[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]
Ada yang tahu foto ini diambil dimana? Pantai? Ya jelas, tapi maksudnya pantainya ada daerah mana gituu. Ini tuh foto diambil di salah satu pantai yang berlokasi di Jawa Timur. Lebih detilnya ada di Pacitan. Pada akhir bulan lalu, kebetulan saya diajak teman-teman sepergaulan buat liburan. Tempatnya udah ditentuin dan saya ya ngikut aja. Kami berangkat berenam - tujuh sama sopir - untuk menuju dua pantai destinasi di Pacitan, yaitu Pantai Watukarung dan satunya lagi Srau. Sebelumnya mau curhat colongan dikit. Yippie yippie hore! Setelah selama ini saya bingung karena kok setelan waktu di blog berbeda dengan kenyataan di dunia nyata saya, akhirnya kemarin saya udah nemu setting-annya. Gaptek banget yak baru sadar sekarang? Okey skip aja, sekarang saya akan bercerita soal pengalaman liburan di dua pantai kebanggaan Pacitan. Tahun lalu sebenernya salah satu pantai destinasi liburan kami kali ini sudah pernah saya kunjungi, tapi kalau mendatangi satu lokasi wisata berulang biasanya ada yang berbeda jadi nggak masalah saya ke sana lagi. Selamat membaca!
Rencana awal, kami mau berangkat pakai mobil salah satu teman, tapi batal gegara nggak ada yang berani nyetir bolak balik Solo - Pacitan dalam sehari. Iya emang waktu liburan kami cuma diagendakan sehari, makanya pada milih ke Pacitan yang nggak jauh-jauh amat. Sebenernya mah jauh juga sih tapi maksudnya masih terjangkau untuk didatangi dalam waktu sehari saja. Trus jadinya ke sana nyewa mobil plus sopir, biayanya Rp. 600.000 untuk pulang pergi dengan perhitungan waktu 12 jam. Itu udah termasuk murah loh itungannya. Buat bekal sendiri, ya masing-masing bawa sangu sendiri lagi. Nah di foto keliatannya cuma berlima ya, soalnya satu lagi tuh personilnya suami temen saya yang bertugas foto-fotoin makanya nggak masuk di
frame, hahaha. Oke kenalkan dulu personil liburan
squad saya ini. Paling kiri namanya
Hervi yang jilbab hitam baju putih celana hitam lagi. Hervi ini anaknya monokrom ya, sampe tasnya aja juga ikutan hitam.
Dress code kami memang direncanakan pakai atasan putih sisanya bebas, makanya baju kami putih-putih semua. Sebelah Hervi tentu ada
saya yang paling menor. Agak nyesel sih dandan pakai
lipstick semerah itu buat liburan, tapi waktu itu aing ikutnya dadakan pas bawanya cuma lipen menor itu doang jadi apa boleh buat daripada nggak pakai
lipstick ya mending menor aja.
Outfit saya hari itu cuman kemeja putih, celana kulot
pink, sama jilbab
pink juga. Sepatu pakai putih karena nyesuaiin sama baju, aslinya mau pakai sendal karena toh ini ke pantai tapi lagi-lagi karena dadakan jadi saya nggak sempet nyiapin sandal. Trus bawa tas biru gede supaya
mirip Dora muat banyak karena ini perjalanan lumayan jauh dan seharian pula. Di tengah ada sobat saya
Mila yang lebih tua dari saya umurnya tapi nggak nikah-nikah juga, wkwkwk. Trus ada
Dian sohib kentel saya dari pertama masuk kampus, dan disusul
Emi yang potojenik di setiap posenya. Kami semua satu kelas dari masuk kuliah.
Mulai kumpul jam enak pagi di kos Mila buat barengan berangkat dari sana. Demi tidak ditinggal saya udah bangun sejak sebelum subuh dan mandi jam lima. Dandan buru-buru - tapi teteup stunning kan ya - trus cuzz ngumpul dan ternyata saya yang pertama dateng karena yang lain ngaret. Siaulnya kebiasaan di sini tuh ya ngaret tadi yang saya buencik. Mbok ya kalo sepakat jam enak ya jam enam teng kalau perlu kurang udah sampai. Pada akhirnya seluruh personil liburan squad baru lengkap pukul tujuh pagi dan langsung berangkat ndak selak cuaca memanas. Perjalanan akan memakan waktu sekitar tiga sampai empat jam tergantung kelancaran arus, maka saya siap-siap akan bobo aja nanti kalau bosen di jalan. Dari Solo, kami mengambil arah ke timur karena akan menuju Jawa Timur. Pokoknya jalan ke Pacitan tuh lurus aja nggak banyak beloknya, tanpa maps juga daerah ini mudah didatangi, tinggal ikutin papan penunjuk arah yang biasa ada sebelum lampu merah bisa sampai. Di tengah perjalanan, kami sempet berhenti karena ban mobilnya bocor di radius kurang dari lima meter sebelum tukang tambal ban mangkal. Curiga nggak sih? Tapi untung driver-nya jago jadi bisa ganti ban mobil sendiri tanpa perlu nambalin. Trus lanjutin perjalanan deh.
Pantai pertama tujuan kami adalah Watukarung, dan untuk menuju ke sana ternyata jalannya ngeri bingit karena kami salah masuk dari belakang. Harusnya lewat Pacitan kota dulu tapi kami malah belok sebelum waktunya jadi kayak nlusup lewat jalan pintas yang medannya sulit gitu. Untung sampai dengan selamat di tujuan. Begitu sampai, jam sudah menunjukkan pukul sebelas, jadi total perjalanan kami memakan waktu empat jam. Sampai, makan dulu dan baru akan jalan-jalan menyusur pantai.
Watukarung ini pantainya berpasir putih, tipikal pasir pesisir yang beda sama pasir hitam di tepi pantai selatan rumah saya di Jogja. Saya nggak tahu mulainya dari mana ya, tapi seluruh pantai di kota saya Bantul tuh pasirnya item. Mulai dari pantai yang lebih barat di Kulonprogo juga hitam. Tapi begitu masuk wilayah Gunungkidul pantainya udah pasir putih semua, entah peralihannya di pantai mana. Nah pantai di Pacitan juga berpasir putih. Butirannya gede-gede tapi nggak tajem jadi aman untuk berjalan-jalan telanjang kaki. Pantai Watukarung ini merupakan destinasi wisata di Pacitan yang belum terkenal banget gitu jadi wilayahnya masih bersih, belum banyak pengunjung juga. Pada kunjungan ke Pacitan tahun lalu saya sempet ke Soge, pantai yang di pinggir jalan raya itu udah rame banget dan nggak seasri di sini. Tapi emang Soge udah lebih dulu tersohor dibanding pantai lain di Pacitan, terutama di kalangan anak-anak touring. Sebabnya mungkin karena lokasinya yang dekat jalan raya ya jadi banyak yang lewat dan mampir.
Di Watukarung, kami berjalan-jalan sepanjang pantai lalu naik ke semacam perbukitan gitu. Untuk naik ke bukit yang dipenuhi tanaman hijau dan di atas ada gardu pandang buat ngelihat ke bawah sudah disediakan tangga semen. Naiklah kami semua. Dari atas pemandangan pantainya lebih baguss, dan udaranya jadi sejuk walau saat itu tengah hari bolong yang puanas pol. Bukit ini ujungnya nggak kayak tebing gitu jadi tidak curam, so akan aman kalau kamu mau berjalan agak ke tepi, asal jangan trus loncat ke bawah aja. Duduk-duduk sebentar di atas, baru kami turun lagi lewat tangga yang sama. Sampai di bawah nantinya kami akan melanjutkan perjalanan ke Pantai Srau. Perjalanan dimulai jam setengah dua dari sini, dan paling cuma lima belas menit sudah sampai ke Srau.
Tarif retribusi untuk masuk ke Pantai Srau adalah Rp. 5.000 saja per orang. Kalau Watukarung tadi nggah tahu berapa soalnya dibilang kami salah masuk nggak lewat gerbang depan. Maap yaa jadinya ngga bayar retribusi, so sorry. Srau ini lokasinya berdekatan dengan Watukarung dan saya udah pernah kesini sebelumnya. Tapi sekarang bedaa, jadi lebih cantik. Pantainya udah dibenahi, kalau dulu cuma ada pasir dan laut aja plus semacam gardu buat duduk-duduk pengunjung di tepi pantai, sekarang udah dibangun lagi jadi lebih lengkap. Dikasih jalan setapak dan sebagainya gitu, termasuk tangga buat turun ke pantai dari gardu yang di tepi dan memang dibuat lebih tinggi. Saya tidak tahu pantai ini rawan abrasi atau tidak, tapi sepertinya gardu dan jalan setapak dibuat untuk jadi semacam benteng ata bendungan juga agar air laut tidak sampai jauh ke tepi. Di sini anginnya lumayan kenceng, lebih tenang pas di Watukarung tadi. Tipikal pasirnya masih sama, putih juga tapi di Srau ini lebih gede-gede butirannya dan bercampur batuan kerikil serta cangkang-cangkang binatang laut kecil yang terbawa ke tepi. Pantai Srau punya banyak karang di salah satu bagian, dan banyak ikan-ikan kecil berhabitat di sana. Sekilas mirip Nglambor di Gunungkidul, tapi di sini enggak bisa dipakai snorkeling karena lebih cetek. Bobok-bobok siang di atas pasir bebatuan kecil sambil ngeliat ke arah laut yang ombaknya berdebur membasahi karang, seru juga loh, liyer-liyer gitu.
Kami di sini tidak terlalu lama, setelah main air sebentar sekitar satu jam kemudian sudah bersiap-siap akan pulang. Itu sekitar jam tigaan dari Srau, jadi sampai Solo lagi pasti udah malem nanti. Sebelum ngomongin balik, cerita dulu ya soal outfit of the day saya hari itu. Pas dikasih tahu dress code-nya pakai putih, awalnya saya berniat pakai long dress dan bawa topi atau payung, wkwkwk. Tapi batal karena pakai dress akan ribet - kecuali bawa dan ganti di lokasi. Jadi pakai kemeja dan celana aja. Kemejanya pakai yang tipis dan nggak gerah, trus celananya kulot supaya bebas bergerak, kalau pakai jeans kan sumpek tuh. Jilbabnya pakai bahan katun yang adem - kalau nggak salah itu namanya Maxmara jenis kainnya - dan gampang dipakai nggak gampang kusut atau melorot. Biasanya saya pakai jilbab segiempat gini langsung aja, tapi tips hari ini untuk pakai jilbab dalam perjalanan panjang biar lebih awet rapi pakai daleman di baliknya. Daleman atau ciputnya saya pakai yang rajut biar nggak kenceng di kepala, jadi nggak bikin pusing kalau dipakai lama. Sepatu pakai yang bertali biasa, sebenernya itu nggak nyaman karena ada heels-nya di dalem. Saya salah sepatu, harusnya kalau nggak mau sandalan ya sepatunya yang teplek atau sneakers aja biar nyaman. Baidewai kacamata bunder yang di atas itu punya Hervi, ngga tahu kenapa aing pakai *untung dia nggak lagi belekan*. Kacamatanya unyu ya jadul gitu :*. Buat liburan lebih praktis pakai satu backpack gede yang muat semua barang, tapi tidak ada salahnya membawa satu tas kecil yang asik dibawa mejeng. Backpack-nya tinggal di mobil aja, dan bisa diambil isinya kalau pas perlu.
Foto di atas diambil di Srau, sekarang udah dibangun juga tangga ke atas mirip jalan ke bukit - atau apalah namanya - yang di Watukarung. Pantai Srau ini tidak seluas Watukarung, tapi nggak sempit-sempit amat juga kok. Di tepinya, lurus mengikuti jalan setapak yang saya pijak itu banyak kios pedagang-pedagang dan parkiran. Pulang dari Srau kami mampir di Wonogiri buat makan bakso. Warung baksonya lupa namanya apa, itu loh yang kiri jalan dari arah Pacitan, udah masuk Wonogiri kota jadi udah setelah lewat Pracimantoro. Untuk makan bakso di sini cukup sediakan uang kurang dari Rp. 20.000 aja udah dapet makan dan minum. Porsinya lumayan kok apalagi kalau pesen bakso komplit jadi kenyang. Sampai Wonogiri sebelum Maghrib, trus jalan dari sana jam tujuh malam. Sampai Solo jam delapan jadinya. So, jadi segitu saja cerita perjalanan liburan sama sama squad ke pantai di Pacitan. Ada yang sudah pernah ke sana juga? Atau ada ide untuk destinasi liburan di tempat lain? Share ya di kolom komentar. terimakasih :).