Jumat, 16 Februari 2018

[Random Talk] Ada Pelangi di Matamu dan Isu Tentang Pelakor

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Tadinya pos ini mau diluncurkan pas Valentine. Tapi berhubung hari itu saya mager ngelanjutin nulis - baru judulnya doang - jadi batal deh. Trus jadinya diluncurkan hari ini saja. Ngomong-ngomong, selamat Imlek untuk semua yang merayakan :)! Semoga di tahun ini keberuntungan menyertai kita semua. Hari ini saya udah selesai magang dan lagi libur tanggal merah. Tapi hujan terus di luar, jadi ngga ada destinasi yang menarik untuk dikunjungi. Mau nge-mall bosan, jadinya saya di kamar aja nge-blog. Apa kabar itu laporan magang? Dikerjakan kalau udah mentok deadline aja, soalnya saya anak slow.

Ini bukan sedang terbaper-baper lalu bikin judul posnya rada puitis, tapi karena lagi punya payung warna rainbow aja dan terinspirasi dari sana, hahaha. Trus bikin saya ingat satu judul lagu juga. Hai semua! Anak geng 90's alias generasi lahir dan angkatan sekolah saya, pasti tahu atau setidaknya pernah denger lagu Pelangi di Matamu. Itu lagu dulu ngehits dan top begete di jamannya, apalagi karena jadi soundtrack sebuah sinetron berjudul sama. Saya masih kecil waktu sinetron itu diputar, dan tivinya enggak selalu nyahut ke saluran yang nayangin sinetron tersebut, jadi nggak ngerti jalan ceritanya. Cuma, sampai gede saya kadang terngiang-ngiang lagunya dan jadi suka. Pas disetel ketika engkau sedang galau gundah merana dan ingin meneteskan air mata.

Hari ini tema nulisnya random, tapi saya mau cerita soal ketika dituduh sebagai pelakor, wkwkwk. Jadi gini, saya tuh pernah suatu hari diajak kenalan seorang mas-mas. Mas-mas ini kebetulan rekan kakak sepupu saya. Karena saya anaknya baik dan tida sombong yowis lah saya tanggapin niat baiknya. Si mas-mas ini, nggak perlu saya sebut identitasnya ngakunya sih single alias tidak punya pasangan. Nah, setelah berkenalan, si mas ini jadi sering chat saya. Makin lama nih, intensitas nge-chat-nya makin sering, ditambah suka nelfon juga, dan dia banyak memberi kalimat-kalimat yang menunjukkan dengan terang-terangan kalau dia menyimpan rasa pada saya *huek*. Dimulai dari pujian ono ini, ditambah bilang mau ngajak jalan lah, mau main kerumah lah, mau ngantar atau jemput kemana lah, tapi intinya omong kosong. Karena saya kebetulan nggak baperan plus nggak mudah jatuh cinta apalagi dengan orang asing baru dikenal, yha saya biasa aja. Kalau orangnya nge-chat, ya saya balesin seperlunya. Pokoknya anggap teman biasa gitu lah, ya kadang cerita-cerita, ngobrol segala hal, tapi saya pribadi ngga pernah menyinggung cinta-cintaan dan semacamnya ke orang tersebut.

Nah karena temenan, jadilah saya follow instagramnya, dan di-follow back dong ya. Nggak ada yang melanggar hukum kan dari saling follow teman? Lalu mendadak, di suatu siang yang hujan - tadi maksudnya - saya dikirimin direct message sama akun instagram si mas tersebut. Yang ngirim perempuan, ngaku sebagai pacarnya. Nggak pake basa basi langsung nyerocos ngomel-ngomel kayak dedemit mau beranak. Intinya nuduh saya merebut si pacar bla bla bla dengan segala kata-kata kotor yang pasti akan dirazia dinas kebersihan kalau denger, dan berbagai sumpah serapah lainnya. Pokoknya intinya adalah menuduh aing sebagai pelakor. Itu tanpa klarifikasi apapun langsung main ngatain aja dengan sama sekali tidak ada etika, dan pokok utama penyebab tuduhan tersebut dialamatkan pada saya adalah karena saya sering chatting sama pacarnya.

Hahahahaha, perempuan gokil kan? Saya sebagai orang yang nggak emosian syukurnya bisa berkepala dingin, tapi jari panas. Jadi saya bales lah semua kata-kata sampahnya dengan lebih kejam lagi. Soalnya ya saya nggak terima lah orang nggak kenal kok langsung dituduh yang tidak-tidak. Kalau dari awal nanya bae-bae ngapain saya sering di-chat pacarnya dan alasannya dan lain sebagainya, saya pasti nanggapin dengan sopan. Wong saya ini anak yang beradab kok. Tapi sesembak yang merasa punya pacar direbut oleh saya ini, wis nggak berakal sehat mungkin jadi langsung main sembur aja bagai dukun. Nah, lucunya setelah saya balas dengan lebih kejam justru dia yang angslup, ngilang begitu saja dan akun saya diblokir olehnya.

Ya, saya nggak nyalahin si mbak emosional tersebut sih. Mungkin dia salah paham dan masih cabe jadi terburu emosi. Tapi saya juga ngga benerin tindakan saya yang balas ngata-ngatain kok. (Harusnya langsung laporin ke pihak berwajib aja dengan tuduhan hate speech, kan sekarang undang undang ITE sudah disahkan ;P.) Di sini saya mau share aja siapa tahu ada yang ngalamin kejadian sama. Jadi mari kita analisa. Saya tuh posisi orang awam, diajak kenalan seseorang yang ngaku jomblo. Ya songong kan kalau saya tolak mentah-mentah? Apalagi kakak saya pun kenal. Trus, saya tuh cuman balesin chat aja tanpa baper tanpa genit apalagi ngajak si mas tersebut selingkuh - wong ngakunya nggak punya pacar. Tapi lalu mendadak saya dilabrak walau hanya via sosial media oleh wedokan gelo yang tydac waras ngata-ngatain itu. Nah, dari logika dan akal sehat, apakah kejadian ini adil bagi saya? Share deh pendapat teman-teman di kolom komentar.

Belakangan, di mana-mana lagi marak isu pe-la-kor alias perebut laki orang. Kayaknya istilah ini pertama kali dicetuskan oleh akun haters salah satu penyanyi tidak laku lagi yang katanya merebut suami majikan eh temen duetnya itu :'D. Awalnya saya cuek bebek dan nggak peduli amat sama isu ini. Tapi setelah saya ngalain sendiri dituduh melakor, saya jadi mikir. Kadang, seorang perempuan lebih suka memusuhi sesama kaumnya saat merasa lelakinya berpaling. Bukannya klarifikasi ke pasangannya dan menyelesaikan masalah antara mereka, tapi justru memicu masalah baru dan memperbanyak istilah ini di mana-mana. Ya, nggak bisa disalahin kalau memang pasangannya benar-benar direbut dan ada bukti, itu mungkin bisa dibela. Tapi dalam beberapa kasus, mungkin ada yang kayak saya gini. Cowoknya yang ganjen sudah punya pasangan tapi demen ngegodain wanita lain, dan wanita tersebut yang tidak tahu menahu kehidupan fana kenalannya, jadi pihak yang tertuduh.

Analisa lagi, kalau dalam kasus yang saya alami, si mbak-mbak gelo yang nuduh tadi itu boleh dibilang nggak banget tampangnya. Saya cuman liat fotonya sekilas aja sih. *Jangan ngatain-jangan ngatain tapi kok pengin.* Kulitnya mbekisik, dibedakin putih bagai habis ketumpahan tepung terigu sekilo, alis cetakan lakban, dan poni ala rontokan wig bekas habis dicatok murahan. Dan dia punya pacar. Jadi mungkin ketika dikau dalam posisinya, ngeliat si pacar nge-chat ciwi lain, langsung deh terbakar api cemburu. Apalagi cewek lain itu jauuh lebih cantik ehm. Eh ini bukan kepedean saya, dia sendiri kok yang dalam kemarahannya bilang saya cantik-cantik pelakor. Merasa kurang cantik lah merasa akan disingkirkan lah, pokoknya terpojok sehingga jadi punya ide melabrak dadakan saya. Ya, saya bisa memahami. Tapi jikalau saya ada dalam posisi seperti dia, alangkah lebih baiknya kalau menggunakan otak yang jernih dan menginstrospeksi diri dulu. Habis itu, hubungin pacarnya lah dan ngobrol baik-baik. Hati lebih tenang dan nggak jadi emosian kayak pas ngomelin saya tadi. Ngomel-ngomel khan ngga baik. Siapa tahu mbaknya mendadak tensinya naik, trus kena serangan jantung dan metong. Kan jadi mati bawa dosa tuh mbak. Yaa, tapi mungkin si mbak memang fungsi otaknya minimum atau malah ngga bisa dipakai, jadi ambil jalan pintas ngata-ngatain saya untuk melegakan panas dalamnya.

Oke, sekian aja curhatnya. Saya nulis ini karena daripada ngata-ngatain orang gila itu dalam hati, mending dijadikan bahan tulisan aja, produktif. Nah, bagi kaum mas-mas yang mungkin kebetulan baca tulisan ini dan berencana akan mengajak kenalan wanita lain sementara sudah punya pasangan, segeralah beralih pikiran. Swear mas, kau tidak akan untung apa-apa!

Bye!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar