya, mungkin karena ambang nyeri saya tinggi ;'D - jadi saya justru menikmati saat komedo dimusnahkan dan kulit saya jadi lebih mulus. Saya memang punya masalah komedo kronis di wajah. Udah dicari penyebabnya apa tapi belum nemu yang pasti juga dan saya bahkan sudah mengurangi pemakaian produk berbahan oil di wajah demi menghindari resiko clog pore, cuma komedo tetep ada terus. Belakangan sempet berkurang sih ketika saya sudah menghindari skincare yang mengandung oil, tapi muncul lagi setelah saya nyobain pakai sunscreen. Sekarang sunscreen-nya juga sudah saya berhentikan untuk dipakai, dan udah facial lagi demi mengenyahkan komedo. Lumayan bersih sih walau nggak sempurna. Gini lho, saya selalu facial tuh di jam habis Maghrib dan mungkin mbak kapsternya sudah lelah atau gimana jadi rasanya kurang total ngebersihin komedo saya. Padahal saya facial-nya di Larissa lho yang notabene dari banyak review dibilang ekstraksi komedonya paling bersih. Ya mungkin kelak saya harus mencoba facial di pagi hari pas Larissa baru buka dan kapsternya masih seger.

Sementara belum facial lagi - jadwal saya sebulan sekali kalo punya duit - saya rajin peeling wajah sendiri di kos. Produk peeling yang saya pakai udah lama dipunyai sih, udah berapa bulan ya? Rada lupa tapi pokoknya udah agak lama. Dulu belinya pas produk peeling ini baru diluncurkan berikut maskernya. Bisa nebak ini apa? Mustika Ratu Face Peeling Gel dan Peel Off Mask! Ada dua varian, satu Lemon dengan warna kemasan kuning dan Green Tea yang dominan hijau. Saya beli dua-duanya - peeling dan masker - yang varian Green Tea mengingat Lemon rasanya terlalu keras dan kondisi kulit saya lagi kering waktu itu. Harganya lumayan untuk ukuran tube 60 ml yang mungil, Rp. 27.540 per satuan. Keduanya dibandrol dengan harga yang sama. Saya belinya di Gardena Jogja, baidewai pernah liat sebelumnya di Alfamidi harganya 35k per biji -_-.


Saya udah sering pakai produk ini, tapi awalnya nggak rutin dikarenakan waktu itu saya demen bolak balik Jogja - Solo dan males ngeberatin tas dengan bebawaan skincare banyak-banyak. Nah belakangan ini akhirnya si produk saya bawa ke Solo mengingat saya lebih banyak berdomisili di sini sekarang. Trus jadilah saya rutinin lagi pakainya - terutama peeling-nya demi mengusir kawanan komedos dari muka saya. Rutin itu seberapa sering frekuensinya? Kalo saya seminngu dua kali aja, kalau keseringan nanti kulit over eksfoliasi girls. Nah sekarang saya bahas satu-satu aja ya dua produk ini. Dimulai dari Mustika Ratu Face Peeling Gel Green Tea!

Face Peeling Gel Green Tea
Melembutkan, Melembapkan Kulit, dan Mengandung Ekstrak Teh Hijau yang Kaya Antioksidan

Kemasannya tube plastik yang empuk tapi tutupnya keras. Warna dasar tube-nya putih dikombinasi warna hijau yang senada dengan warna tutupnya. Hijaunya agak mirip lumut gitu, gimana ya neranginnya. Pokoknya hijau pupus seperti cintaku yang pupus terhadapmu mas bukan hijau muda hijau tua apalagi hijau tosca. Apakah warna teh hijau seperti ini? Saya belom pernah liat daun teh hijau asli, hahaha. Kalau udah diseduh jadi teh, ya mungkin mirip warna hijau kemasan peeling ini - meskipun saya pernah liat teh hijau yang warnanya coklat juga.

Pada sisi depan tube terdapat nama produk dan sedikit ilustrasi sementara seluruh deskripsi dicantumkan di belakang. Eh ada yang baca tempelan harga di belakang tube? Hahaha, di situ tertulis lebih mahal tapi bas bayar dapet diskon jadi harganya sesuai yang saya tulis di atas tadi. Tulisan yang tertera di belakang tube ini berbunyi:
Face Peeling Gel Green Tea Mustika Ratu mengandung Ekstrak Daun Teh Hijau yang kaya antioksidan dan Vitamin E, dilengkapi dengan Ekstrak Lidah Buaya untuk membantu melembapkan dan melembutkan kulit. Butiran scrub yang mudah hancur membantu mengangkat kotoran dan sel kulit mati sehingga kulit terasa halus.
Trus ada cara pakainya juga:
Gunakan setelah menggunakan pembersih atau penyegar. Oleskan produk secukupnya pada wajah dan pijat lembut kulit selama 3-5 menit. Bilas dengan air hangat sampai bersih. Untuk kulit berminyak gunakan 2 kali seminggu dan untuk kulit normal cenderung kering gunakan produk seminggu sekali.
Ini saya agak bandel ya, jadi kulit saya kan kering tapi pakainya tetep dua kali seminggu soalnya komedo buanyak :(. Oks, sekarang saya lanjutin pembahasannya yaw...

Tutupnya flip, dengan mulut tube yang kecil aja di baliknya. Sayang walau mulut tube udah minimalis tapi isi produk tetep gampang banget tumpah mengalir, apalagi ini kan tube yang disimpannya dalam posisi tutup di bawah kalau berdiri. Isinya sendiri bertekstur agak cair padahal namanya gel. Pas awal beli lebih kental, berwarna putih keruh keabu-abuan - jadi kayak lendir apa gitu -_-' - dengan taburan beads hijau yang berfungsi sebagai scrub. Aromanya nggak mirip teh hijau, ini justru yang kecium tajam aroma alkohol dan semriwing wangi apa gitu. *What's the definition of 'apa gitu'? Saya ngga tau, pokoknya aroma wangi yang saya tidak tahu dinamakan apa.*

Gel putih keruh ini pas kena kulit rasanya adeem walau bukan dari kulkas, enak nyess kalau digunakan di wajah. Saya pakainya sesuai anjuran, setelah membersihkan wajah dengan susu pembersih, tapi belom pakai penyegar sih. Beads hijaunya cuma dikit, paling beberapa butir aja di setiap tuangan gel. Jadi yang dominan gel-nya. Pas diratakan, gel ini mencair kaya air - kadang sampai netes-netes - dan kalau digosok jadi menggumpal dan rontok ala daki gitu. Beads-nya sendiri ngga terasa men-scrub, malah rasanya ikut larut dalam gel pas saya ratakan, soalnya ngga terasa bener ada butiran yang menggosok kulit.

Untuk mem-peel wajah dengan produk ini nggak butuh waktu yang lama. *Itu saya contohin di tangan aja ya.* Sebentar aja gel-nya sudah menjelma menjadi guguran-guguran keruh yang kemungkinan membawa luruh kotoran, minyak, juga sel kulit mati yang tak nampak. Kalau untuk komedo sih nggak ngaruh di saya. Saya malah belum pernah menemukan peeling - baik yang gel begini maupun yang scrub kasar semua - yang begitu dipakai langsung merontokkan komedo. Habis pakai peeling gel ini langsung bilas dengan air ya untuk membersihkan sisa-sisa gel yang mungkin masih nempel. Sesudah pakai ini kulit saya terasa lebih bersih dan halus, walau ya komedo masih tetap ada. Kalu untuk efek melembapkan sih nggak terasa. Nah tapi pas ngebilas dan cuci muka, kadang iseng saya tekan area kulit yang banyak komedonya - terutama bagian hidung - dan ternyata peeling ini lumayan ngelembutin kulit dan ngelunakin komedo lho. Buktinya jadi gampang banget terangkat :). Jadi peeling gel ini bermanfaat juga untuk melunakkan komedo walau untuk meluruhkannya perlu bantuan ekstraksi dengan cara lain. Oh ya, saya nggak nekan area komedo pakai kuku kok, cukup pakai jari aja. Kalau pakai kuku takutnya malah beresiko menimbulkan luka. Kalau punya alat ekstraksi komedo sih mungkin lebih bagus, cuma saya ngga punya jadi yasudahlah. Kalau mengesktraksi komedo pakai jari kayak saya gini, pastikan sudah cuci tangan dengan bersih ya agar wajah dan pori-pori nggak terkontaminasi kuman dari jari jemari tangan.

Next, saya bahas pasangannya, Mustika Ratu Peel Off Mask Green Tea! Kayaknya sudah jadi semacam kewajiban ya kalau habis peeling pasti maskeran. Yaa memang nggak harus gini juga sih, tapi buat saya hal ini mulanya jadi semacam kebiasaan. Secara kan kalau facial pasti urutan akhirnya dimasker. Cuma kadang kalau peeling-an sendiri di kos sih habis itu lupa maskeran karena buru-buru ada kegiatan lain.

Peel Off Mask Green Tea
Mengandung Ekstrak Teh Hijau yang Kaya Antioksidan dan Membantu Mengecilkan Pori-pori Wajah dan Melembutkan Kulit

Mustika Ratu Peel Off Mask ini bentuk kemasan dan warnanya sama persis dengan peeling gel-nya, yang membedakan cuma tulisan yang tertera saja. Jadi kudu teliti ya sebelum pakai, jangan sampai masker kamu pakai sebagai peeling sementara peeling-nya malah mbok nggo maskeran, ra lucu. Deskripsi dan cara pakainya sebagai berikut:
Peel Off Mask Green Tea Mustika Ratu membuat kulit terasa kencang. Mengandung Ekstrak Teh Hijau sebagai Astringent yang dapat membantu mengecilkan pori-pori wajah, kaya antioksidan dan Vitamin E membuat kulit terasa halus, lembap, dan lembut.
Oleskan produk secara merata pada wajah dan tunggu hingga kering. Hindari area sekitar mata. Selanjutnya lepaskan dari wajah dan bersihkan dengan air hangat.
Yang ini ngga ada anjuran pakainya setiap berapa hari atau minggu sekali. Saya pakainya setelah peeling, jadi sama-sama dua kali seminggu. So, lanjut aja pembahasannya.

Kalau teksturnya beda, peel off mask ini isinya gel bening namun kental. Aromanya sama, dingin-dingin alkohol dan wangi yang tak saya tahu namanya juga. Karena kental, produk ini jadi nggak mudah tumpah dari tube, tapi justru agak sukar dikeluarkan. Harus memencet tube dengan tenaga - terutama kalau isinya sudah tinggal sedikit - baru deh gel-nya mau keluar. Adem juga pas kena kulit. Karena ini gel, jadi mudah diratakan. Cuma karena bening, kadang saya sukar meratakannya secara rapi tanpa kena rambut dahi atau alis sehelai pun. Ini kan peel off mask ya, jadi kalau nempel di rambut atau alis bisa dibayangkan kan nanti melepasnya gimana? Ya agak narik-narik rambut atau alis gitu, tapi untunglah nempelnya nggak sekenceng lem, kalau iya wah bisa makin jenong dahi dan gundul alis saya akibat rambutnya tercabut pas ditarik.

Begitu diratakan, nunggu keringnya nggak lama. Sekitar 15 menit, masker ini sudah terasa kencang menarik sisi-sisi wajah hingga sulit berekspresi. *Lagi-lagi sya contohin di tangan aja :D.* Makanya kalau maskeran pakai ini nggak bisa disambi makan atau ngobrol. Ya bisa sih karena maskernya elastis dan nggak bakal retak, tapi efek kencangnya bikin nggak nyaman untuk sekedar membuka mulut. Dilepas mudah kok, tinggal tarik aja, kalau saya dari bawah ke arah atas. Memang nempelnya lumayan kenceng tapi nggak perih waktu ditarik - atau sayanya yang nggak peka sehingga nggak ngerasa perih. Masker ini juga elastis, jadi saat udah kering semua pas ditarik langsung terlepas tanpa sisa yang robek. Jadi lebih cepat dan bersih kan melepasnya :)?

Sesudah pakai masker ini kulit terasa lebih halus dan sedikit lembut. Kalau soal melembapkan sih saya enggak ngerasain. Menurut saya jarang sih ada produk peel off mask yang bisa ngelembapin, soalnya kan mengandung alkohol. Eh kedua produk ini nggak saya cantumin ingredients-nya ya? Soalnya saya ngga paham juga ngejelasinnya nanti kalau ditulis, hehehe. Silahkan cari sumber lain untuk tahu ya :). Trus tadi kan ada klaim 'membantu mengecilkan pori', nah ini sama sekali nggak berlaku bagi saya. Dan kalau saya baca-baca sih memang pori-pori kulit tuh nggak bisa melebar ataupun mengecil, jadi ya klaim produk ini saya pikir nggak tepat.

Sampai sekarang saya masih pakai kedua produk ini - tapi udah nggak serutin pas nulis draft review ini, hahaha. Produknya sendiri sudah hampir habis jadi saya nggak bisa pakai dua kali seminggu lagi - maklum saya anaknya hemat. Lumayan suka sih sama hasil pakainya, tapi kayaknya saya nggak akan beli ulang. Soalnya saya masih gemar coba-coba berbagai peeling dan masker lain ;), sedangkan produk ini belum sangat memuaskan saya. Tapi saat ini tetep saya habisin kok. Nah kayaknya segitu saja ya tulisan saya hari ini. Review ini udah lamaa bener rasanya nganggur di draft, setiap mau lanjutin ngga ada ide nulis kata-katanya gitu, dan baru sekarang saya selesaiin. Semoga berguna ya!

Price: Rp. 27.540
Rate: 3/5
Repurchase? No
Notes:
+ peeling-nya melunakkan komedo
+ masker-nya cepet kering dan mudah dikelupas
- nggak melembapkan
- klaim mengecilkan pori-nya nggak berlaku

Kamis, 12 Oktober 2017

[Review] Kissproof Soft Lipstick Shade 08 & 16

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]


Duluu banget - nggak banget juga sih belum ada setahun lalu, temen saya yang jualan kosmetik online sempet nawarin produk lipstik yang hits pada masa itu. Namanya Kissproff. Ini tuh merk lipstik yang bentuknya pensil gitu. Pertamanya sih saya males beli karena nama produknya ngga familier di telinga, nggak dijual di toko-toko biasa, jadi bikin curiga kalau ini barang abal-abal tak jelas asal usulnya. Tapii, setelah hampir setahun berlalu ternyata saya nemu merk ini di salah satu makeup look dari beauty vlogger yang cukup tenar, jadilah saya berani nyoba. Nyobanya juga bukan yang langsung order dari olshop gitu, tapi kebetulan saya nemu di toko kosmetik deket kampus.

Harganya murah bingits, cuma 17K jadi saya beli dua sekaligus. Enggak ada tester, tapi saya dibolehin buka box sekaligus produknya dulu untuk ngeliat warna asal nggak di-swatch. Sebenernya warna lipstiknya sama dengan warna tutup dan pangkal kemasan produk - yang juga keliatan dari luar box, tapi supaya lebih yakin ya saya buka sekalian. Milih shade 08 dan 16 alasannya karena waktu itu shade yang tersedia nggak banyak, cuma sekitar lima warna dan yang tiga terlalu gelap plus saya udah punya warna sejenis tapi jarang dipakai. Kalau beli lagi kan sayang nanti jarang kepakai juga. Nah kalau yang 08 dan 16 warnanya lebih terang dan warna yang sejenis walau saya udah punya di rumah tapi beda bentuk sama Kissproof yang pensil ini jadi harapannya nanti si Kissproof bisa saya gunakan untuk lip liner ngebingkai warna lipstik sejenis.


Pas beli, walau harganya murah tapi Kissproof ini menyertakan box pembungkus lho jadi nggak mengesankan produknya asal bikin - padahal saya sempat underestimate dulu. Box-nya lumayan tebal dan kaku, nggak gampang mlenyok jadi diliatnya bagus. Sayang di luar box nggak dilapisi plastik lagi untuk menjaga isi dalamnya secara lebih safety. Ada segelnya sih tapi udah dikelupas. Ini poin minus karena bikin pembeli nggak tahu apakah produk semula sudah pernah dibuka konsumen sebelum dia saat mau beli. Ya contohnya kayak saya tadi, bisa buka kemasan produk dulu sebelum beli. Walau nggak dicoba, tapi kan dengan dibukanya produk bisa beresiko terkontaminasi debu dari luar :(. Ya memang kesannya tydac higienis sih tapi saya tetep beli, hohoho. Solusinya mungkin buat yang mau jualan secara offline store produk ini baiknya menyediakan tester sih ya, biar pembeli bisa liat warna real-nya tanpa harus buka produk baru. Pembeli senang, penjual diuntungkan, semua sama-sama jadi senang.

Bentuk box-nya persegi panjang yang bukan kubus. Apasih namanya di pelajaran SD :S. Warnanya perpaduan hitam dengan pink. Cakep sih. Di box ini pada bagian depannya yang berluas lebih lebar - saya anggap depan - dan berwarna hitam dicantumkan nama produk yang sebenernya terlalu panjang untuk diucapkan secara lengkap. Jadi full name-nya adalah Menow Pro Powdery Matte Kissproof Soft Lipstick. Ribet kan ya? Jadi di review saya sebut Kissproof aja. Nettonya 4,2 gram. Terus ada gambar lip pencil di sisi lain box dengan warna paduan hitam pink juga. Warna ini berlaku untuk semua kemasan Kissproof walau shade-nya berbeda. Nah sampai di sini ada yang bikin agak mikir nih, soalnya di bawah gambar lip pencil ada tulisan 'this liquid lipstick instantly lifts & hydrates lips'. Tulisan yang sama juga bisa ditemuin di sisi box yang ada tulisan nama lengkap produk tadi. Nah yang bikin mikir, soalnya ini produk klaimnya di depan tadi adalah soft lipstick, tapi gambar di box-nya lip pencil, dan keterangannya liquid lipstick. Aah adik jadi bingung :S.

Pada sisi atas gambar lip pencil, terdapat lubang yang sebenernya bersegel tapi udah dibuka. Nah di sini terdapat nomor shade. Eh ya perasaan kemarin saya bacanya di depan angka ada kode 0-nya dua tapi kok ini satu ya ;P, kayaknya saya memang perlu kacamata deh. Kemarin padahal saya sempet ngira produk ini punya ratusan warna kalo nomor shade-nya aja tiga digit angka. Ternyata mata saya kurang awas -_-. Kissproof lipstik ini memang punya banyak warna, puluhan kayaknya meski saya nggak tau jumlah tepatnya, tapi nggak atau belum sampai ratusan.


Selanjutnya, di sisi yang lebih ramping berwarna pink terdapat ingredients yang bisa kamu baca sendiri karena saya terlalu malas menuliskan ulang, dan kotak berketerangan jika si produk merupakan seri baru generasi kedua apalah entah yang juga bisa kamu pikirkan sendiri maksude opo. Di bawahnya, ada lubang lagi tempat ngintip warna pangkal lipstik yang berbentuk pensil. Jadi kemasan Kissproof ini walau gambar di box-nya berwarna sama tapi aslinya pada tutup dan pangkal produk warnanya disesuaikan dengan warna shade. Di sisi lain lagi, ada keterangan jika produk ini made in China. Saya sering banget denger kalau ada produk bikinan China komentarnya 'pantes murah, bikinan China kok'. Tapi saya nggak paham lho kenapa barang-barang bikinan China itu selalu murah syekali, meskipun kenyataannya demikian.

Udah panjang lebar mbahas box, sekarang yuk liat isi dalam box-nya!


Isinya lipstik berbentuk pensil. Yaa gimana kalau mulai sekarang saya sebut Kissproof ini lip pencil aja? Lebih oke kan kedengarannya? Ukurannya lumayan, segede pensil yang biasa dipakai anak bangunan atau tukang jahit. Hampir se-krayon lah gedenya. Shade 08 tutupnya berwarna mauve brown dan 016 fuschia pink. Badan pensilnya tetep berwarna hitam dengan tulisan Kissproof segede gaban *eh gaban apaan sih?*. Dalemnya gimana? Simak terus ke bawah yaa...


Tutupnya gampang dibuka tapi bakal sulit terlepas sendiri kok. Isinya ya persis pensil gitu, ada ujung yang runcing pas pertama dibeli. Kalau di foto ini udah keliatan tumpul karena udah saya pakai beberapa kali. Pensil ini tuh tipe bukan rectangular, jadi kalau udah tumpul pol ya kudu diraut kayak pensil kayu biasa. Kurang praktis sebenarnya ya, apalagi ukuran pensil yang gede bikin susah nemu rautan yang pas ukurannya. Oh ya, perhatiin deh, warna ujung lip pencil sama warna tutup dan pangkal pensilnya sama enggak? Sama sih ya jadi lain kali kalau beli lagi ngga perlu buka tutup untuk ngintip warna aslinya :).

Kissproof ini ngga ada aromanya kalau menurut indra penciuman saya. Atau ada tapi saya terlalu amat sangat tidak peka. Kalau foto di atas adalah swatch-nya. Shade 08 tuh kalau menurut perbendaharaan pengetahuan saya akan warna adalah nude mauve brown. Yep, coklat muda dengan bias keabu-abuan. Lebih dominan coklatnya. Yang shade 16 fuschia pink tapi shocking warnanya. Cetar banget gitu. Kissproof ini lip pencil-nya nggak keras. Pas dioles ke lengan teksturnya terasa lunak dan langsung pigmented membentuk garis tanpa perlu terlalu ditekan. Sekali oles aja warnanya udah keluar dengan intens.

Kalau hasilnya di bibir kayak gimana?

Kissproof Soft Lipstick Shade 08

Coklat nude dengan bias abu abu. Nude-nya di saya terlihat pucat ya? Sepertinya cocok dipakai kala malas kuliah dan ingin ijin pulang dengan alasan sakit ;P. Saya cuma sekali pakai shade ini single use, soalnya ya itu tadi bikin pucet. Trus kalau nggak diimbangin dengan makeup lain yang lebih cerah, shade ini bikin kulit terkesan kusam. Sekarang saya lebih suka pakai warna ini untuk lip liner dengan isian warna senada dari lipstik brand lain untuk bagian dalam bibir, atau dipakai dengan tambahan warna solid di tengah untuk gradient lips.

Kissproof Soft Lipstick Shade 16

Kalau yang ini kebalikannya, shocking abis di bibir saya. Warna fuschia pink-nya lumayan bikin seger tapi kalau pakainya ketebelan terlihat menor. Saya juga pernah pakai ini single use tapi kemudian lebih pede kalau atasnya ditumpuk pakai nude lipstik yang glossy untuk ngurangin kesan menornya.

Keduanya punya tekstur yang empuk dan lancar dioles di bibir pas pertama dicoba di garis tepi - saya selalu pakai sehabis lip balm. Kalau dipakai sebagai lip liner pas produknya masih baru dan ujungnya masih runcing hasilnya bagus banget karena bisa bikin garis yang rapi. Cuma sekarang setelah ujungnya sudah agak tumpul jadi rada sulit diaplikasikan sebagai lip liner, kegedean garis gitu. Kalau dipakai full ke seluruh bibir rada seret dan lama karena bullet-nya kecil. Oh iya, entah kenapa shade 08 menurut saya lebih halus hasilnya. Kalo shade 16 tuh agak mbradul alias nggak rata waktu dipulas, jadi hasil pakainya nggak alus gitu. Lip pencil ini langsung matte setelah dioles, jadi nggak perlu nunggu nge-set dulu. Hasilnya super dead matte, kuering banget dan nggak ada kilaunya sama sekali. Bagusnya sih nggak nyetak garis bibir kayak kalau pakai matte lip cream. Kissproof ini lebih ngisi full warnanya.

Pas awal dipakai sih walau kering masih terasa nyaman, nggak nggedibel dan nggak menimbulkan rasa ketarik di bibir. Tapi makin lama makin garing rasanya dan kalau dipakai senyum kerasa kurang nyaman - padahal saya sudah apply lip balm sebelumnya lho. Sulit di-touch up dengan lip balm lagi karena hasilnya malah akan mbradulin warna yang sudah nempel. Solusinya kalau udah nggak tahan sama kering bangetnya, saya lebih milih ngolesin minyak zaitun ke atas bibir.

Kissproof ini awet banget warnanya. Ini produk matte paling awet yang pernah saya coba. Dipakai minum ngga transfer, kalau dipakai makan juga nggak hilang walau ada transfer dikit. Mungkin tergantung jenis makanan dan cara makannya juga sih, tapi sejauh yang saya coba Kissproof lebih sedikit pudarnya dibanding lip matte lain yang pernah saya pakai. Susah di-touch up langsung tanpa dibersihkan karena kalau kering gini ditumpuk hasilnya menggumpal. Trus, karena awetnya produk ini, kalau kamu punya produk lipstik lain yang kurang awet, Kissproof bisa digunakan sebagai base. Dijamin setelahnya warna lipstik yang kamu pakai akan lebih tahan lama.

Di balik lip pencil yang warnanya longlasting, pasti ada drama saat membersihkannya. Ini berlaku juga untuk Kissproof. Dihapus susaaahnya minta ampun. Saya udah lap berkali-kali dengan kapas basah bermuatan micellar water, dia tetap bandel nggak luntur semua. Digosok-gosok juga masih nyisa. Solusinya ya pakai lip scrub, plus habis itu dilap lagi dengan kapas dan minyak zaitun, baru deh bisa bersih semua. Warnanya enggak stain, ini cuma nempel di permukaan bibir tapi kuat banget.

Setelah lip pencil ini rada tumpul, saya udah jarang pakai. Mau ngeraut belum punya rautan yang seukuran. Mau diruncingin pakai pisau, takut nggak rapi dan malah isinya hancur. Jadi sementara belum saya gunakan lagi. Lumayan suka sih sama Kissproof, produknya multifungsi, bisa digunakan sebagai lip liner, dipakai full lips, atau untuk base. Kurangnya ada di finishing yang terlalu kering dan susah di-layer, desainnya yang nggak rectangular, dan sukar dibersihkan. Desain yang harus diraut ini bikin saya ogah repurchase lagi produk ini, repot. Padahal range warnanya banyak lho dan menarik untuk dijajal, tapi ya karena repot ngerautnya itu saya jadi malas beli lagi.

Emm, cukup ya review saya hari ini. Ada yang tertarik beli Kissproof juga? Share yuk di kolom komentar. Semoga review kali ini bermanfaat, see you :)!

Price: Rp. 17.000
Rate: 3/5
Repurchase? No
Notes:
+ murah
+ warnanya tahan lama
+ multifungsi
- kering banget
- sukar dibersihkan
- harus diraut

Minggu, 08 Oktober 2017

[Review] Hare Lipstick Shade 33

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Ada yang belum pernah denger lipstik Hare? Saya juga belum lama kenalnya. Jadi sekitar beberapa bulan lalu saya ketemu dan makan bareng sama teman lama jaman sekolah lalu ngobrol-ngobrol cantik gitu deh. Nah si temen saya ini waktu itu pakek lipen yang udah dipake mamam ayam bakar dan minum segayung es jeruk enggak luntur. Penasaran khan saya soal lipen apa yang dia pake. Akhirnya saya nanya dan didapatlah jawaban bahwa si temen saya ini - namanya Nina - pake lipstik Arab yang nama lainnya Hare dan harganya kata dia cuma tiga rebu. Saya ngga tau kenapa familiar disebut lipstik Arab, apa karena asalnya dari negeri nun jauh di sana itu atau bagaimana, entahlah. Ini lipen katanya juga warnanya bakal changing di bibir jadi merah dari warna sebelumnya yang ijo dan stain kaya lip tint jadi awet. Pas pertama denger sih saya antara percaya nggak percaya gitu dan sempet mikir ini produk tydac jelas buatan oknum tydac bertanggungjawab yang hobi memproduksi kosmetik abal-abal. Soalnya masa iye ada lipen dengan harga di bawah goceng gitu? Jadilah saya cari-cari review dan baca beberapa ulasan soal lipstik Hare untuk menjawab keraguan saya tadi. Ternyata cukup banyak juga yang pake, trus saya belum nemu blogger yang nulis lipen ini membahayakan, jadi saya penasaran. Apalagi karena keawetannya yang super mantab itu. Then, saya beli.

Belinya juga bukan yang super direncana sistematis gitu. Ini malah kejadiannya ngga sengaja. Jadi pas mampir ke toko kosmetik sebelah kampus, kebetulan saya liat box isi lipen-lipen warna hijau yang luchu. Penasaran kan, saya ambil deh satu. Ya ini lipstik Hare yang dikata temen saya itu, berkemasan warna hijau dan dihiasi ukiran-ukiran keemasan. Oh ya, pas saya baca review kemarin ada yang nulis jika lipstick Hare ini banyak versi palsunya, saya nggak paham isu itu benar atau kabar isapan jempol semata, cuma tetep saya nanya ke penjual di toko kosmetik ini barang asli atau palsu. Dasar seller ya pasti njawabnya asli sis. Saya beli deh, biar penasaran saya terobati. Harganya dua kali lipat nominal yang disebut temen saya tadi, ini Rp. 6.000.


Pas dibeli, ya batangan doang gitu lipstiknya. Nggak ada box dan tanpa plastik segel juga. Kurang safety sih ya kalo gini kan bisa jadi lipstik yang dipajang udah pernah dibuka calon pembeli, atau bahkan dicoba swatch tanpa jadi dibayar. Hmm, tetep saya beli, dan saya milih lipstik yang letaknya paling belakang dalam box untuk meminimalisir resiko apes mengambil yang sudah pernah tersentuh tangan jahil. Sekilas, kemasan lipstiknya cantik. Hijau yang nyegerin pandangan gitu, plus ukiran motif bunga berwarna emas, dan gerigi di sisi bawah. Ilustrasi ukiran bunganya cantik loh, dan warnanya juga merata. Tutupnya lumayan rapet, bunyi 'klik' gitu kalo udah nutup.

Pas di toko, saya nggak teliti ngecek bagian bawah lipstik. Ternyata ada label shade-nya gitu, ini nomor 33. Ada namanya nggak? Nggak keliatan tulisannya, hehehe. Saya ngga ngerti ya apakah ada shade lain selain nomor ini. Selain nomor, di sini juga ada beberapa tulisan lain tapi blured di foto saya jadi nggak bisa kebaca. Entah apa tuh tulisannya belum saya cek lagi. Kayaknya nama pabrik dicantumin di sini ya? Maaaaf ngga bisa jelasin soalnya bener-bener nggak kebaca, hehehe. Btw, sampai di sini saya inget, lipstik ini tuh semacam dupe-nya Moodmatcher versi murah gitu nggak sih? Kan warnanya sama-sama bisa berubah, hehehe.


Pas dibuka, tabung dalemnya berwarna emas kinclong sampe bisa dipake ngaca. Trus puter deh biar bullet lipstiknya keliatan. Tuh warnanya ijo kayak kata temen saya tadi. Nggak sabar mau swatch deh, hihihi. Sayang saya agak sial nih, pas dipakai ngoles, bullet lipstik ini agak uglak uglik nggak stabil. Bukan karena rapuh mau patah, tapi karena tabungnya nggak kenceng terpasang. Agak longgar gitu jadi saat tabungnya nggak stabil, bullet lipstiknya ikutan goyang juga. Saya memang nggak ngecek secara seksama sih sebelum beli. Nah, swatch-nya kayak gini...

Pas di-swatch, emang bener lho warna hijau dari lipstik ini langsung berubah warna. Saking cepetnya berubah, kadang warna ijo pada bullet jadi ternoda pink gitu akibat tersentuh tapi nggak ketransfer. Saya pikir mekanisme berubah warnanya sama kayak lip balm lawas saya dari Silkygirl yang kalo dioles juga berubah warna. Sekali oles lipstik ini belum keluar jelas warnanya, cuman semburat pink tipis malu-malu gitu munculnya. Di foto ini warnanya saya ulas tiga kali, dan hasilnya soft pink semu-semu kayak orang ngga masuk angin maksa dikerokin gitu. Lipstik yang dipake temen saya tuh hasilnya berwarna merah, jadi bisa saya simpulkan kalau ada shade berbeda dari yang saya beli ini karena hasil warnanya juga berbeda.
Kalau dipakai di bibir, kayak gitu tuh warnanya. Soft pink tapi rada keunguan ya? Ini saya ngolesnya berkali-kali. Hasilnya meresap warnanya ke bibir, dengan finishing semi glossy tapi nggak kayak pake lip gloss. Ya kayak pake lip tint gitu cuma lebih ada kesan oily-nya sedikit. Lumayan nutup warna asli bibir saya, tapi ngga bisa meng-cover pinggiran bibir. Artinya, jelas lipstik ini nggak bisa dipakai dengan teknik overdraw, karena pasti bakal keliatan fake banget hasilnya dengan warna lipstik yang keluar batas tapi engga meng-cover tepian. Malah dikira berantakan nanti lipenannya.

Saya pakai ini single use kalau untuk tampilan sehari-hari yang nggak mau keliatan terlalu dandan. Ya sok 'no makeup' makeup gitulah karena dia ngasih warna pink ke bibir dan hasilnya natural, seolah itu warna alami bibir ;). Kadang saya pakai buat base lipstik lain menggantikan lip tint saya yang udah mau habis. Saya memang suka pakai base lip tint atau lipstik ini sebelum pakai lipstik lain yang beresiko luntur dipakai makan. Soalnya kalau nanti makan dan warna lipstik saya pudar, bibir tetep masih ter-cover warna dari base-nya jadi tetep terlihat cantik :).

Lipstik ini awet banget seharian - bahkan sampai malam! Saya pernah pakai ini dari pagi jam 8 sampai malam jam 8 juga dan warnanya masih stay di bibir. Pas mau saya bersihin lipstik Hare ini juga masih keliatan warnanya. Stain? Iya. Ini bisa jadi poin plus sekaligus minus sih. Plusnya jadi awet banget tapi minusnya adalah susah dibersihkan. Saya perlu micellar water dengan pemakaian digosok keras, itupun nggak seluruh warna bisa terangkat jadi masih perlu tambahan lip scrub untuk membersihkannya secara total. Karena susah dibersihkan, jadi saya nggak setiap hari pakai lipstik ini, kurang baik soalnya scrubbing bibir tiap hari juga.

Overall, saya lumayan suka lipstik ini. Ngebantu banget kalau dipakai sebagai base dan natural untuk pemakaian sehari-hari. Cuman sayang, agak was-was pakainya karena ini produk nggak nyantumin ingredients di kemasan - yo secara kemasannya sebatang doang. Jadi kan saya ngga tau bahan apa yang digunakan untuk membuatnya :(. Memang sampai saat ini baik-baik aja sih saya pakai, nggak ada reaksi negatif maupun breakout pada saya. Jadi saya masih pakai ini :). Kalau ada yang bisa ngasih informasi soal ingredients lipstik Hare dan informasi lain sebagainya, share ya di kolom komentar :)!

Nah, sekian dulu ya review saya hari ini, semoga bermanfaat!

Price: Rp. 6.000
Rate: 2,5/5
Repurchase? No
Notes:
+ murah
+ warnanya awet
+ nggak menimbulkan breakout
- nggak ada box atau segel
- nggak mencantumkan ingredients

Sabtu, 07 Oktober 2017

[Fully Loaded] Hemat di Bulan Oktober

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Siklus belanja saya kayaknya sering gini deh, sehabis bulan sebelumnya jor-joran tidak ingat sisa uang, bulan berikutnya pasti ngirit karena banyak barang yang belum habis. Termasuk Oktober ini, saya super hemat pol belanjanya - walau nggak menutup kemungkinan akan nambah di terngah bulan sih. Oke sebelum mulai ngebahas barang apa saja yang sudah saya beli, di bulan yang bersejarah bagi para abdi negara ini saya mau ngucapin selamat ulang tahun dulu buat TNI. Ulang tahunnya udah kemarin kelewat dua hari sih tapi ngucapin sekarang nggak salah kan?


Bulan ini, belanjaan saya cuma tujuh biji. Itu kalo dikresekin juga nggak penuh. Isinya pun standar ngga pake beli produk yang neko-neko. Cuman barang yang bener-bener saya perluin aja karena stok yang ada sudah habis. Jadi apa aja? Liat nih list-nya ke bawah...

Viva Milk Cleanser Lemon
Rp. 5.500
Beli di Swalayan
Aslinya lupa harga tepatnya karena notanya udah keburu saya buang, tapi sepengetahuan dan sepengalaman saya sih sekitar segituan, ngga lebih dari enam ribu pokoknya. Belinya di swalayan deket kampus yang saya lupa namanya soalnya baru belanja sekali ini di sana. Harga yang ditawarkan lebih murah dari toko yang pake nama '-mart' di belakangnya kata temen saya, jadi saya nyobain deh belanja di sana. Untuk milk cleanser, bulan ini saya mau hemat jadi beli Viva. Toh untuk produk pembersih nggak perlu yang muahal banget kan. Murah selama efektif dan tidak menimbulkan breakout ya pake aja kalo menurut saya. Milih varian lemon karena belum pernah nyoba yang ini dan cuma ini yang lengkap ada pasangan toner sesama variannya. Tadinya sempet mau ambil yang green tea tapi toner-nya out of stock jadi batal deh. Udah saya pakai beberapa kali dan yang lemon ini oke juga kok.

Viva Face Tonic Lemon
Rp. 5.500
Beli di Swalayan
Ini pasangannya, tapi saya agak khawatir pakainya soalnya kuning banget. Kuning yang kayak es sirup jajanan depan SD itu yang pakek pewarna tekstil waktu ngebuatnya :(. Saya agak parno aja mikirin pewarna macam apa yang dipakai untuk face tonic ini dan seberapa takarannya. Kan ngga lucu kalau pakai toner yang kuning dan nanti sisa warnanya nempel di kulit wajah :S - ehm ini khayalan saya aja sih. Tapi tetep saya pakai toner-nya walau was-was, hahaha. Dasarnya saya ga mau rugi, udah beli ya dipakelah. Untung nggak menimbulkan masalah sampai saat ini.

Mitu Baby Milk Bath
Rp. 13.000
Beli di Toko Relasi Jaya
Agak susah nyari refill sabun susu kambing kayak yang saya pakai bulan lalu, jadi alternatifnya saya nyari baby soap yang sama lembutnya. Adanya Mitu ini yang harganya paling terjangkau, yaudah beli deh. Belum saya pakai sih, masih ngabisin sisa sabun yang kemarin dengan cara dicampur air sampai berbusa, wkwkwkwk. Saya sungguh bermental anak kos ya, irit banget :D.

Dove Daily Shine Sampo
Rp. 1000
Beli di Toko Relasi Jaya
Ini beli sachet-an lagi, nggak beli satu doang kok tapi serenteng isi enam. Harga satuannya memang seribu, tapi kalau beli banyak dapet diskon jadi lebih murah cuma saya lupa nominalnya jadi saya cantumin harga satuannya aja. Sebenernya stok sampo Emeron saya yang di kos masih, tapi lagi kangen pake Dove aja jadi beli. Ini beda varian sama yang biasa saya pakai, soalnya yang biasanya kemarin nggak dijual rentengan isi enam. Sama enaknya dipake kok, rambut jadi lebih lembut dan enteng.

Dove Total Damaged Treatment Kondisioner
Rp. 1000
Beli di Toko Relasi Jaya
Ini kondisioner udah sering saya beli dan sekarang beli lagi karena memang efeknya bagus di rambut saya. Jadi sampai saat ini baru kondisioner dari Dove yang kalo dipake bisa ngelembutin rambut kaku saya tanpa bikin lepek. Beli sachet-an juga dengan isi enam. Ntar kalo kurang beli lagi deh di tengah bulan.

Garnier Light Complete Multi-Action Whitening Peel Off Mask
Rp. 16.000
Beli di Indomart
Saya dulu sempet langganan pakai masker ini tapi kemudian berhenti karena kantong cekak. Maklum harganya lumayan kalo cuma untuk dua kali pemakaian dibanding beli masker yang kemasan tube dan bisa dipakai berkali-kali. Sekarang baru mau coba lagi karena males pakai masker yang harus bilas-bilas, kalo ini kan peel off jadi praktis dan bersih :).

Garnier Pure Active Matcha Deep Clean Blackhead & Pore Purifying Clay Mask
Rp. 18.000
Beli di Indomart
Kalau ini varian masker terbaru dari Garnier. Saya beli karena tertarik sama klaim yang tercantum di namanya. Btw, namanya panjang banget dan bikin saya capek nulisnya, yang baca juga pasti lelah ngeliatnya ya ;P. Saya pikir tadinya ini peel off mask juga kayak yang satunya, tapi pas dipakai kok nggak bisa dikelupas ya :S. Ternyata ini clay mask yang mesti dibilas juga setelah kering -_-. Btw keringnya lama, dia awet basah dan malah cair gitu di kulit padahal pas baru dioles kental loh teksturnya. Pas baru dioles juga ada efek hangat kaya sauna di kulit - berasa kayak lagi di-steam pas facial gitu - tapi ngga lama trus ilang.

Udah cuma itu doang belanjaan saya awal bulan ini. Produk-produk lain masih banyak stoknya kok jadi cukup segitu dulu. Oh iya, semalam tuh mau nambah beli face wash yang lembut buat selingan sama yang sedang saya pakai sekarang, tapi batal karena ngga nemu yang pas di hati dan kantong :(. Jadi saya tetep pakai face wash yang ada sekarang sehari, hari. Saya pakainya Hada Labo yang Tamagohada ya, yang ada mild peeling-nya. Agak ngeringin kulit sih kalau dipakai tiap hari, tapi so far masih belum yang parah banget. Ngga tau kapan saya mau beli face wash lain yang lebih lembut dan ngga pake efek peeling.

Udah dulu ah nulisnya hari ini, lagi pusing kepala akibat terlalu banyak tidur pagi nih -_-'. Saya belakangan tuh lagi sering insomnia kalo malem, baru bisa tidur kalo udah lebih dari jam satu dini hari. Akibatnya bangun nggak bisa pagi, pasti kesiangan terus ampe jam sembilan atau sepuluh dan jadi mager mau beraktivitas. Ini nggak banget deh dan nggak sehat juga, jadi harus saya perbaiki pola tidur saya ini. Ada saran untuk mengatasi insomnia dan bangun pagi? Alarm nggak ngaruh di saya soalnya.

Sekian dulu ya pos kali ini, untuk tanya-tanya dan saran tulis di kolom komentar yaa. Terimakasih sudah baca :).

Rabu, 04 Oktober 2017

[Experience] Ke Pacitan

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Kayaknya saya agak kualat bilang bukan anak pantai. Soalnya kenyataannya belum lama ini saya main ke pantai lagi -_-. Cuma kali itu pantainya rada jauh. Tumben-tumbenan saya main ke beda provinsi, hahaha. Kemana? Pacitan. Ini kalau dipikir-pikir sebetulnya semacam harapan jadi kenyataan. Jadi akhir tahun lalu tuh saya pernah berharap diajak liburan ke Pacitan gitu, tapi ngga ada yang ngajakin :( *harapan yang aneh*. Nah kebetulan tahun ini temen sekerja saya ada yang rumahnya sana, jadi deh diajakin mudik sekalian piknik. Saya mau dong, dan jadilah saya berangkat ke Pacitan!

Tempat wisata terkenal di Pacitan cukup banyak, tapi rasanya pantai tetep yang paling sering dituju, apalagi oleh anak-anak touring. Cuma dua hari saya di sana, dan sempat menyambangi beberapa pantai yang namanya cukup terkenal. Hari pertama, saya ke Pantai Srau. Jangan tanya alamat lengkapnya di mana soalnya saya nggak paham gan.


Pantai Srau ini pasirnya putih tapi nggak alus selayaknya pantai-pantai di Gunungkidul. Ini lebih kasar dan butirannya besar-besar. Enaknya sih nggak mudah nyelip ke lipatan pakaian kalau ndilalah duduk atau gelesotan di pasir, tapi ngga enaknya adalah jadi nggak nyaman di kaki kalau jalan tanpa sendal. Pasir di sini juga tipikalnya kering, jadi nggak mudah nempel-nempel. Pas saya ke sana tuh hari sudah sore dan di weekdays, jadi pantai lagi sepi pengunjung. Nggak tahu kalau pagi dan weekend gimana, mungkin lebih rame.


Pantainya nggak terlalu luas, nyambung sama pantai lain yang udah beda namanya lagi - tapi saya lupa namanya apa. Ombak lautnya nggak terlalu gede, lebih kecil dibanding tipe ombak laut selatan, yang deket rumah saya itu. Kelihatannya lebih aman buat nyemplung tapi tetep ada peringatan ngga boleh berenang di laut, jadi baiknya nggak usah ya. Saya nggak main air kali ini karena nggak bawa baju ganti. Cukup duduk main pasir aja, makan jajanan yang dibeli dari pedagang sekitar area situ, sama menikmati udara pantai yang segar jauh dari polusi.

Nggak terlalu lama saya pulang kok, dan esok paginya ganti mengunjungi pantai lain. Sekalian sambil pulang ke Solo sih tapi karena di jalan ngelewatin pantai yang keliatan bagus banget dari jauh saya jadi minta mampir. Lupa kali ini nama pantainya apa, tapi begitu masuk saya langsung tau, ini bukan tempat wisata tapi lokasi perikanan gitu. Soalnya ada buanyak banged perahu nelayan pada berlabuh, sebagian berlayar ke tengah laut, dan di tepi banyak transaksi jual beli ikan dan hasil laut lain dari nelayan ke pedagang.

Laut di sini dibatesin semacam bendungan atau pagar dari kayu yang bagian atasnya bisa sekalian dijadikan jembatan juga sampai ke tepi. Nah di tepinya banyak bangunan milik pemerintah setempat - mungkin milik dinas kelautan dan perikanan gitu kali ya jadi nggak terlihat ada hamparan pasir luas kayak pantai yang dikhususkan untuk tempat wisata. Tapi pemandangan di sini nggak kalah cantik kok dibandingkan pantai lain. Saya suka aja liat kumpulan perahu-perahu nelayan tersebut. Dari jauh lebih cantik lagi, kayak miniatur :D.


Habis dari situ, saya pingin ke ini Pantai Soge! Lumayan jauh jaraknya dan berlawanan arah dari jalan pulang ke Solo, tapi karena saya ngebet banget mau ke sana jadi temen saya nganterin juga ;P. Sampai Pantai Soge udah agak siang dan panas, tapi saya tetep seneng. Pantai ini lokasinya pas di pinggir jalan raya yang juga jalan utama jadi biasanya orang yang touring pada suka mampir ke sini.

Lautnya cantik ya kalo diliat dari kejauhan? Dari deket juga bagus kok. Di pinggir-pinggir pantai banyak terdapat pondok kayu untuk neduh pengunjung misalnya mau santai sambil nggak kepanasan. Cuma agak sayang, pantai ini kurang bersih :(. Beberapa kali saya jalan tuh kesandung sampah, terutama botol-botol bekas minuman. Hmm, kalo mengunjungi pantai ini jadilah lebih peduli sama lingkungan yaa, jadi kalau habis minum jangan dibuang sembarangan. Buanglah di tempat sampah yang seharusnya, kalau nggak nemu, ya bawa pulang dulu kan bisa, toh nggak berat juga.

Btw, pas ke Pacitan kemarin saya less makeup banget lho. Main ke pantai memang lebih enak tanpa makeup berlebih sih. Itu aja nggak pake foundi atau BB Cream, bedakan tipis doang sama lip balm, skip ngalis juga. Nggak ngurangin esensi liburan kok, dan malah terasa lebih ringan di wajah jadi aura liburannya lebih terasa. Itu saja deh cerita saya ke pantai kali ini. Kurang panjang ya? Hahaha, soalnya lagi ngantuk banget tapi tetep pingin nulis, jadi kurang banyak yang bisa saya ceritain. Penasaran sama pantai-pantai di Pacitan? Datengin gih, dan tulis cerita yang lebih baik dari saya, ya :)!

Minggu, 01 Oktober 2017

[Empty] September

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Pos ini harusnya di-upload semalem tapi saya keburu ketiduran -.- jadi ditunda sampai hari ini aja walau sudah tanggal muda dan ganti bulannya. Walau kalap belanja di awal bulan lalu, tapi produk yang saya abisin di akhir bulan masih bisa dihitung kok. Tanpa buang-buang waktu, mari simak saya ngebahas empty produk bulan September!


Johnson's Baby Bath Milk & Rice
Ini saya suka banget secara kulit saya kan sehalus kulit bayi karena sabunnya lembuut dan wanginya nggak nusuk hidung. Formulanya kental tapi busanya dikit, apalagi kalau mandinya nggak pakai shower puff. Tapi tetep saya suka kok karena sabun yang dikit busanya justru nggak ngeringin kulit. Habis mandi pakai ini memang terasa agak licin tapi kalau udah dikeringin enggak kok dan kulit tetap lembap :). Nggak beli lagi karena sekarang lagi pakai sabun yang ada kandungan susunya juga meskipun bukan baby soap.

Natur Conditioner
Saya lega banget pas produk ini akhirnya habis. Terus terang aja agak kecewa karena produknya - yang saya beli dengan ekspektasi tinggi - justru nggak ngefek apa-apa di rambut saya, justru malah nambahin keringnya :S. Jadi kondisioner ini tuh ada kandungan olive oil dan aloe vera-nya, saya pikir dia bakal rich formula gitu tapi ternyata teksturnya justru encer banget sampai sering tumpah sendiri dari tube sebelum dipencet. Pas diaplikasiin susah nyerap di rambut, malah pada lengket ke tangan, dan usai dibilas nggak ada efek ngalusin blas. Yaudah deh saya nggak beli lagi.

Dove Shampo & Kondisioner
Kalo yang ini, sukaa. Dove tuh rasanya adalah merk shampo dan kondisioner yang paling mengerti rambut saya. Kemarin beli kemasan sachet aja karena justru lebih gampang dikontrol takarannya untuk sekali keramas seberapa. Kalo beli botolan tuh kadang saya terlalu boros atau malah nuang produknya terlampau sedikit. Nah kalo di-sachet-in kan udah pas segitu takarannya. Tapi minusnya sih jadi kebanyakan nyampah :(. Mau beli lagi kalau nanti belanja bulanan dan belum nemu merk lain yang lebih menggoda. Maklum saya ini jomblo yang mudah tergodaah.


Viva Milk Cleanser Bengkuang
Kalau ditanya apa milk cleanser paling mengena di hati saat dompet tipis, Viva jawabannya. Merk satu ini emang bersahabat banget di kantong plus di wajah oke juga dipakai. Saya masih seneng nyoba-nyoba berbagai merk pembersih dan penyegar sih, dan Viva belum bisa jadi holy grail, tapi untuk bulan ini sepertinya mau beli lagi.

Hada Labo Shirojyun Ultimate Whitening Facial Wash
Belinya dalam starter pack yang dapet tiga produk itu. Lumayan suka facial wash seri Shirojyun ini tapi tetep lebih suka yang Gokujyun karena rasanya lebih pure gitu. Nggak beli lagi karena masih punya yang Tamagohada sekarang - malah punya dua pula. Tapi Tamagohada ini nggak ramah buat dipakai sehari-hari karena ada kandungan mild peeling-nya, jadi bikin kulit terasa kering kalau keseringan digunakan :(. Niatnya mau nyari facial wash lain yang lebih lembut tapi belum jadi-jadi juga, liat nanti bulan ini ya. Saya galau soalnya kemarin antara mau balik ke facial wash Hada Labo yang Gokujyun atau nyobain facial wash terbaru dari Dove yang iklannya super lembut itu.


MD Glowing Facial Wash Glowing
Bulan lalu saya bilang kalau produk-produk saya dari MD Glowing udah habis semua. Saya sungguh lupa waktu nulis itu, soalnya ternyata facial wash-nya masih ada di rumah. Lumayan suka sama produk ini tapi karena saya pakainya udah cukup lama jadi bosen juga. Akhirnya saya abisin kemarin dengan dipakai mandi :P ngegantiin baby bath yang sudah habis duluan. Engga mau beli ulang karena ribet harus via online.

MD Glowing Toner Glowing
Ini udah habis dari bulan lalu apa ya, tapi botolnya saya pakai untuk toner lain jadi nggak ikut kefoto. Sekarang, saya sertakan di sini aja yaa. Engga mau beli ulang juga karena ribet prosedurnya, tapi so far suka selama pakai toner ini dan kulit wajah baik-baik aja.


Beauty Mask Collagen Firming
Ini sempet beli dua kali dan sukaa! Ngefek banget untuk ngasih hasil kulit lebih lembap dan segar secara instan plus meredakan bruntusan. Saya udah nyiapin foto-foto buat review tapi mood untuk nulisnya belum ada, tunggu ya! Beli lagi? Belum kepikiran, soalnya harganya lumayan untuk satu kali pemakaian, hehehe.


Viva White Body Butter Mulberry
Ini udah lama ya belinya. Enak dipakai karena creamy tapi nggak berminyak sama sekali, beda dengan body butter lain. Nyaman juga di kulit dan daya lembapnya lumayan oke. Mau beli lagi tapi koleksi body serum maupun lotion saya masih banyak, jadi ditunda dulu yaa.


Viva Skin Food Cream
Iseng beli karena murah banget dan iklannya hits sejak jaman saya kecil. Penasaran juga mau ngasih makan kulit dengan ini :P. Ternyata cream-nya terlalu pekat, susah menyerap dan lengket abis. Jadi kurang suka deh saya. Awalnya saya pakai untuk siku, lutut, dan tumit aja, tapi akhirnya karena bosen saya tuang semua ke jar body butter dan diaduk biar campur trus dipake ke tubuh, hahaha. Nggak terlalu terasa cream-nya karena nyampur sama butter tapi akhirnya jadi cepet habis ;P.

Pixy White Aqua Gel Night Cream
Pas beli ini tuh nggak ada niatnya, tadinya cuma mau beli lip cream kalo nggak salah. Trus malah ditawarin beli tiga produk sama BA-nya biar dapat free bedak. Dasarnya saya gila bonus gratisan yaudah saya asal ambil night cream ini sama eyeliner apa ya. Ternyata setelah dipakai malah suka banget! Seger, ringan, dan cepat meresap tanpa ninggalin rasa lengket. Udah beli ulang awal bulan lalu dan sekarang masih banyak isinya.


Wardah Waterproof Mascara
Gini bukan sih namanya yang bener? Udah saya buang soalnya tube-nya dan di foto nggak kebaca tulisannya. Maskara ini aslinya udah lama nggak dipakai buat bulu mata, tapi malah saya fungsikan buat maskara alis. Sepertinya sudah kadaluwarsa juga, tapi syukurlah selama saya pakai di alis nggak menimbulkan masalah *tapi jangan dicontoh ya*. Dulu awalnya cuma untuk nge-set rambut alis pasca dipensilin, tapi belakangan ini saya udah males ngalis karena rambut alis udah lama nggak dirapiin, jadinya lebih tebel gitu. Sering ditawarin buat dicabutin pas facial tapi saya ogah karena malah udah seneng dengan alis tebel yang asli. Akhirnya tiap makeup, bagian alis cukup saya maskarain aja. Selain menjaga rambut alis tetap tegak rapi, juga nambahin pekat warnanya hingga terlihat lebih tebal, tapi tetap natural karena nggak ngebentuk alis super rapi. Selain hasilnya natural, cara ini juga mempersingkat waktu makeup saya. Sampai sekarang saya jadi suka dengan tampilan alis semacam ini :).

Udah itu aja wadah-wadah empty yang berhasil saya kumpulin bulan ini. Ada yang terlewat nggak ya? Hmm, kayaknya udah semua deh - kecuali kalau saya lupa dan sudah terbuang :'D. Terimakasih ya sudah baca!