[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]
Bulan ini saya nggak belanja skincare dan makeup yha, mau ngabisin stok yang ada aja dulu. Memang awalnya sempet ngiler bayangin akan nge-swatch shade-shade terbaru lipstik, tapi saya segera ingat jikalau koleksi lipstik saya masih banyak dan sepertinya belum akan habis hingga tahun depan. Sempet mau beli seri nude dari Pixy Lip Cream yang terbaru juga wong murah, tapi lalu saya batalin karena toh sekarang warna nude sudah tak terlalu booming lagi. Jadi saya nggak belanja. Skincare masih banyak yang belum dipakai, dan kemarin baru dapat kiriman skincare buat di-review juga. Jadi fully loaded kali ini membahas belanjaan saya yang belum ke-share aja ya! Isinya buku-buku. Belinya dari September sampai November kemarin, tapi saya kayaknya selalu lupa masukin mereka ke fully loaded bareng kosmetik. Bukunya dari bermacam-macam genre dan saya udah baca beberapa di antaranya sampai tuntas. Ada berapa ya? Simak terus ke bawah yuk!
The Adventures of Pinocchio - Carlo Collody (Rp. 45.000)
Setiap semester, book store kampus saya ngasih voucher 100 ribu untuk dibelanjakan. Boleh milih merchandise toko buku atau dituker buku aja. Saya sebagai kutu buku tentu saja milih ambil bukunya doong. Supaya voucher segitu bisa dapet dua buku jadi saya ngambil yang harganya terjangkau-terjangkau aja, hahaha. Pertama ada Petualangan Pinocchio - Pinokio biar gampang - karya Carlo Collody ini. Saya ambil September kemarin. Jelas ya kalau ini buku terjemahan. Isinya dongeng anak yang pasti sedunia udah pernah denger isinya. Saya sudah sering nemuin kisahnya difilmkan atau diceritakan secara lisan, tapi baru sekarang bener-bener baca petualangannya dalam bentuk buku. Semula sebelum baca sempet mikir ah bakal nebak-nebak jalan cerita nih karena sudah hafal tokoh, alur garis besar, dan ending-nya. Tapi ternyata bukunya keren banget, detil menuliskan petualangan si boneka kayu dengan banyak scene dan tokoh yang enggak saya temukan di filmnya - kartun - jadi tetap betah baca sampai halaman terakhir. The Adventures of Pinocchio, wajib baca deh ngga cuma buat anak-anak tapi orang gede juga seru baca!
Mei Hwa dan Sang Pelintas Zaman - Afifah Afra (Rp. 55.000)
Dibeli barengan Pinokio. Saya baru sekali baca nama pengarangnya dan jujur saja sampai sekarang belum nemu pengarang wanita semenarik JK Rowling yang kalo baca namanya aja saya langsung akan baca bukunya. Buku ini belum saya baca, hahaha. Padahal sudah hampir tiga bulan dipunya. Awalnya beli karena judulnya menarik, tapi yaa setelah saya buka-buka sedikit dan baca sekilas, belum nemu daya pikat yang bikin kecantol untuk baca sampai selesai. Ada yang sudah baca? Kasih resensi dong tentang isi bukunya. Kalau dari yang saya search sih kebanyakan bilang bagus, tapi saya teteup belum semangat buka lembar-lembarnya.
Sirkus Pohon - Andrea Hirata (Rp. 79.000)
Belinya Oktober. Kalau sekali baca saya suka, biasanya bakal beli buku-buku selanjutnya dari seorang penulis. Andrea Hirata, lagi-lagi saya baca buku terbarunya. Pas baru baca bab awal tadinya saya pikir ngga menarik nih kisahnya karena saya terlanjur menikmati perjalanan tokoh Ikal dari Laskar Pelangi sampai masterpiece Cinta di Dalam Gelas, sementara Sirkus Pohon seperti novel Ayah, tokohnya bukan Ikal lagi walau diksi Melayu yang banyak dipakai masih sama. Tapi ternyata setelah diterusin seru juga kok, menariknya beda. Ini masuk kategori novel humor tapi perlu dibaca serius. Kehidupan di balik pertunjukkan sirkus dari sudut pandang badut Hob alias Sobrinudin - yang semula adalah pengharap pekerjaan tetap bergaji bermandor dan pakai seragam - dan kaitannya dengan pohon Delima, kisah cinta Tegar dan Tara yang platonis, ikoniknya begundal Taripol, sampai percintaan kutilang dan politik pemilihan kepala desa, disusun dalam alur yang terpencar-pencar, membuat saya sebagai pembaca kayak lagi nyusun kombinasi puzzle sampai nemu ending. Konon ini buku terlama yang ditulis Andrea. Bab-nya buanyak dan per part dikit-dikit aja isinya, tapi justru bikin penasaran untuk segera baca bab selanjutnya. Jadi isi ceritanya bagaimana? Spoiler ah kalo saya tulisin. Baca sendiri, ojeh boi!
Harry Potter and the Sorcerer's Stone - JK Rowling (Rp. 128.000)
Harry Potter and the Chamber of Secrets - JK Rowling (Rp. 134.000)Ini dibeli dalam dua bulan kemarin berturut-turut. Nggak usah saya ceritain isinya ya? Toh pasti pembaca udah tahu semua cerita dalam buku ini. Pertama kali saya tahu Harry Potter adalah waktu SD. Habis itu baru nyari buku pertamanya untuk dibaca. Dari halaman pertama, nggak bisa berhenti sampai lembar terakhir bacanya karena menarik banget. Buku pertama - Harry Potter and the Sorcerer's Stone - memang best seller dan meledak banget dari pertama dicetak kayak supernova. Ini kan buku terjemahan ya, tapi edisi Indonesianya tetap pake bahasa yang enak buat dipahami kok. Tetep ngalir dan nggak kaku penceritaannya. Selang beberapa tahun kemudian saya baru nonton filmnya - baca semua seri bukunya - nonton filmnya lagi sampai tamat. Diulang-ulang juga ngga pernah bosan. Sudah banyak kali buku ini dicetak, dengan cover yang beda-beda pula tiap edisi tapi saya blom punya satupun juga waktu itu, hahaha. Dulu seringnya pinjem ke perpus sih soalnya di jaman saya sekolah Harry Potter termasuk mahal harganya untuk ukuran sebuah buku. Belakangan baru ingin koleksi, tapi ternyata susah sekali dapat seri lengkap dalam edisi yang sama, udah nyari kemana-mana tetap nggak nemu juga. Sampai ternyata Gramedia bikin cetakan ulang edisi Indonesia! Akhirnya bisa beli jugaa. Sementara baru kekumpul dua - sama yang Harry Potter and the Chamber of Secrets - dan masih banget ngumpulin lanjutannya. Harganya masih lumayan sih dibandingkan buku lain tapi ya karena saya sudah niat mau koleksi tetep beli!
Percy Jackson and the Olympians I The Lightning Thief - Rick Riordan (Rp. 69.000)
Percy Jackson and the Olympians II The Sea of Monsters - Rick Riordan (Rp. 69.000)
Belinya barengan sama dua buku di atas. Berkebalikan sama Harry, Perseus saya nonton filmnya dulu baru baca bukunya. Agak mirip sih keduanya walau kalau ditelaah sebenarnya beda. Berkat Percy saya jadi belajar banyak soal mitologi Yunani kuno, dan bersyukur karena jadi merasa punya temen sesama disleksia. Sudah baca dua buku dan nonton dua film Percy Jackson and the Olympians, I The Lightning Thief dan II The Sea of Monsters. Karena nonton filmnya dulu, jadi agak surprise pas baca bukunya ternyata banyak adegan yang dihilangkan atau diubah, tokoh yang nggak muncul, hingga perbedaan karakter - pas masuk camp di buku Percy diceritakan baru berumur 12 tahun tapi di film kayaknya Logan Lerman lebih dewasa dari usia segitu deh. Tetep seru memang walau beda, dan esensi ceritanya juga tetep nyampai, tapi kayaknya bakal lebih keren kalau adaptasi film dibikin sama dengan versi bukunya. Anyway, mendadak berharap ternyata saya demigod juga, bwahaha :'D.
Belinya barengan sama dua buku di atas. Berkebalikan sama Harry, Perseus saya nonton filmnya dulu baru baca bukunya. Agak mirip sih keduanya walau kalau ditelaah sebenarnya beda. Berkat Percy saya jadi belajar banyak soal mitologi Yunani kuno, dan bersyukur karena jadi merasa punya temen sesama disleksia. Sudah baca dua buku dan nonton dua film Percy Jackson and the Olympians, I The Lightning Thief dan II The Sea of Monsters. Karena nonton filmnya dulu, jadi agak surprise pas baca bukunya ternyata banyak adegan yang dihilangkan atau diubah, tokoh yang nggak muncul, hingga perbedaan karakter - pas masuk camp di buku Percy diceritakan baru berumur 12 tahun tapi di film kayaknya Logan Lerman lebih dewasa dari usia segitu deh. Tetep seru memang walau beda, dan esensi ceritanya juga tetep nyampai, tapi kayaknya bakal lebih keren kalau adaptasi film dibikin sama dengan versi bukunya. Anyway, mendadak berharap ternyata saya demigod juga, bwahaha :'D.
Fantastic Circus - Bocil's Studio (Rp. 99.000)
Faber Castell 12 Classic Colour Pencils (Free)
Faber Castell 48 Watercolour Pencils (Rp. 108.000)
Ini buku mewarnai untuk semua umur dan kalangan. Saya iseng beli karena butuh peredam stress yang mengasyikkan. Eh ternyata bener lho mewarnai bisa jadi terapi. Hati saya jauh lebih gembira kalau sudah mewarnai. Buku mewarna ini isinya banyak dan kertasnya bagus, tebel jadi kalau diwarnai nggak tembus. Pas beli bukunya udah dapet sekotak pensil warna kecil isi 12, tapi saya merasa pilihan warnanya kurang banyak jadi beli sendiri secara terpisah 48 warna dari seri berbeda. Yang dapet free adalah seri classic sementara yang saya beli watercolour. Beli yang beda maksudnya supaya tahu kualitas masing-masing seri. Yang watercolour ternyata susah dikuas pakai air - padahal itu saran pemakaiannya - jadi akhirnya saya pakai ngewarnain biasa aja. Memang warnanya kalah intens dari yang classic, tapi masih keren kok. Di dalem kemasan dikasih rautan juga jadi saya selalu bisa mewarnai dengan ujung pensil yang runcing :)!
Faber Castell 48 Watercolour Pencils (Rp. 108.000)
Ini buku mewarnai untuk semua umur dan kalangan. Saya iseng beli karena butuh peredam stress yang mengasyikkan. Eh ternyata bener lho mewarnai bisa jadi terapi. Hati saya jauh lebih gembira kalau sudah mewarnai. Buku mewarna ini isinya banyak dan kertasnya bagus, tebel jadi kalau diwarnai nggak tembus. Pas beli bukunya udah dapet sekotak pensil warna kecil isi 12, tapi saya merasa pilihan warnanya kurang banyak jadi beli sendiri secara terpisah 48 warna dari seri berbeda. Yang dapet free adalah seri classic sementara yang saya beli watercolour. Beli yang beda maksudnya supaya tahu kualitas masing-masing seri. Yang watercolour ternyata susah dikuas pakai air - padahal itu saran pemakaiannya - jadi akhirnya saya pakai ngewarnain biasa aja. Memang warnanya kalah intens dari yang classic, tapi masih keren kok. Di dalem kemasan dikasih rautan juga jadi saya selalu bisa mewarnai dengan ujung pensil yang runcing :)!
Bonus, kemarin saya habis jalan-jalan ke sekaten. Itu lho pasar malam tahunan di alun-alun kota. Waktu kecil saya rutin ke alun-alun Yogyakarta untuk mengunjungi sekaten, tapi setelah gede ini udah ngga pernah. Apalagi saya sekarang lebih sering stay di Solo, jadi lebih jauh untuk akses ke Jogja. Tapi untungnya, ternyata di alun-alun Surakarta ada sekaten juga! Langsung deh tanpa ambil tempo saya ke sana. Pas dateng pas hujan gerimis trus langsung beli tiket naik ke wahana tong stand. Sampai di bagian atas tong hujan tambah deras tapi untung saya sudah terlindung. Seumur hidup baru kali itu masuk tong stand :'D. Dari kecil pingin nonton setiap ada pasar malam yang ada wahananya ini, tapi selalu nggak ada yang mau nemenin. Baru pas udah gede bisa liat. Seru banget! Tong setinggi kira-kira 5 meter yang dijalin dari papan-papan kayu akan jadi sirkuit para pengendara motor. Motor yang digunakan motor jaman dulu, dengan suara meraung-raung yang dari radius luar alun-alun pun masih kedengeran. Btw keluar dari tong ini kuping saya jadi budeg bebetapa saat. Rider-nya ada dua waktu saya nonton. Satunya bapak-bapak satunya masih muda. Mereka berdua nggak pake jaket nggak pake helm sama sekali, ngeri nggak sih liatnya? Mungkin karena untuk sebuah pertunjukan diperlukan atraksi yang ekstrim kali ya. Tapi menurut saya alangkah bijaknya kalau safety first, jangan sampai mengundang resiko yang membahayakan keselamatan di area berbahaya. Saya nggak sempat fotoin atraksi penunggang motornya karena cepet banget, muter-muterin tong sambil nyamber duit saweran, zig zag, naik turun, ngebut, hebat banget deh rider-nya. Saya naksir mas! Tapi skill-nya aja. Mereka, para pengendara motor di tong stand itu, adalah pelaku sebenarnya hukum fisika. Gerakan naik dinding tong yang waktu SD saya uji cobakan pada sebuah kelereng di dalam toples, dibuktikan langsung oleh mereka. Mereka, sang pengendali hukum sentrifugal!
Trus apa hubungannya sama foto di atas? Jadi setelah liat rider di tong stand saya naik bianglala yang keliatan unyu tapi nyatanya di atas bikin sir-siran dalam keranjang mirip kandang burung. Sehabis turun lalu beli arum manis yang lumer di mulut dan manis abis rada lengket di gigi dan beli kapal-kapalan! Kapal kayak gini saya sering beli waktu kecil dulu, trus dinyalain dalam ember muter-muter. Asyik deh! Untuk bernostalgia saya beli lagi, kali itu kapalnya udah berinovasi, ada bentuk lain selain yang klasik kayak jaman dulu. Saya tetep beli yang klasik dan original kayak di foto, persis sama dengan yang pernah saya beli entah berapa belas tahun lalu, dengan warna merahnya yang tak pudar melintasi kenangan. Belum saya nyalain, sekarang saya jadiin pajangan aja soalnya sayang kalau dimainin :'D. Cara kerja kapal ini sebenernya sederhana, cukup diisi bahan bakar minyak goreng dengan corong bawaannya, trus dinyalain sumbu kapas yang ada di dalamnya, jalan deh kapalnya mengitari air. Dulu saya coba di ember jadi geraknya memutar, nggak tahu kalo dilepas di perairan bebas akan bagaimana.
Ah sudah dulu ya cerita saya hari ini. Waktunya menutup posting-an. Saya lagi demam dan batuk pilek nih. Batuknya berawal setelah makan arum manis setangkai sendirian, hahaha. Haduuh habis bersenang-senang malah sakit. Doain saya lekas sehat kembali dan nulis banyak lagi yaa! Soalnya posting-an saya bulan lalu cuman dikit, hwehehe. See you girls :*!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar