Sabtu, 25 Maret 2017

REVIEW : Battle Pensil Alis [Viva Eyebrow Pencil - Pixy Eyebrow Pencil - Wardah Eyebrow Pencil]

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Sebenarnya review masing-masing pinsil ini tak lengkap sangat, tapi terlanjur saya judulin gitu, plis jangan protes yah :'D!

Pas nengok ke tempat make up pinsil, saya menemukan kenyataan kalau ternyata saya tuh punya banyak persediaan pensil alis. Dulu gemar beli sih memang, tapi nggak pada dipakai ngalis sampai habis karena keburu beli pensil alis baru lagi. Malah ada satu pensil yang belum pernah dipakai sama sekali, masih gress dan lancip ujung si pensil dari baru dibeli sampai sekarang.

Dulu, pensil alis pertama saya tuh Viva, shade brown. Itu pensil alis letjend banget dah, kayaknya hampir semua wanita pernah nyoba. Dulu saya suka banget sama Viva ini, sampe punya tiga pensil malah! Yang satu saya pakai hingga tinggal sependek korek api, satunya saya pakai juga kadang jadi masih setengah tinggi, nah satunya lagi yang masih utuh belum pernah dipakai sama sekali, paling cuma buat swatch ala kadarnya aja atau buat dipoto :'D. Hari ini akan saya coba pakai deh, khawatir keburu kadaluwarsa itu pensil - eh btw saya malah lupa ngecek ED-nya kapan. Kalau dua merk lain saya rasa belum expired, soalnya belinya belum lama sangat.

Rambut saya aslinya hitam. Tapi dulu saya alay, rambut dicat berkali-kali dengan beberapa warna yang merujuk pada coklat, tapi akhirnya malah kemerahan kayak anak kebanyakan main layangan. Mana hasil pewarnaan rambut itu tidak merata pula, ditambah rambut yang baru numbuh hitam kembali, maka warna rambut saya jadi belang. Nahm dikarenakan warna rambut yang tidak hitam total itu, jadi saya pikir kalau pakai pensil alis lebih baik pilih warna coklat. Jadilah saya gemar Viva pensil alis coklat. Saya pikir akan terlihat natural. Warna coklat juga terkesan tak segarang hitam, jadi saya lebih pede memakainya.

Seiring waktu berjalan, saya udah potong rambut sampai yang tersisa rambut hitam semua. Sempet dicat burgundy tapi nggak berhasil, tone rambut saya masih kehitaman. Karena ini, saya rasa pinsil alis warna coklat sudah tak terlalu sejalan lagi. Terlihat fake banget kalau alis soklat padahal rambut item. Menurut para beauty guru, warna alis tuh sepantasnya menyesuaikan sama warna original rambut tubuh. Misalnya berambut hitam, ya cocoknya pakai warna alis hitam. Rambut coklat menjurus ke blonde lebih cantik pakai warna alis bertema kecoklatan, gitu. Tapi menurut sebuah artikel yang pernah saya baca, misalnya ada seseorang berambut hitam lalu mengubah warna rambutnya ke blonde, dikasih pensil alis se-tone sama rambutnya akan terlihat nggak pantas sebab warna asli rambutnya bukan itu. Jadi gimana? Apa baiknya warna alis tuh menyesuaikan sama warna rambut bawaan lahir? Bukan warna rambut yang sedang dipakai?

Selera sih menurut saya. Pantes nggak pantes kalau pede bakalan menarik juga.

Balik ke cerita saya. Sejak merasa kalau warna coklat tak hitz di saya, saya beralih ke pensil alis warna hitam untuk mewarnai alis. Sebenernya nggak harus pensil sih buat ngegambar alis tuh, tapi saya punyanya pensil jadi saya bahasnya pensil aja :'D. Pensil alis hitam pertama saya adalah Pixy. Saya demen banget makai Pixy ini sampai mengabaikan Viva brown. Lalu selang beberapa lama pakai Pixy, saya tertarik beli pensil alis hitam lain dari Wardah. Sekarang keduanya saya pakai bergantian sesuai selera. Nah ketiga merk pensil alis yang saya punya ini akan saya bahas di tulisan berikut :).


Viva Eyebrow Pencil Brown


Ini adalah pensil alis sejuta umat. Saking larisnya, biar produk lokal dan harganya terjangkau, pensil ini banyak dipalsuin lho! Jadi hati-hati kalau beli, sebaiknya di gerai resmi aja untuk memastikan dapat yang asli. Viva pensil alis ini paling awal saya punyai dibanding kedua rekan di bawahnya. Pensil ini udah pernah saya review dulu, jadi saya nggak akan bahas panjang lagi di sini. Pokoknya kemasannya ya gitu, kurus tinggi berwarna orange dengan tutup berujung lancip. Seluruh keterangan perihal pensil ini tercantum di badan pensilnya. Oh iya, seingat saya pas dibeli dia nggak pake segel plastik atau pengemas lain, murni sebatang pensil doang.


Saya punya tiga pensil kayak gini, mudah-mudahan asli semua ya. Seingat saya dulu belinya yang satu di Indomaret - ini harusnya asli, satu di counter resmi jadi harusnya asli juga, satu di toko kosmetik di kios gitu, agak kurang meyakinkan sih tapi semoga asli. Harganya sekitar 22 ribu pas saya beli dulu - itu yang pembelian terakhir di gerai resmi kalau nggak salah. Yang dua sebelumnya lupa harganya berapa, harusnya di kisaran yang sama sih kalau memang asli. Eh ngomong-ngomong saya pernah liat kayaknya ada yang jual pensil ini seharga 5 atau 6 ribuan aja. Itu bau-baunya KW yaa.


Isi di balik tutupnya kayak gitu tuh. Pensil berujung meruncing dengan mata pensil coklat. Ini akhirnya saya raut ulang karena terlalu lama disimpan dan ujungnya jadi agak mengeras. Swatch ntar di bawah ya. Eh iya, selain coklat, Viva juga punya shade black untuk pensil alisnya.

Pixy Eyebrow Pencil Black


Ini pensil alis hitam dengan batang pensil diwarna pink fuschia beraksen rame bling-bling. Warna kayak gini emang udah trademark-nya Pixy kali ya. Harganya saya lupa, maybe under 30 ribu atau di atas itu dikit.


Pensilnya bertutup bening, seluruh keterangan juga ditaroh di badan pensil alis. Cuma berhubung udah tinggal separo jadi nggak bisa saya tulisin semua. Googling aja deh untuk liat review lengkapnya. Yang ini kayaknya dulu ada segel plastiknya pas dibeli. Pixy pensil alis ini saya nggak tahu punya berapa macam shade. Tapi mungkin ada warna lain juga, masa produsen make up gede cuma punya satu warna buat pensil alisnya?

Wardah Eyebrow Pencil Black


Kalok ini saya beli belum lama. Saya suka karena udah ada sikat di tutupnya, jadi praktis gitu ngak perlu spoolie terpisah. Batang pensilnya berwarna silver dengan pangkal dan tutup hitam. Waktu dibeli gini doang tanpa segel pembungkus kayaknya. Keterangan soal si pensil juga ada di batang pensilnya. Harganya 35 ribu dengan netto 1,14 gram. Kalau berat teman-temannya di atas saya lupa ngecek jadi nggak saya cantumin di sini.


Dalemnya kayak gitu. Wardah ini punya shade lain juga selain hitam yang saya beli ini. Satunya coklat, saya pernah nyobain di konternya tapi nggak beli sekalian ;D.


Kayak gini nih perbandingan tampilan ketiga pensil saat dijajarkan. Dulu si Pixy kira-kira panjangnya juga seukuran sama kedua temannya kok. Mari kita mulai battle-nya!

Dari segi kemasan. Ketiganya berbahan kayu *ya iyalah masa pensil dari batako* ringan. Paling enteng Viva, disusul Pixy lalu Wardah. Ketiga pensil ini udah saya coba raut ulang. Sama-sama mudah diraut kayunya, artinya nggak keras-keras amat. Oh iya, saran saya, kalau mau ngalis sebaiknya pensil alis selalu diraut dahulu. Selain agar lebih bersih juga biar runcing jadi ngegambar tepian alisnya bisa lebih presisi. Kalau pakai pensil bujel kan bisa ketebelan tuh pinggir alisnya.

Soal warna, saya nggak bisa bilang mana yang paling eye catching karena itu sangat relatif, tergantung selera - tapi memang Viva paling sederhana. Soal keamanan, Pixy rasanya paling safety karena ada segel plastik pelindungnya waktu baru dibeli. Soal kelengkapan, Wardah paling megang karena ada sikat bulu sekalian di tutupnya. Sikatnya mungil tapi boleh juga kok, padat, lembut, dan nyaman dipakai. Bicara soal tutup, tutup Viva agak rapuh. Pensil alis Viva saya yang paling mungil udah sempal bagian tutupnya. Pixy biarpun tutupnya bening dan keliatan ringkih tapi lumayan kuat kok. Biar awet nggak retak-retak, baiknya saat nutup pensil jangan terlalu kenceng - ini berlaku buat ketiga pensil. Btw, tutup bening Pixy ini bagusnya kita jadi bisa melihat isi pensil dari luar, tapi minusnya si tutup suka terlihat kotor kalau nggak sengaja dalemnya kena warna pensil alis. Kalo Wardah, tutupnya plastik sama kayak Viva tapi lebih tebal dan kuat.

Viva Eyebrow Pencil Brown warnanya coklat dengan tone kemerahan kalau diperhatikan. Pixy Eyebrow Pencil Black hitamnya agak abu-abu. Wardah Eyebrow Pencil Black hitamnya pekat. Untuk swatch di tangan itu, saya butuh 2-3 kali garis untuk ketebalan warna seperti di foto.

Tekstur Viva pensil alis yang ini agak keras. Tapi dua pensil alis yang sama punya saya terdahulu empuk lhoo. Mungkin yang ini karena lama tersimpan jadi kaku. Saya pikir nggak KW kok ini karena yang terakhir belinya di tempat resmi. Tekstur Pixy lebih empuk tapi nggak sangat lembek gitu, ini tetep agak kaku mata pensilnya. Kalau Wardah lunak abis. Empuk banget dan tekstur isi pensilnya tuh memang lunak, jadi abis dipakai ngalis suka meleyot ujungnya.

Untuk ketajaman warna, Wardah yang paling intens. Mungkin karena saking empuknya jadi warna yang dihasilkan juga tebal karena kalo pensil empuk saya cenderung nekannya lebih kuat. Untuk Pixy dan Viva so-so lah ketajaman warnanya, masih oke juga kok walau nggak setajam Wardah.

Lanjut ke pemakaian di alis. Ya, apalah artinya review pensil alis kalau tanpa hasil pemakaian pada alis? Sebelumnya, saya tunjukin dulu bare eyebrow saya...

Di foto atas itu, muka udah mekap, tinggal alis doang masih alamiah. Itu alis udah dibentuk sedemikian rupa jadi bukan bentuk asli dari sononya. Ngebentuk alis tuh bakal mempermudah pemakaian pensil alis, apalagi kalau bentuknya udah bagus, jadi si pensil tinggal membingkai sama ngoreksi ketebalannya dikit-dikit. Rambut alis saya tuh lumayan tebel di pangkal, tapi menipis di ujung. Nah pas pangkal itu numbuhnya kurang beraturan, ada yang berantakan sampe hampir nyambung ke alis sebelahnya - tapi lalu saya cabutin bagian tengah alis biar nggak culun. Warnanya hitam, tapi di foto ini terlihat agak abu-abu karena faktor kurang lebatnya si rambut alis.

Viva Eyebrow Pencil Brown

Di foto ini kurang terlihat jelas warna pensil alisnya ya? Coklatnya membaur dengan warna hitam keabuan alis saya jadi teredam kemerahannya. Tapi di pangkal tuh keliatan kok warna coklat hint merahnya kalau diteliti bener-bener. Eh, maapin gambar alis saya yang kurang proporsional yak, buru-buru soalnya ngegambarnya. Dulu saya kalau pakai pensil alis Viva ini kadang suka ngebaur pakai ujung tutupnya. Kalo sekarang? Pakai spoolie aja.

Warna coklat kemerahan ini pantes gak di muka saya? Saya pikir tergantung kesesuaian sama tema warna pada make up juga sih ya. Di poto ini, rambut hitam saya kurang keliatan jadi nggak bisa dicek perbedaan warna sama alisnya. Kalau di penerangan indoor sih nggak parah-parah amat bedanya tapi menurut saya terlihat fake banget kalau di outdoor.

Pixy Eyebrow Pencil Black

Masih di alis yang sama tapi saya ganti warnanya. Hitamnya Pixy kayak gitu tuh, keabu-abuannya keliatan di pangkal. Ini agak masih tersisa sedikit warna coklat dari Viva karena saya ngebersihinnya sebelum ganti ke Pixy agak buru-buru jadi mungkin kurang total.

Hitam hint grey-nya saya suka mengingat warna asli rambut alis saya ya kayak gini. Nggak hitam pekat karena ketebalannya nggak lebat banget jadi agak keabu-abuan. Pixy ini pas banget buat ngebingkai dan menambah warna alis saya tanpa terlihat super palsu. Natural lah dandanan saya kalau pakai ini. Kayak no make up.

Wardah Eyebrow Pencil Black

Saya beralih ke sisi lain alis biar nggak harus menghapus Pixy tadi. Nah kayak gini nih warna hitamnya Wardah di alis saya. Itu pekat kok keliatan di ujung, tapi pas pangkal saya nyikatnya setipis mungkin biar nggak garang. Ini kalo saya pakainya tebel-tebel jadinya kayak badut muka saya akibat terlalu hitam warna alisnya.

Dari ketiga pensil alis, saya paling suka warnanya Pixy. Tekstur pensil juga saya paling demen Pixy, nggak terlalu lunak nggak terlalu keras juga. Masih kategori empuk tapi nggak lembek. Kalau Viva yang ini terlalu keras kalau Wardah terlalu empuk. Eh, tapi Viva saya yang lain seempuk Pixy kok tenang aja. Yang ini kayaknya ya karena terlalu lama disimpan jadi mengeras. Dari segi keringanan material sih Viva menang, super enteng jadi tangan bebas menggerakkan pensil tanpa beban. Yaa ini agak lebay sih saya, pensil lain juga nggak berat kok cuma memang paling ringan Viva. Kalau dari segi kemasan, saya suka Wardah memang karena ada spoolie tersambungnya.

Soal keawetan, saya pikir yang paling empuk yang paling cepet habis. Tapi kalau tiap pakai diraut dengan intensitas pemakaian yang sama sih mungkin bakal barengan juga habisnya dengan catatan mulai pakai dalam panjang bersamaan. Kalau ini Pixy paling pendek karena memang dipakainya duluan.

Sekarang, saya ngalisnya bergantian pakai Pixy dan Wardah. Pixy saya pakai kalau di rumah, kalau Wardah saya bawa kalo bepergian. Viva belum tau mau saya pakai lagi enggak, mungkin ntar kalo pingin alis coklat lagi atau mau bikin look make up yang butuh alis warna coklat. Kalau kabar dua pensil alis Viva saya yang lain, yang paling pendek akan saya pensiunkan setelah kemarin malah saya fungsikan sebagai eyeliner pensil :'D. Yang medium masih saya simpan, ntar dipakai gantian sama yang paling panjang ini kalau mau - dan belom expired.

Nah, cukup sekian dulu tulisan saya kali ini. Jadi itulah hasil battle-nya ketiga pensil alis saya. Masing-masing punya keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri sih. Saya nggak bisa nentuin mana yang paling bagus. Relatif lah ya itu. Kalau mau pakai, sesuaikan dengan selera dan kebutuhan aja :). Oh iya, saya belom nemu sejarahnya kena break out karena pakai tiga merk pensil alis ini - termasuk setelah pakai untuk foto di pos ini, jadi kesimpulannya ketiganya aman di saya.

See you on the next post ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar