Minggu, 29 April 2018

[Random Talk] Photoshoot Dessy X Mukena Adana

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Assalamu'alaikum Wr Wb. Halo semua! Ngerasa nggak sih makin kesini bulan Ramadhan makin cepat datangnya? Ya memang karena sistem kalendernya beda sih. Nah Ramadhan tahun ini akan tiba pada pertengahan bulan Mei nanti. Ngomongin soal Ramadhan, ingat nggak puasa pertama yang kalian jalankan dulu waktu umur berapa? Kalo saya lupa. Tapi kayaknya pas udah agak gede deh soalnya waktu kecil - masa SD gitu - saya blom ikut puasa sehari penuh. Payah ya -_-'? Hal paling menggembirakan waktu bulan Ramadhan pada masa kanak-kanak saya adalah saat shalat tarawih *bukan pas buka karena toh waktu kecil saya nggak pasti puasa*. Menyenangkannya adalah karena bisa ketemu teman-teman setiap malam selama sebulan penuh. Jelang masa dewasa saya, tapi ritual shalat tarawih ini sudah kehilangan keasyikannya. Apa karena saya nggak lagi bisa ketemu saka teman-teman masa kecil, sepertinya begitu. Soal tarawih lagi, bagi kaum wanita seperti kita hal yang selalu dibawa tentunya adalah mukena. Nah mumpung sebentar lagi mau Ramadhan, tertarik nggak sih berburu koleksi mukena baru buat tarawih? Kebetulan belum lama ini saya habis foto-foto untuk produk mukena. Penasaran seperti apa ceritanya? Baca terus ke bawah :).

Di area Solo Raya, saya mengenal owner sebuah online shop yang fokus di produksi dan penjualan mukena. Namanya Mbak Salsa, dan dia ini yang mengelola akun online shop @mukena_adana. Selain bergerak melalui penjualan dalam jaringan, Mbak Salsa juga jualan langsung juga ternyata. Semua produk tersedia di rumahnya yang sekaligus menjadi bengkel kerja. Usaha ini katanya sudah dirintis orangtuanya sejak lama, tapi waktu itu sebatas offline store aja, dan kemudian dia mengembangkannya ke online juga. Salut ya dengan jiwa wirausahanya. Waktu ditawarin untuk bantuin jadi model buat foto-foto produk mukenanya, jadi saya langsung oke saja. Ada sembilan model mukena yang waktu itu saya jajal, dan kesemuanya merupakan seri terbaru masih fresh from the oven dari produksinya @mukena_adana.


Sesi fotonya dilakukan di @freshfotosolo yang merupakan sebuah studio foto gitu di area Solo. Mereka biasa melakukan sesi foto produk, jadi kalau kamu merupakan pelaku usaha online shop bisa cek deh katalog portofolionya di @freshproduct. Hari itu Sabtu sore, dan jam empat saya udah datang ke studio untuk memulai sesi photoshoot-nya. Datang agak terlalu awal, Mbak Salsa belum tiba tapi nyusul beberapa menit kemudian. Tanpa buang-buang waktu, mulai deh pekerjaan sore itu.

Pertama, ada seri mukena Daisy - namanya mirip nama saya yaa hahaha - yang bermacam-macam warnanya. Ini yang saya gunakan duluan dalam sesi photoshoot. Tuh dua di antaranya udah saya tunjukin di atas. Ada lima varian warna berbeda dari seri Daisy yang merupakan mukena berbahan rayon dengan perpaduan warna beige dengan warna solid untuk tepian atasan dan seluruh bawahannya.

Bahannya adem bet dipakai, ringan gitu dan nggak bikin gerah atau sumpek saat dipakai lama. Karet di bawahan maupun di tali atasannya juga elastis, nggak kedodoran tapi juga tidak mengikat kencang jadi nyaman saat digunakan. Untuk setiap pembelian mukena ini btw, kita udah dapat pouch-nya juga lho yang senada dengan varian warna mukena yang kita pilih. Untuk seri Daisy, pouch-nya berbentuk clutch kotak. Mirip-mirip tempat map gitu ya. Ada perekat untuk membuka tutup pouch-nya trus dikasih tali juga supaya kita bisa menjinjing pouch dengan mudah.


Trus lanjut ke seri mukena Prilly. Yang ini merupakan mukena berdasar putih dengan motif untaian polkadot dan bunga-bunga cerah di tepian maupun ujungnya. Bahannya rayon juga dan sama nyamannya seperti seri Daisy. Dapat pouch cantiknya juga loh untuk setiap pembelian mukena seri ini. Seri Prilly pouch-nya berbentuk tas kantong, dengan tali pegangan di atasnya. Untuk membuka tutup, caranya diserut.

Lanjut ke seri berikutnya yaitu mukena Bali Cassandra. Sejak beberapa tahun yang lalu mukena model ini udah menanjak trennya. Ini merupakan mukena berdasar putih juga, dengan motif ukiran di tepi atasan dan ujung bawahannya. Seri ini punya pouch yang sebentuk sama seri Prilly, tas kantung serut juga tapi motifnya tentu beda, menyesuaikan sama masing-masing mukenanya.

Selain tiga seri di atas, masih ada dua mukena lagi yang tersisa. Tapi yang ini belum resmi launching jadi saya belum tahu nama serinya. Yang satu adalah mukena berwarna dengan motif di seluruh permukaannya, dan satu lagi mukena berdasar putih lagi dengan taburan bunga tulip sebagai pilihan motifnya. Keduanya tentu punya pouch masing-masiny juga yang berupa tas jinjing sesuai warna dan motif masing-masing mukenanya.

Yang mukena tipe seperti di atas ini, kebetulan saya nyobanya yang warna turquoise. Sejauh ini sampai mukena yang di bawah, semua rata-rata nyaman digunakan. Jadi saya sudah ganti sebanyak sembilan kali mukena sore itu, dan usailah sesi foto mukenanya :). Dua jam kurang lumayan yaa.

Nah, jadi tertarik untuk upgrade mukena? Mau samaan pakai yang mana? Cek yuk koleksi lengkapnya ke instagram @mukena_adana! Selamat berbelanja :).

Sabtu, 28 April 2018

[Empty] My Love Life On April

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Hola! Selamat hari weekend gais, menyenangkankah minggu ini buat kalian semua? Kalau saya sih lumayan :). Akhirnya kita sudah hampir tiba di penghujung bulan April wew, cepet sekali rasanya ya tahu-tahu udah mau akhir bulan. Di bulan ini saya sukses menulis sesuai target *backsound suara tepuk tangan meriah* sejumlah enam belas pos ngepas agenda. Memang pakai perjuangan juga sih nulis segitu dan dijadwal. Dulu pernah nulis lebih banyak dalam sebulan tapi nggak teratur, sementara sekarang lebih teratur dan tertaat gitu posting-annya. Yuhuu, bulan depan dan selanjutnya semoga tetap sebaik ini ya ranking-nya. Sekarang, saya akan ngebahas rubrik biasa tiap akhir bulan yaitu empty. Jadi apa sajakah produk kosong semelompong hati saya pada akhir bulan ini? Keep reading xoxo ;).

PS: Judul posnya memang pakai love life, tapi nggak ada cinta-cintaan apapun yang saya sebarkan di pos ini, wqwq.


Nggak banyak sih produk habis bulan ini. Yang pertama ada body scrub dari Citra yang sumpah enyak bangetd wanginya sampai bikin senyum-senyum sendiri. Gimana yah, aroma floral lembut yang nggak terlalu manis gitu, dan nggak nyegrak nusuk hidung jadinya menenangkan. Tekstur scrub putihnya agak padat dan langsung misah-misah butirannya gitu pas diaplikasikan, jadi gampang merata. Enak buat ngegosok tubuh sebelum mandi, dan tanpa perlu berlama-lama memakainya scrub ini akan meluruhkan segala kotoran dan sel kulit mati untuk hasil kulit halus lembut yang cerah sesudah dibilas.

Selanjutnya ada body lotion dari Vaseline. Saya lumayan suka produk ini karena dia praktis mau dipakai kapan saja bisa. Dulu banget saya pernah memfavoritkan body lotion dari Vaseline ini dan selalu repurchase berulang-ulang sampai bosan. Dulu formulanya thick banget dan agak lengket, trus susah meresapnya jadi suka ninggalin bekas kuning ke pakaian :(. Tapi yang sekarang formulanya udah diperbaharui jadi ringan abis. Nyaman dan segera menyerap ke kulit tanpa rasa lengket. Tapi sesudah ini habis saya saat ini udah ganti ke produk lain, bukan body lotion sih tapi inti fungsinya sama yaitu body serum.


Produk ketiga merupakan hair vitamin dari Ellips. Ini satu pack ada tiga tube mini gitu dan semuanya udah habis - yang satu ilang ding. Ini awet berbulan-bulan loh ternyata padahal pas beli saya pikir tiga tube akan cepat habis saking kecil wadahnya. Nggak terlalu berefek wow pada rambut saya tapi ya bolehlah dipakai buat rutinitas perawatan rambut.


Lanjut ada deretan face care di sini. Pertama ada pembersih dari Viva White. Ini yang varian all in one face cleanser, baru pertama kali ini saya cobain. Sebelum ini saya udah berkali-kali pakai produk milk cleanser-nya Viva tapi yang dari seri basic. Macem-macem varian tuh pernah saya gunakan. Lalu eh tetiba kemarin saya abis dikomentarin kenapa pernah ganti dari milk cleanser Viva yang green tea padahal udah non alkohol. Saya baru nyadar jadinya, hahaha. Oh jadi Viva milk cleanser yang green tea bebas alkohol ya? Tapi sepertinya dulu waktu pakai itu kulit saya jadi rada kering makanya saya hentikan :). Apakah green tea bikin kulit kering? Yha tidak tahu jelas sih, silahkan yang tahu tolong kasih tahu. Balik ke produk yang sekarang habis, ini tekstur pembersihnya lebih encer dibanding milk cleanser Viva yang basic dan lebih ringan gitu rasanya dipakai ngebersihin kulit. Agak perih tapi kalo di kulit yang lagi lecet atau iritasi. Pernah pakai ini sehabis ngekstraksi komedo keluar, dan jadi perih banget dipakainya di wajah.

Next, ada micellar water dari Garnier. Ini yang botol biru. Saya udah pernah pakai yang pink dan rasanya yang biru ini tidak berbeda hasilnya saat dipakai. Sekarang saya lagi pakai botol selanjutnya micellar water ini, balik ke varian pink lagi. So far, Garnier masih favorit saya untuk produk micellar water. Harga terjangkau kualitas bagus, ah saya cinta Garnier micellar water.


Terakhir ada lotion - atau toner - dari Hada Labo yang Gokujyun. Kali ini saya ngabisin versi botol gedenya dan udah lama lho ini dipunya, baru habis sekarang. Ya memang awet banget sih secara pakainya dikit-dikit tetes aja cukup buat sewajah dan leher. Suka sekali sama produk ini, dan menurut saya ini produk toner paling ngefek yang pernah saya coba. Ngelembapinnya oke dan membantu penyerapan skincare berikutnya.

Oke sudah itu saja produk empty bulan ini. Eh perlu nggak sih saya masukin juga buku apa yang selesai saya baca tiap akhir bulan? Nanti bulan depan saya mulai ya. Sekian dulu pos hari ini, terimakasih sudah baca dan sampai jumpa di posting-an selanjutnya!

Kamis, 26 April 2018

[Review] Maybelline Super Cushion Ultra Cover Cushion Shade Sand Beige

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Bebqu semuaa, kalian lebih suka pakai complexion kayak foundation atau bb cream yang dikemas dalam tube gitu atau justru pilih cushion? Cushion bukan barang baru di dunia per-makeup-an masa kini, tapi saya baru nyobain sekarang-sekarang ini, hahaha. Jadi pas belanja bulan Maret lalu, saya tertarik beli salah satu produk cushion yang tersedia di pasaran. Milihnya Maybelline karena kayaknya ini yang paling menjanjikan deh dibanding beli merk lain, waktu itu mikirnya begitu. Yang saya beli ini bb cushion ya, soalnya sekarang ada juga produk lain seperti foundation etc yang dimasukin cushion untuk pengemasannya. Maybelline punya beberapa varian bb cushion, kalo nggak salah ada tiga jenis. Nah saya beli yang ultra cover, yang kemasannya perpaduan warna hitam dengan gold. Ini udah saya pakai beberapa kali, termasuk pas bikin makeup tutorial bulan ini.



Nah, sekarang saya akan tulis review tentang produk ini. Mulai dari first impression pas saya melihatnya ya, hahaha. Jadi ini belinya di counter Maybelline yang di Matahari - btw saya kok sering bet sih belanjanya di Matahari doang -_-' - pada bulan lalu. Pertama lihat, langsung dapat kesan dari kemasan luarnya kalo cushion ini kece parah. Waktu itu ada dua tester yang dipajang sih, kayaknya varian satunya lagi nggak ready jadi nggak disediakan tester. Yang ada tuh satunya berwarna perpaduan biru dengan putih gitu kayaknya, dan satu lagi ini. Sekilas pandang, saya langsung lebih suka yang ini :). So, pilih-pilih shade deh dan beli. Ini adalah Maybelline Super Cushion Ultra Cover Cushion shade Sand Beige yang saya bawa pulang kemudian.


Pas beli, kemasannya pake box hitam mewah. Desainnya tuh simple tapi wow karena hitamnya pakai perpaduan sama warna gold. Ouoh sangat sesuai dengan kepribadian saya nih kombinasi dua warna mewah ini #abaikan. Di sisi depan box terdapat sejumlah keterangan, terutama tentu soal nama produknya, dan bahan yang diunggulkannya. Produk ini sudah mengandung SPF 50+ PA+++, jadi termasuk tinggi ya perlindungannya. Trus bagian belakang box lebih banyak tulisan yang tercantum. Isinya tentang klaim produk dan cara pakai. Silahkan dibaca sendiri aja soalnya saya lagi mager nerjemahin. Intinya ngejelasin soal formula produk yang katanya merupakan pembaharuan, plus menyinggung performa aplikator bawaannya, dan hasil pakai produk ke kulit.


Ingredients tercantum pada salah satu sisi box yang berwarna keemasan. Lagi-lagi silahkan dibaca sendiri aja, pegel euy kalo musti ngetikin bahan-bahan bernama susah dieja itu satu persatu. Maaf ya hari ini saya lagi kurang gairah nulis soalnya. Kalo lagi ngga mood gini, kenapa tetep ngepos? Bukannya jadi nggak maksimal tulisannya? Iya, tapi saya lagi menjadikan menulis ini kebiasaan jadi tetap akan diteruskan. Ngga mood dikit bukan berarti lantas saya udah ogah nulis kok. Di jaman Kartini muda dulu menulis seperti ini barangkali adalah sebuah kemewahan, jadi sekarang pas saya punya kesempatan dan fasilitas ya apa salahnya ditekuni. Toh ini dunia yang saya cintai :).


Balik ke produk. Box-nya tadi berbahan karton tipis, dan cara ngebukanya ya sewajar membuka kotak pada umumnya. Eh saya sekarang seneng nyimpen produk dalam kemasan box-nya lho jadi box dari bb cushion ini pun masih saya keep. Memang agak repot tiap mau pakai kudu ngeluarin produk dari box, tapi jadinya keliatan baru terus dan produk terjamin kebersihan serta kerapiannya. Dari dalam box, dapat dikeluarkan sebuah bb cushion berkemasan bulat. Warnanya senada box pastinya, hitam emas juga. Lumayan berat case bb cushion-nya dan gede, rada bulky gitu jadinya dipegang. Tapi ngga pa pa kok, malah berasa kokoh. Lagian saya lebih suka apa-apa tuh yang gede. Case bb cushion ini bisa dibuka dengan menekan dan mengangkat salah satu sisi yang ada kunciannya. Di dalemnya terdapat dua tingkatan tempat, plus sebuah cermin besar di balik tutup. Tempat paling bawah adalah dimana si bb ditaroh dalam cushion atau bantalan, dan di atasnya dikasih tempat buat aplikatornya disimpan. Seru deh jadi si aplikator ngga nyampur sama bb cushion, aman jadi lebih bersih. Oh iya di atas bb cushion yang terletak paling bawah, pas masih baru ada kertas filter-nya. Kalo mau pakai produk, kertas ini musti dikeletek dulu. Ini masih ada karena saya suka filter-nya, jadi tiap selesai pakai bb cushion filter-nya saya tempel lagi sekalian buat melindungi produk.


Kalau filter-nya dalam posisi terbuka, begini nih keliatannya si bb cushion di baliknya. Bantalannya berwarna beige dari warna bb di dalamnya, dan berpori-pori di seluruh permukaan guna mengeluarkan produk saat cushion ditekan. Ini isinya cuma 14 gram bb cushion-nya. Dikit banget yak? Mana pas beli ngga dapat reffil lagi. Trus kita beralih ke aplikatornya, ini berwarna hitam juga. Bagus sih nggak akan cepet keliatan kotor, hehehe. Beda kan sama aplikator yang seputih kapas gitu, sekali kena produk complexion udah deh warnanya ternodai dan langsung keliatan belepotan. Aplikator bb cushion ini bentuknya bulat juga, trus ada pegangannya bertuliskan Maybelline gitu di sisi sebalik yang buat apply produk. Mirip spons bedak tapi materialnya beda. Ini tuh empuk dan berpori halus, samar banget porinya. Empuknya bukan kayak blender sponge, ini tuh lebih lunak dan padat - tidak akan mengembang maksudnya. Saya selalu pakai aplikator ini setiap pakai bb cushion-nya. Beneran enggak gampang kotor lho aplikator ini! Gampang banget buat ngambil produk dan mengaplikasikannya sesuai dengan klaim di box. Setiap dipakai ngambil tuh bb cushion yang terangkat kayak keserap dalam aplikator gitu, nggak cuma nempel di permukaan, jadi warna aplikatornya tetap hitam. Pas diaplikasikan tapi tetep banyak yang tertempel produknya walau pas di aplikator kurang keliatan. Super unique dan keren lah pokoknya aplikator ini. Pegangannya juga nyaman melekat di jari, nggak gampang merosot atau lepas-lepas. Kalo baca dari kemasan sih aplikator ini merupakan tipe baru yang memang akan gampang digunakan, dan it works beneran!

Swatch-nya kayak gini di lengan. Sand Beige menurut BA di counter Maybelline pas saya beli merupakan warna yang lebih gelap. Waktu itu di tester cuma ada dua shade sih, yang satunya lebih light gitu. Saya nggak tahu dari Maybelline sendiri ngeluarin berapa shade buat bb cushion yang ini, apakah cuma dua atau lebih. Sand Beige ini tipikal warna kecoklatan natural yang lebih ke rosy gitu biasnya, jadi nggak kuning. Belakangan saya lebih prefer ke complexion warna kuning deh tapi bb cushion yang dibeli berwarna gini, yaudahlah ya saya juga lupa kok waktu itu main angkut aja produknya. Shade yang light saya lupa apakah tone-nya rosy juga atau malah yellow, tapi waktu nge-swatch di counter kayaknya keterangan warnanya di kulit saya jadi nggak saya pilih. Itu swatch yang di lengan saya ngambil produknya pakai jari,  trus di atasnya swatches adalah warna sesudah di-blend dengan aplikator. Keliatan sangat natural membaur dengan warna kulit ya?

Aslinya shade Sand Beige ini juga masih keterangan di kulit wajah saya. Apalagi kalau pakainya tebal. Pas di lengan keliatan natural karena tipis banget ngebaurnya dan itu saya pakainya di lengan dalam yang mana pasti lebih terang warna kulitnya dibandingkan sisi luar yang lebih sering terpapar sinar matahari. Produk ini coverage-nya medium to full. Cukup mencengangkan untuk formula sebuah bb cushion. Tapi ya nggak heran sih, soalnya namanya aja ultra cover. Sekali apply dia bisa ngasih coverage yang bagus gitu, jadi kalau mau hasil yang super natural hasil apply bb cushion-nya harus dibaur sampai setipis mungkin. Kalau ditipisin coverage-nya memang akan berkurang, tapi itungannya masih cukup oke kok. Untuk pemakaian normal dia bisa meratakan warna kulit dan menutup noda tipis. Cuma kalau buat noda bandel apalagi kantung mata gelap gitu ya kurang. Mungkin bisa sih ditambah daya tutupnya tapi pakainya harus lebih dari satu layer. Sayang saya nggak bisa begitu tapi karena nanti warnanya akan lebih terlampau terang lagi di kulit saya. Takut keliatan dempul.

Staying power-nya gimana? Baguss. Ini tahan lama banget nggak luntur-luntur. Finishing-nya semi matte gitu, agak satin bukan yang dewy basah banget. Di kemasan yang ditulis bahwa bb cushion ini akan memberi tampilan yang flawless, dan ya hasilnya lumayan sesuai kok. Habis pakai ini bisa di-set dengan bedak untuk memberi hasil super matte dan lebih mengawetkan tampilan, tapi kalaupun enggak juga udah bagus kok finishing-nya. So far saya suka sama produknya, kecuali di pilihan warna doang. Oh iya apakah ini oxidize? Setelah beberapa kali pakai sih menurut saya enggak ya. Okelah segitu dulu review dari saya hari ini, semoga membantu and see you again

Price: Rp. 259.000
Rate: 4/5
Pro's:
+ kemasannya kokoh
+ aplikatornya mudah digunakan
+ medium to full coverage dan tahan lama
Con's:
- belum dapat reffil pas beli padahal harganya lumayan
- pilihan shade-nya kurang mewakili warna kulit perempuan Indonesia *atau saya yang salah shade aja?*

Selasa, 24 April 2018

[Review] Maybelline The Powder Mattes By Color Sensational Shade Pink Potion

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

So cuteee!! Dulu pas pertama lipstick ini keluar di pasaran, saya sama sekali nggak tertarik beli. Lalu eh tetiba mendadak lipstick-nya dipromoin jadi nyaris setengah harga aja, baru deh tertarik beli, hahaha *berjiwa pelit*. Waktu itu belinya di counter Maybelline yang di Matahari, pas nyoba enggak lengkap shade-nya dan stoknya juga terbatas jadi akhirnya milih dari warna yang ada aja. Oh iya, sebelum beli enggak googling dulu seluruh shade-nya apa aja jadi ngga tahu warna terlaris atau terbagusnya yang mana, jadi pas dateng ke counter ya pilihannya murni langsung nyoba. Pilihan saya akhirnya jatuh kepada Maybelline The Powder Mattes shade Pink Potion. So, kita mulai aja yuk review-nya!


Pas beli kemasannya gini doang sebatang, tanpa box melingkupinya. Tapi syukur ada plastik seal-nya kok buat melindungi produk. Nah di plastik yang sekaligus berfungsi menyegel ini ada bagian yang bisa dipakai membuka, jadi ngga usah disobek atau digunting. Saya kira awalnya plastik segel ini bening, dan tulisan yang di badan lipstick itu memang dari dalem, tapi ternyata enggak. Begitu segel dibuka, tulisannya ikut terlepas. Yaa sayang deh. Aslinya bisa sih ngga usah ikut dilepas, caranya cut aja segel di bawah tutup, tapi waktu itu cara ini nggak kepikiran sama saya jadi nggak dilakukan. Pada plastik segel ini terdapat sejumlah keterangan produk.


Dalemnya jadi polosan ginii ;P. Shade yang saya pilih ini namanya Pink Potion, nggak ada nomornya. Seluruh seri lipstik The Powder Mattes ini warna case-nya menyesuaikan dengan shade masing-masing, jadi unik dan lucu. Kalo kamu ndilalah beli dua warna berbeda, nggak akan ada tuh ceritanya ketuker ambil lipstick walau nggak baca nama shade terlebih dahulu, karena toh dilihat dari case-nya aja udah beda warna. Pink Potion punya warna kemasan yang bernuansa ungu.

Keterangan soal warna shade ditulis di bawah kemasan. Apakah warna lipstick di dalemnya ungu juga walau namanya pink? Nanti kita tengok di bawah untuk memastikannya. The Powder Mattes setahu saya punya puluhan shade untuk warna lipstick di serinya, dan belum lama ini baru mengeluarkan warna-warna baru untuk melengkapi koleksi. Saya waktu beli pilih Pink Potion - ini dari warna lama - karena pilihan shade yang ada terbatas dan kayaknya yang paling menarik ya ini. Kebetulan memang lagi nyari lipstick bernuansa pink juga, soalnya diingat-ingat udah lama ngga beli lipstick pink *iyakah?*. Pas nyoba tester, sebenernya ada beberapa pilihan warna pink sih, tapi yang menurut saya paling pas di warna kulit saya adalah yang ini. Lainnya tuh ada yang terlalu neon, dan ada yang terlalu nude pucat.


Pink Potion nggak murni pink, ini tuh warnanya rada-rada fuschia atau keunguan gitu. Maybelline nulis di belakang nama lipstick ini tuh ada embel-embel By Color Sensational, tapi saya ngga paham maksudnya apa. Mungkin warna-warna lipstick-nya diciptakan oleh Color Sensational - yang entah itu apa - begitulah, whatever. Lucu sih warna Pink Potion ini, mengingat kebanyakan lipstick pink saya dulu tuh yang blue based pink, warna barbie banget gitu. Ya punya sih lipstick warna fuschia, tapi kayaknya banyakan yang pink barbie deh. Lipstick ini punya case yang tutupnya panjang sampe ke bawah, nggak setengah panjang badan kemasan seperti layaknya lipstick lain. Kenapa tutupnya dibikin sepanjang ini? Soalnya isinya juga begitu. Bagian dalamnya punya tempat lipstick yang panjang sampe ke bawah juga. Isinya lumayan panjang, tapi saya rada khawatir ngeluarin seluruh bullet-nya gini. Rada uglak uglik soalnya takut patah atau copot.

The Powder Mattes di iklannya digadang-gadang akan menjadi lipstick matte yang warnanya intens tapi nggak kering di bibir. Jadi sesuai klaim, finish-nya sudah bisa saya ramalkan tidak akan dead matte kayak lip cream, tapi mungkin akan lebih ke satin matte. Pas di-swatch dia meluncur dengan lancar, sama sekali nggak seret lipstick-nya. Warnanya langsung pigmented tanpa perlu banyak-banyak me-layer, tapi pas di tangan saya hasilnya rada menggumpal gitu. Pink Potion warna jelasnya seperti di foto itu. Pink-nya lebih dominan ya sementara unsur ungunya nggak terlalu kenceng. Warnanya lebih muda dari warna luar case yang ungu banget. Ini fuschia cantiik :). Ntar kita lihat kalo di bibir hasilnya gimana dari segi tekstur maupun warna.

Tadaa, seperti inilah hasilnya! Di bibir saya dia lebih kenceng lagi pink-nya, ungunya dikit aja. Pas dioles ke bibir dia smooth banget, glides-nya lancar dan warnanya langsung keluar dalam sekali oles. Pas baru dipakai, dia hasilnya rada glossy gitu tapi setelah beberapa menit jadinya satin matte. Rada sayang shade Pink Potion ini tidak mampu menutup warna tepi bibir saya walau pigmentasinya bagus. Soalnya kurang pekat gitu :(. Saya kan sukanya pakai lipstick dengan teknik overdraw, nah kalau pakai ini nggak bisa jadinya. Kalau dipaksain meluber keliatan garis bihirnya soalnya, jadi kayak fake gitu overdraw-nya dan malah keliatan nggak rapi lipstick-an. Solusinya saya harus pakai lip liner senada warna bibir dalem dulu atau apply foundation di bibir sebelum pakai lipstick. Lip liner dapat mengkamuflase warna tepian bibir sementara foundation bisa meng-cover warna asli bibir dan membuat hasil warna dari lipstick menjadi lebih intens. Di bibir saya syukurnya warna lipstick ini tidak menggumpal. Di tangan tadi menggumpal karena mungkin saya ketebelan mengaplikasikannya jadi terlalu neken gitu. Nyaman banget di bibir karena nggak dead matte, sama sekali tidak kering mencengkeram bibir sehingga tidak bikin susah senyum jadinya. Ini dipakai ketawa lebar juga nyaman banget :D. No cracking, berapa lama pun memakainya. Soal ketahanan, dengan hasil satin matte gini Maybelline The Powder Mattes bisa saya katakan cukup bagus staying power-nya kok. Masih transfer ke gelas saat minum, pas makan pudar dikit di tengah, tapi dia masih nyisain warna stain jadi bibir nggak langsung kosong warnanya begitu selesai bersantap. Berapa lama warnanya dapat bertahan di bibir? Ya tergantung pola makan dan aktivitasmu. Kalau ngga dipakai makan minum bla bla bla, pasti awet seharian. Oh ya, biarpun stain tapi lipstick ini tergolong mudah dibersihkan kok. Stain-nya bisa hilang setelah beberapa kali diusap pakai remover - saya pakainya micellar water.

So far saya suka sama lipstick Maybelline The Powder Mattes shade Pink Potion ini. Warnanya masih wearable untuk saya pakai sehari-hari *sedikit gonjreng sih tapi cakep jadi pede* dan nyaman banget di bibir. Jadi tertarik beli warna-warna lain juga, saya udah ngincer tuh beberapa shade terbarunya :D. Tapi ada minusnya dikit nih :(. Jadi kemarin, begitu selesai foto-foto buat review ini, lipstick The Powder Mattes saya patah T_T. Ngga tahu gimana kejadiannya, tiba-tiba dia uglak uglik miring gitu dan ternyata copot dari agak dasar. Apes sekali, kayaknya ini karena saya ngeluarinnya kepanjangan deh -_-. So buat kalian yang mau mencoba, baiknya keluarin lipstick-nya dikit aja. Dari awal memang kesannya agak rapuh sih lipstick ini. Tapi Maybelline gitu loh, harusnya bisa bikin formula lipstick yang lebih kuat. Cuman saya tetep masih suka kok, tenang aja. Oke saya rasa sampai di sini dulu review-nya, terimakasih ya sudah baca :). Semoga bermanfaat dan sampai ketemu di pos selanjutnya!

Price: Rp. 55.000
Rate: 4/5
Pro's:
+ warnanya keluar dalam sekali oles
+ nyaman dan tahan lama
+ mudah dibersihkan
Con's
- rapuh, punya saya udah patah dan copot

Minggu, 22 April 2018

[Experience] Me Go To Pacitan Again! - Pantai Watukarung dan Srau Bersama Teman-Teman :)

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Ada yang tahu foto ini diambil dimana? Pantai? Ya jelas, tapi maksudnya pantainya ada daerah mana gituu. Ini tuh foto diambil di salah satu pantai yang berlokasi di Jawa Timur. Lebih detilnya ada di Pacitan. Pada akhir bulan lalu, kebetulan saya diajak teman-teman sepergaulan buat liburan. Tempatnya udah ditentuin dan saya ya ngikut aja. Kami berangkat berenam - tujuh sama sopir - untuk menuju dua pantai destinasi di Pacitan, yaitu Pantai Watukarung dan satunya lagi Srau. Sebelumnya mau curhat colongan dikit. Yippie yippie hore! Setelah selama ini saya bingung karena kok setelan waktu di blog berbeda dengan kenyataan di dunia nyata saya, akhirnya kemarin saya udah nemu setting-annya. Gaptek banget yak baru sadar sekarang? Okey skip aja, sekarang saya akan bercerita soal pengalaman liburan di dua pantai kebanggaan Pacitan. Tahun lalu sebenernya salah satu pantai destinasi liburan kami kali ini sudah pernah saya kunjungi, tapi kalau mendatangi satu lokasi wisata berulang biasanya ada yang berbeda jadi nggak masalah saya ke sana lagi. Selamat membaca!

Rencana awal, kami mau berangkat pakai mobil salah satu teman, tapi batal gegara nggak ada yang berani nyetir bolak balik Solo - Pacitan dalam sehari. Iya emang waktu liburan kami cuma diagendakan sehari, makanya pada milih ke Pacitan yang nggak jauh-jauh amat. Sebenernya mah jauh juga sih tapi maksudnya masih terjangkau untuk didatangi dalam waktu sehari saja. Trus jadinya ke sana nyewa mobil plus sopir, biayanya Rp. 600.000 untuk pulang pergi dengan perhitungan waktu 12 jam. Itu udah termasuk murah loh itungannya. Buat bekal sendiri, ya masing-masing bawa sangu sendiri lagi. Nah di foto keliatannya cuma berlima ya, soalnya satu lagi tuh personilnya suami temen saya yang bertugas foto-fotoin makanya nggak masuk di frame, hahaha. Oke kenalkan dulu personil liburan squad saya ini. Paling kiri namanya Hervi yang jilbab hitam baju putih celana hitam lagi. Hervi ini anaknya monokrom ya, sampe tasnya aja juga ikutan hitam. Dress code kami memang direncanakan pakai atasan putih sisanya bebas, makanya baju kami putih-putih semua. Sebelah Hervi tentu ada saya yang paling menor. Agak nyesel sih dandan pakai lipstick semerah itu buat liburan, tapi waktu itu aing ikutnya dadakan pas bawanya cuma lipen menor itu doang jadi apa boleh buat daripada nggak pakai lipstick ya mending menor aja. Outfit saya hari itu cuman kemeja putih, celana kulot pink, sama jilbab pink juga. Sepatu pakai putih karena nyesuaiin sama baju, aslinya mau pakai sendal karena toh ini ke pantai tapi lagi-lagi karena dadakan jadi saya nggak sempet nyiapin sandal. Trus bawa tas biru gede supaya mirip Dora muat banyak karena ini perjalanan lumayan jauh dan seharian pula. Di tengah ada sobat saya Mila yang lebih tua dari saya umurnya tapi nggak nikah-nikah juga, wkwkwk. Trus ada Dian sohib kentel saya dari pertama masuk kampus, dan disusul Emi yang potojenik di setiap posenya. Kami semua satu kelas dari masuk kuliah.

Mulai kumpul jam enak pagi di kos Mila buat barengan berangkat dari sana. Demi tidak ditinggal saya udah bangun sejak sebelum subuh dan mandi jam lima. Dandan buru-buru - tapi teteup stunning kan ya - trus cuzz ngumpul dan ternyata saya yang pertama dateng karena yang lain ngaret. Siaulnya kebiasaan di sini tuh ya ngaret tadi yang saya buencik. Mbok ya kalo sepakat jam enak ya jam enam teng kalau perlu kurang udah sampai. Pada akhirnya seluruh personil liburan squad baru lengkap pukul tujuh pagi dan langsung berangkat ndak selak cuaca memanas. Perjalanan akan memakan waktu sekitar tiga sampai empat jam tergantung kelancaran arus, maka saya siap-siap akan bobo aja nanti kalau bosen di jalan. Dari Solo, kami mengambil arah ke timur karena akan menuju Jawa Timur. Pokoknya jalan ke Pacitan tuh lurus aja nggak banyak beloknya, tanpa maps juga daerah ini mudah didatangi, tinggal ikutin papan penunjuk arah yang biasa ada sebelum lampu merah bisa sampai. Di tengah perjalanan, kami sempet berhenti karena ban mobilnya bocor di radius kurang dari lima meter sebelum tukang tambal ban mangkal. Curiga nggak sih? Tapi untung driver-nya jago jadi bisa ganti ban mobil sendiri tanpa perlu nambalin. Trus lanjutin perjalanan deh.

Pantai pertama tujuan kami adalah Watukarung, dan untuk menuju ke sana ternyata jalannya ngeri bingit karena kami salah masuk dari belakang. Harusnya lewat Pacitan kota dulu tapi kami malah belok sebelum waktunya jadi kayak nlusup lewat jalan pintas yang medannya sulit gitu. Untung sampai dengan selamat di tujuan. Begitu sampai, jam sudah menunjukkan pukul sebelas, jadi total perjalanan kami memakan waktu empat jam. Sampai, makan dulu dan baru akan jalan-jalan menyusur pantai.

Watukarung ini pantainya berpasir putih, tipikal pasir pesisir yang beda sama pasir hitam di tepi pantai selatan rumah saya di Jogja. Saya nggak tahu mulainya dari mana ya, tapi seluruh pantai di kota saya Bantul tuh pasirnya item. Mulai dari pantai yang lebih barat di Kulonprogo juga hitam. Tapi begitu masuk wilayah Gunungkidul pantainya udah pasir putih semua, entah peralihannya di pantai mana. Nah pantai di Pacitan juga berpasir putih. Butirannya gede-gede tapi nggak tajem jadi aman untuk berjalan-jalan telanjang kaki. Pantai Watukarung ini merupakan destinasi wisata di Pacitan yang belum terkenal banget gitu jadi wilayahnya masih bersih, belum banyak pengunjung juga. Pada kunjungan ke Pacitan tahun lalu saya sempet ke Soge, pantai yang di pinggir jalan raya itu udah rame banget dan nggak seasri di sini. Tapi emang Soge udah lebih dulu tersohor dibanding pantai lain di Pacitan, terutama di kalangan anak-anak touring. Sebabnya mungkin karena lokasinya yang dekat jalan raya ya jadi banyak yang lewat dan mampir.


Di Watukarung, kami berjalan-jalan sepanjang pantai lalu naik ke semacam perbukitan gitu. Untuk naik ke bukit yang dipenuhi tanaman hijau dan di atas ada gardu pandang buat ngelihat ke bawah sudah disediakan tangga semen. Naiklah kami semua. Dari atas pemandangan pantainya lebih baguss, dan udaranya jadi sejuk walau saat itu tengah hari bolong yang puanas pol. Bukit ini ujungnya nggak kayak tebing gitu jadi tidak curam, so akan aman kalau kamu mau berjalan agak ke tepi, asal jangan trus loncat ke bawah aja. Duduk-duduk sebentar di atas, baru kami turun lagi lewat tangga yang sama. Sampai di bawah nantinya kami akan melanjutkan perjalanan ke Pantai Srau. Perjalanan dimulai jam setengah dua dari sini, dan paling cuma lima belas menit sudah sampai ke Srau.


Tarif retribusi untuk masuk ke Pantai Srau adalah Rp. 5.000 saja per orang. Kalau Watukarung tadi nggah tahu berapa soalnya dibilang kami salah masuk nggak lewat gerbang depan. Maap yaa jadinya ngga bayar retribusi, so sorry. Srau ini lokasinya berdekatan dengan Watukarung dan saya udah pernah kesini sebelumnya. Tapi sekarang bedaa, jadi lebih cantik. Pantainya udah dibenahi, kalau dulu cuma ada pasir dan laut aja plus semacam gardu buat duduk-duduk pengunjung di tepi pantai, sekarang udah dibangun lagi jadi lebih lengkap. Dikasih jalan setapak dan sebagainya gitu, termasuk tangga buat turun ke pantai dari gardu yang di tepi dan memang dibuat lebih tinggi. Saya tidak tahu pantai ini rawan abrasi atau tidak, tapi sepertinya gardu dan jalan setapak dibuat untuk jadi semacam benteng ata bendungan juga agar air laut tidak sampai jauh ke tepi. Di sini anginnya lumayan kenceng, lebih tenang pas di Watukarung tadi. Tipikal pasirnya masih sama, putih juga tapi di Srau ini lebih gede-gede butirannya dan bercampur batuan kerikil serta cangkang-cangkang binatang laut kecil yang terbawa ke tepi. Pantai Srau punya banyak karang di salah satu bagian, dan banyak ikan-ikan kecil berhabitat di sana. Sekilas mirip Nglambor di Gunungkidul, tapi di sini enggak bisa dipakai snorkeling karena lebih cetek. Bobok-bobok siang di atas pasir bebatuan kecil sambil ngeliat ke arah laut yang ombaknya berdebur membasahi karang, seru juga loh, liyer-liyer gitu. 

Baca juga: Piknik!

Kami di sini tidak terlalu lama, setelah main air sebentar sekitar satu jam kemudian sudah bersiap-siap akan pulang. Itu sekitar jam tigaan dari Srau, jadi sampai Solo lagi pasti udah malem nanti. Sebelum ngomongin balik, cerita dulu ya soal outfit of the day saya hari itu. Pas dikasih tahu dress code-nya pakai putih, awalnya saya berniat pakai long dress dan bawa topi atau payung, wkwkwk. Tapi batal karena pakai dress akan ribet - kecuali bawa dan ganti di lokasi. Jadi pakai kemeja dan celana aja. Kemejanya pakai yang tipis dan nggak gerah, trus celananya kulot supaya bebas bergerak, kalau pakai jeans kan sumpek tuh. Jilbabnya pakai bahan katun yang adem - kalau nggak salah itu namanya Maxmara jenis kainnya - dan gampang dipakai nggak gampang kusut atau melorot. Biasanya saya pakai jilbab segiempat gini langsung aja, tapi tips hari ini untuk pakai jilbab dalam perjalanan panjang biar lebih awet rapi pakai daleman di baliknya. Daleman atau ciputnya saya pakai yang rajut biar nggak kenceng di kepala, jadi nggak bikin pusing kalau dipakai lama. Sepatu pakai yang bertali biasa, sebenernya itu nggak nyaman karena ada heels-nya di dalem. Saya salah sepatu, harusnya kalau nggak mau sandalan ya sepatunya yang teplek atau sneakers aja biar nyaman. Baidewai kacamata bunder yang di atas itu punya Hervi, ngga tahu kenapa aing pakai *untung dia nggak lagi belekan*. Kacamatanya unyu ya jadul gitu :*. Buat liburan lebih praktis pakai satu backpack gede yang muat semua barang, tapi tidak ada salahnya membawa satu tas kecil yang asik dibawa mejeng. Backpack-nya tinggal di mobil aja, dan bisa diambil isinya kalau pas perlu.

Foto di atas diambil di Srau, sekarang udah dibangun juga tangga ke atas mirip jalan ke bukit - atau apalah namanya - yang di Watukarung. Pantai Srau ini tidak seluas Watukarung, tapi nggak sempit-sempit amat juga kok. Di tepinya, lurus mengikuti jalan setapak yang saya pijak itu banyak kios pedagang-pedagang dan parkiran. Pulang dari Srau kami mampir di Wonogiri buat makan bakso.  Warung baksonya lupa namanya apa, itu loh yang kiri jalan dari arah Pacitan, udah masuk Wonogiri kota jadi udah setelah lewat Pracimantoro. Untuk makan bakso di sini cukup sediakan uang kurang dari Rp. 20.000 aja udah dapet makan dan minum. Porsinya lumayan kok apalagi kalau pesen bakso komplit jadi kenyang. Sampai Wonogiri sebelum Maghrib, trus jalan dari sana jam tujuh malam. Sampai Solo jam delapan jadinya. So, jadi segitu saja cerita perjalanan liburan sama sama squad ke pantai di Pacitan. Ada yang sudah pernah ke sana juga? Atau ada ide untuk destinasi liburan di tempat lain? Share ya di kolom komentar. terimakasih :).

Sabtu, 21 April 2018

[Review] Maybelline Fit Me Concealer Shade 20 Sand

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Saya punya masalah cukup serius dengan kantung mata yang besar dan gelap. Saking gede-gedenya jadi keliatan kayak dompet dan gelapnya seolah saya habis begadang tiga malam. Padahal saya cukup tidur lho sekarang, jadi mungkin karena faktor lain makanya kantung mata ini bermasalah. Pernah baca di Korea apa di Japan gitu, kantung mata malah jadi tren kecantikan lho sampai banyak cewek-cewek yang rela operasi plastik demi punya kantung mata buatan. Aneh-aneh aja ya, kalo saya sih ogah begitu. Kantung mata saya yang gede ini, kayaknya pengaruh dari mata saya yang belo juga. Sebenernya kalo saya pasang muka datar enggak senyum dan tanpa ekspresi gitu, kantung mata ini tidak seberapa kelihatan. Iya sih gelapnya nampak tapi nggak parah-parah banget kayak kalo sekalian bengkak gitu. Tapi nih begitu saya senyum apalagi ketawa, langsung deh itu kantung mata jelas sejelas-jelasnya. Dulu saya nggak terlalu peduli soal ini sebenernya. Tapi sekarang setelah diperhatiin hampir di semua foto lama saya tuh kantung matanya keliatan mengganggu karena gede dan gelap, makanya saya jadi ingin menyamarkannya. Sebagai informasi, saya udah pakai serum perawatan kulit seputar mata juga lho dalam rangka mengatasi persoalan kantung mata ini, cuman nggak keliatan efeknya. Jadi saya tetap perlu produk makeup di samping skincare untuk mengkamuflase kantung mata. Saya sempat coba berbagai jenis produk concealer, mulai dari yang stick sampai cream, tapi itu failed. Entah saya yang kurang jago mengaplikasikannya atau memang kualitas produknya kurang baik, pokoknya hasilnya tidak cocok untuk menyamarkan kantung mata saya. Perlu diingat, yang dikerjakan concealer adalah menyamarkan warna gelap di kantung mata ya bukan bentuknya. Tapi asal coverage-nya bagus dan warna kantung mata sama terang atau lebih terang dibanding area kulit lainnya, maka kalo di foto bentuknya nggak akan terlalu kelihatan kok ;).

Hari ini, di Hari Kartini saya akan me-review satu produk concealer andalan sejak dua bulan lalu yang sejak beli langsung saya sukain. Pokoknya produk ini akan membuat mata terbebas dari kegelapan karena habis gelap terbitlah terang. Selamat Hari Kartini semua wanita Indonesia! Mari kita sambut hari depan yang cerah tanpa gelayutan kegelapan apalagi di kantung mata. Jadi apakah produknya? Maybelline Fit Me Concealer! Saya punya yang shade 20 Sand. Bukan apa-apa milih shade-nya ini, sebabnya serba kebetulan karena waktu itu warna terang yang tersisa tinggal ini jadi ya saya ambil aja yang ada. Langsung saja ya setelah banyak bertele-tele di atas sekarang mari kita simak review-nya!


Dikemas dalam tube mini yang imut, produk ini tidak dilengkapi box di luarnya. Jadi langsung aja gini. Saya lupa waktu beli ada plastik pembungkusnya enggak, tapi yang jelas dari tutup ke badan tube ada sticker nama produk yang sekalian jadi segel kok. Ini buat memastikan tube-nya belum pernah dibuka sebelumnya saat kita beli. Tube-nya super simpel, cuma ada sedikit keterangan melingkupinya. Ringan abis, ini cuma 6,8 ml isinya. Lebih sedikit dibandingkan beberapa isi lip cream ya? Tapi yang bikin ringan menurut saya bukan cuma karena isinya yang sedikit, melainkan juga karena material tube-nya enggak berat. Beda sama Fit Me Foundation-nya yang berbotol kaca, concealer ini kayaknya berbahan plastik ya tube-nya. Btw Maybelline ini brand luar, tapi udah terdaftar BPOM di negara kita kok. Ada nomornya dicantumkan bareng expired date produk.

Tutupnya ulir dan gampang banget dibuka. Kalo ditutup tuh dia langsung ngepas gitu loh sama posisi awalnya tadi jadi label segel yang udah kepisah kalo ditutup jadi seolah nyambung lagi. Saya tuh perfeksionis anaknya *wkwk* jadi kalo nutup produk juga harus sempurnah. Fit Me Foundation yang saya punya dari Maybelline juga tuh nutupnya kadang nggak pas sama posisi awal kalo nggak dipas-pasin dulu. Nah balik ke concealer, di balik tutup udah terpasang aplikator bawaannya buat pick dan aplikasi produk. Sorry banget di foto aplikatornya blur, saya fokusin fotonya ke shade soalnya. Mau foto ulang udah males jadi biarkan ya aplikatornya nampak tidak jelas. Bentuk aplikatornya mirip sama aplikator buat lip cream, bisa bayangin kan? Berujung kuas doe foot gitu yang agak lancip dan lembut, enak dipakai buat ngoles produk.


Teksturnya creamy, lumayan kental tapi nggak padet. Ini tuh jenisnya liquid concealer ya. Sekali pick dari kuasnya saya udah bisa dapet jumlah yang cukup untuk meng-cover area bawah mata dua-duanya. Shade 20 Sand warnanya seperti di foto, light beige gitu dan kalau udah dibaur jadi lebih soft warnanya. Dibaurnya gampang kok ini. Biasanya saya pakai concealer nggak cuma untuk nyamarin aree kantung mata ya gais, tapi buat nge-highlight wajah juga biar keliatan lebih berdimensi. So, saya gunakan juga di tulang hidung, dahi dan dagu yang mau dibuat lebih menonjol. Untuk fungsi ini makanya saya suka warna concealer yang lebih terang dibanding foundation. Warna yang lebih terang juga akan lebih maksimal dalam menyamarkan dark eyebag. Sekarang kita lihat hasil pemakaiannya di wajah saya. Sebelumnya maaf sekali ya tidak ada foto before - after-nya. Deuh soalnya saya tidak sempat foto-foto dulu di antara waktu dandan *kata lain dari pemalas*. Tapi kalau mau lihat before-nya, scroll ke atas itu ada foto saya yang before makeup.

Nah ini udah dandan lengkap dengan pakai concealer juga. Saya pakainya tipis doang tapi ya jadi sepertinya kurang meng-cover. Tapi itu udah lumayan banget kok menyamarkan kantung mata saya. Saya udah coba pakai lebih tebal lagi dan hasilnya lebih bagus, cek deh di instagram buat lihat hasilnya. Secara keseluruhan sih saya suka sama Maybelline Fit Me Concealer ini. Produknya creamy, mudah di-blend - I using blender sponge - dan coverage-nya cukup bagus. Oh iya pas sudah beberapa waktu dia juga enggak creasing jadi tetap stay dengan bagus. So, saya suka <3! Nah, mau nyoba juga pakai  Fit Me Concelaer? Kamu bisa dapetin produknya di semua counter-counter Maybelline di kotamu ya! Terimakasih sudah baca review hari ini dan semoga bermanfaat :).

Price: Rp. 109.000
Rate: 4,5/5
Pro's:
+ teksturnya creamy dan mudah di-blend
+ nggak creasing
Con's:
- isinya dikit boo

Kamis, 19 April 2018

[Review] Maybelline Fit Me Foundation Matte+Poreless Shade 222 True Beige (Beige Vrai Fond De Teint)

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Setelah pada review sebelumnya saya ngebahas foundation Maybelline yang Dewy+Smooth, sekarang sodaranya nyusul nih. Maybelline Fit Me Foundation Matte+Poreless akan saya review sekarang. Ini belinya udah dari bulan lalu, barengan sama banyak produk Maybelline lainnya juga *ouoh aku sungguh cinta Maybelline akhir-akhir ini <3*. Udah dipakai berkali-kali produknya, dan akhirnya nge-review sekarang. Beberapa hari ini ngomong-ngomong, iklan foundation Maybelline yang Matte+Poreless ini lagi sering banget nongol di tivi. Berarti memang lagi hits kan produknya? So, mari kita langsung mulai saja.


Saya udah lama nggak pakai foundation karena memang nggak punya. Udah pernah cerita kayak gini sih tapi saya ulangi lagi wkwk soalnya biar lebih banyak nulisnya. Dulu pernah punya foundation dari produk lokal, tapi trus malah nggak dihabisin karena saya beralih lebih gemar pakai alphabet cream gitu sebagai complexion product. Tapi kemudian saya jadi penghobi nonton youtube. Nah dari sekian jinah video yang ada di platform kecintaan umat manusia abad ini tersebut, yang paling sering saya tonton ya video makeup tutorial. Dari seluruh makeup tutorial yang saya pantengin nyaris tiap hari itu, semuanya selalu menyebut-nyebut foundation setiap kali akan dandan. Jadilah saya kepingin beli foundation lagi. Saya memang gitu orangnya, gampang kepinginan -_-. Singkat cerita saya belu foundation baru. Lupa gimana asal usulnya kok jadi nyantol ke Maybelline tapi pokoknya beli itu. Belinya langsung dua sekaligus karena memang saya tertarik sama dua varian foundation-nya. Mau baca review satu foundation di antaranya yang udah saya terbitkan lebih dahulu? Nih saya sertakan link-nya.



Maybelline Fit Me Foundation Matte+Poreless yang saya punya ini shade-nya 222 True Beige. Tadinya sebelum beli saya ngincer yang shade 220 sebenernya. Shade 220 itu saya nemu pas ngecek warna apakah yang cocok di kulit saya pada website-nya Maybelline, dan udah saya cobain tester-nya di counter juga ketika milih. Shade 220 tuh udah fix ngepas banget di warna kulit saya. Saya menilainya nggak cuma dengan swatch di punggung tangan aja tapi udah nyoba di leher sampai rahang juga. Cuma sayang seribu sayang, pas udah selesai milih dan menentukan pada mbak BA-nya, mbak saya mau warna 220 ini gitu, ternyata shade tersebut malah lagi kosong. Sial kan -_-'. Terus saya ditawarin mau maju ke shade yang lebih terang atau beralih ke yang lebih gelap aja. Nyoba-nyoba lagi, trus jadilah ngambil shade yang lebih gelap walau asli itu kegelapan di muka saya. Apalagi ditambah foundation ini oxidize. Mbak BA-nya udah ngasih tahu di awal kalau nanti warnanya akan sedikit menggelap. Tapi sampai di situ saya masih oke. Mikirnya waktu itu, toh daripada keterangan mending lebih gelap nanti bisa ditambahin pake bedak yang terang. Lagipula shade yang lebih terang tuh keputihan banget pas saya coba jadi yaudahlah fix ambil yang shade 222 lebih gelap.

Kemasannya sama persis kayak yang Dewy+Smooth. Yang membedakan cuna warna tulisan di botolnya dan keterangan yang tertera. Matte+Poreless ini bertemakan warna hijau - kalau Dewy+Smooth lebih ke silver pink - dan deskripsi produknya sedikit lain. Di tutup botol hitam masih dikasih keterangan nomor dan nama shade dalam cetakan yang gede mudah dibaca. Sisi lain tutup juga dikasih sticker nama produk. Tapi di badan belingnya label-label yang tertempel beda. Sama-sama ada tumpukan label yang ditempel jadi satu gitu tapi tidak ada sticker ingredients yang menyegel hingga ke tutup. Perbedaan lainnya? Silahkan cari sendiri saja, saya sedang males mencarikan. Pokoknya di seputar botol foundation ini ada keterangan produk yang penting-penting, gitu wis. Entah kenapa nggak dibikin plek sama yang Dewy+Smooth, padahal kan seru jadi keliatan kembaran gitu. Di foundation yang Matte+Poreless ini juga dikasih keterangan tambahan dalam bahasa Prancis soal nama produknya. Jadi ada tulisannya fond de teint sebagai istilah lain foundation, dan shade-nya bernama lain Beige Vrai dari semula True Beige. Foundation ini ditujukan buat kulit normal to oily ya, dan bolak balik saya bilang jenis kulit saya kombinasinya kering campur minyakan, trus saya tidak bermasalah dengan jenis foundation yang diperuntukkan bagi kulit apa saja.

Tutupnya masih ulir dan di dalemnya minus aplikator, jadi langsung berhadapan dengan mulut lebar botol. Tekstur foundation ini cenderung lebih kental dibanding yang satunya jadi lebih sulit dituang alias tidak gampang tumpah. Warnanya seperti itu tuh yang shade True Beige ini, kecoklatan dengan warm undertone. Warna itu tuh tidak nyambung dengan warna kulit saya dimana saja, karena coklatnya cenderung kemerahan sementara kulit saya itu lebih ke hijau kayaknya setelah saya amati sekarang. Jadi kalau dipakaiin warna ini keliatan aneh. Cuma nanti akan saya akalin pas makeup, tenang saja gais.

Tuh kan keliatan nggak nyambungnya setelah diratain. Walau saya bilang shade ini lebih gelap ketimbang warna kulit wajah saya, tapi di tangan kelihatan lebih terang, soalnya kulit punggung tangan saya emang lagi gelap sis lebih gelap daripada muka *anak motor*. Eh ini warna sebelum oxidize ya, kalau udah mengelap jadinya kemerahan bukan seputih ini. Walau foundation-nya bertekstur kental, tapi dia tetap mudah diratakan. Cuman cepet banget nge-set-nya jadi matte jadi harus segera diratain begitu kena kulit biar nggak keburu kering. Di awal saya pakai foundation ini sempat ada rasa panas menyerang, tapi sekarang udah nggak lagi. Entah dulu itu kenapa, mungkin karena waktu itu kulit saya lagi sensitif. Ini full coverage hasilnya, jadi cukup banget menutup noda-noda gelap yang ringan dan warna kulit tidak merata. Lumayan nyamarin pori juga kalau pakainya tebel lebih dari satu layer. Cuman kalau untuk kantung mata, saya lebih suka tetap menambahkan concealer sesudahnya. Sekarang, yuk lihat hasilnya pas udah dipakai makeup di wajah saya!

Di sini makeup-nya udah saya set pakai two way cake yang shade-nya lebih terang dibanding foundation sehingga hasilnya lebih manusiawi. Saya pakai foundation-nya sampai ke leher btw, untuk menghindari ketidakmerataan warna. Di foto hasilnya kelihatan dewy ya makeup-nya? Aslinya si foundation beneran matte kok, apalagi pas udah di-set pakai bedak. Itu keliatan kinclong karena dewy buatan dari highlighter yang saya pakai banyak-banyak. Saya pakai foundation ini se-layer aja, dan coverage-nya udah cukup bagus. Di bawah mata memang masih keliatan gelapnya eyebag tapi, dengan foundation ini saja memang belum mampu menutupi. Apalagi kantung mata saya bukan hanya gelap tapi juga gede, jadi memang susah di-cover.

Ini saya pakai lumayan lama, dan bagus daya tahannya. Di area kulit saya yang berminyak hasil matte-nya halus dan kalau kena keringat juga nggak jadi cakey. Cuman sayang karena matte, di area kulit saya yang memang berjenis kering foundation ini jadinya cracking. Paling kelihatan di smile lines saya, jadi bergaris gitu. Saya udah coba ngatasin hal tersebut dengan pakai oil base sebelum makeup, maksudnya biar kulit yang kering jadi lebih lembap dan nanti tidak bergaris saat dipakaiin foundation. Lumayan ngefek sih jadi mungkin cara ini patut dicoba. Foundation-nya tahan lama, nggak gampang ngegeser ataupun luntur. Bagus sih bikin makeup awet, tapi nanti bersihinnya harus super maksimal ya supaya tidak ada lagi sisa foundation yang tertinggal di kulit. Secara keseluruhan, saya lumayan suka sama foundation ini, tapi kayaknya harus nyari shade lain deh ;). Okay, sampai di sini dulu review hari ini, semoga bermanfaat ya :)!

Price: Rp. 149.000
Rate: 3/5
Pro's:
+ coverage-nya bagus dan poreless
+ tahan lama
Con's
- matte-nya cracking di area kulit kering
- saya salah shade

Selasa, 17 April 2018

[Cerita Kenangan] Beauty and The Bis

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Prolog:
Tadinya label ini memuat perjalanan hidup saya mulai dari kisah yang saya ingat ketika kecil. Maunya sih jadi urut kayak buku biografi pribadi gitu. Tapi baru sampai bab tiga kok udah sulit nerusinnya ya? Soalnya nggak semua peristiwa masa kecil bisa saya ingat berurutan. Jadi mulai sekarang saya bikin pos cerita kenangan ini memuat hal-hal yang saya alami yang sudah terlewat - ya banyak kisah masa kecil lah - tapi ngga harus urut seteratur bab-bab dalam buku gitu. Ini akan memuat cuplikan-cuplikan cerita saya aja. Selamat membaca :).

PS: Senengnya nulis pos berlabel ini tuh, nggak banyak istilah asing yang musti saya tulis ;P.

Beauty and The Bis

Dari kecil, saya nggak pernah suka naik bis. Soalnya saya mabukan anaknya. Bukan mabuk minuman keras tentu melainkan mabuk darat kalau naik kendaraan roda empat dan lebih. Oke, kita asumsikan saja bis karena itu yang saya angkat menjadi topik tulisan hari ini. Jangankan untuk naik bis dalam perjalanan jauh ya gengs, baru lihat bis saja saya sudah pusing-pusing dan mual. Kayaknya memang ini berlebihan, tapi saya yakin banyak orang lain yang ngalamin hal sama. Nah, sebelum saya tidak suka naik bis, tentu saya punya pengalaman traumatik yang menyebabkannya. Pengalaman pertama naik bis dalam perjalanan jauh yang bisa saya ingat jelas adalah waktu piknik sekolah dasar. Kalo nggak salah saya kelas lima waktu itu. Sebelum itu saya pasti sudah pernah naik bis juga tapi nggak ingat kejadian lengkapnya jadi saya abaikan saja.

Bisa saya ingat, pagi-pagi kamu semua murid kelas lima dan enam dikumpulkan di halaman depan sekolah. Harinya entah apa waktu itu tapi kami mengenakan seragam khusus dari sekolah yang berupa paduan kemeja kotak-kotak biru putih dengan bawahan rok atau celana biru gelap. Hampir semua murid tampaknya bersemangat akan pergi piknik. Beberapa anak ditemani walinya yang menunggu di tepi halaman, sementara sebagian lainnya memilih mandiri. Saya? Sekeluarga ikut piknik karena ibuk saya tuh guru di sekolah dasar tempat saya sekolah dan sedang menyelenggarakan agenda piknik tahunan bagi murid-muridnya. Di halaman depan kami semua diberi pengarahan nanti jalannya piknik akan seperti apa, mau jalan ke mana dulu, pembagian tempat duduk di bis, jadwal makan, peraturan tempat duduk dan sebagainya, yah yang kayak gitulah disampaikan. Sesudah selesai, langsung kami semua diarahkan menuju bis.

Saya sadar banget kalau saya ini udah pusing melihat bisnya. Lupa dulu bisnya dari perusahaan apa dan spesifikasinya kayak gimana - di foto kurang terlihat jelas, tapi itu bis gede yang buat pariwisata gitu lah. Apalagi waktu naik dan mencium aroma tempat duduk dalam bis. Aroma karet yang kuat, membuat perut serasa diaduk dan langsung mual. Tapi saya sok kuat aja, sambil ketawa-ketawa naik bis sambil ngobrol dengan teman-teman. Waktu itu belum jaman pakai masker kemana-mana jadi saya tidak menggunakannya untuk menutup hidung dan mulut. Padahal kalau ada mah bisa banget mencegah saya mencium aroma bis yang memualkan. Biar tidak kelihatan anak manja banget saya memilih duduk bareng dua teman sekelas, di bangku deretan tengah yang kursinya muat bagi tiga orang. Anggota keluarga saya entah pada duduk di mana, kayaknya di depan bareng guru-guru.

Sopir mulai menjalankan bis, dan saya amat bersyukur semua baik-baik saja. Sebelum naik bis juga udah dikasih Antimo dan dibekalin jeruk buat dimakan atau dicium kulitnya kalo pusing *ntah ide dari mana ini*. Kami semua bersemangat mau segera menuju lokasi wisata - kalo nggak salah keraton Jogja waktu itu lokasi pertama, trus nanti disambung ke museum dirgantara dan jelang pulang mampir ke taman Kyai Langgeng yang masa itu sedang hits. Di awal perjalanan, saya masih oke. Nggak jadi pusing plus mual karena keasyikan ngobrol dan makan permen. Tapi di tengah perjalanan, bencana dimulai. Tetiba saja saya mulai pusing-pusing, trus mual juga. Sudah saya coba tahan dengan ambil nafas panjang dari mulut, lepaskan. Gitu terus beberapa kali biar aroma bis nya nggak terlalu kehirup lewat hidung yang makin memperparah mabuknya. Tapi akhirnya aing nggak tahan, jadi muntah deh. Parah pokoknya sampai ditolongin sama pak penjaga sekolah yang ikut piknik juga. *Ibuk saya entah kemana malahan waktu itu.*

Akhirnya dipindahkan ke tempat duduk di depan, dikasih minyak angin dan kantong kresek *wkwkwk*, trus syukurlah perjalanan ke tujuan wisata pertama sudah mau sampai. Begitu sampai lokasi, ganti seragam dengan pakaian bebas di dalam bis - karena seragam saya kena muntahan - trus turun dari bis, seketika langsung lenyaplah segala gejala pusing mual perut seperti diaduk itu. Saya sehat sekejap mata. Pokoknya begitu menjauh dari bis langsung lah saya segar bugar seperti tidak pernah mabuk kendaraan sama sekali dan bisa ikut acara piknik dengan gembira. Heran kan? Berpindah ke tempat wisata-tempat wisata selanjutnya menggunakan bis yang sama, tetap pusing tapi lumayan enggak muntah karena jaraknya tidak terlalu jauh dan saya terus-terusan menghirup aroma minyak kayu putih biar aroma bis nya tidak menusuk penciuman. Pikniknya cukup menyenangkan waktu itu, saya sempat naik rolled coaster mainan di taman dan beli dua boneka pas mau balik. Pulangnya tetep mabuk lagi sampai lemes karena parah banget tapi begitu sampai rumah juga udah sehat lagi.

Itu ketika SD. Sejak saat itu saya menyimpan trauma terhadap bis. Tapi pas SMP, saya menghadapi ironi lain. Jadi saya disekolahkan ke SMP yang jauh dari rumah alih-alih yang dekat bisa ditempuh berjalan kaki. Dari seluruh teman-teman sekelas di SD, cuma saya yang SMP nya lain sendiri. Bahkan sekampung saya cuman saya seorang waktu itu yang sekolahnya beda. Diskriminasi ya? Tapi itu dilakukan atas dasar saya mendapat pendidikan lebih berkualitas di sekolah yang lebih bagus. Good job! Untuk sampai ke sekolah baru, saya mau tidak mau haris naik kendaraan umum a.k.a bis. Soalnya nggak ada yang luang untuk antar jemput, naik sepeda tidak memungkinkan medannya karena naik turun - w tinggal di gunung, dan waktu itu belum jaman ada ojek online. Jadi moda transportasi saya satu-satunya hanyalah bis. Itu juga pilihan sebagian besar siswa pada masa itu. Bukan bis segede bis pariwisata, tapi yang lebih kecil standar angkutan umum. Mari kita sebut angkot saja biar mudah dipahami. Mulai dari saat pendaftaran, saya diajarin ibuk ke sekolah naik angkot. Jarak dari rumah saya ke sekolah tuh sekitar lima belas menit naik angkot, jadi perkirakan sendiri berapa kilometernya. Pusing dan mual? Pasti. Tapi nggak sampai muntah karena cuma lima belas menit sampai. Berangkat pulang jadi setengah jam. Lumayan bisa ditolerir. Eh iya, waktu itu tarif naik angkot cuma seribu rupiah per anak jauh dekat. Murce sekali kan :).

Tiga tahun saya naik angkot melulu, mau tidak mau tumbuhlah saya menjadi lebih kebal bis dan hidung sudah tidak terlalu peka mencium bau bis, dari kursi aroma karet sampai aroma solar bahan bakarnya. Sejak itu saya udah lebih berani naik bis ke lokasi-lokasi yang lebih jauh. Ke rumah temen naik bis, bolos sekolah kabur naik bis, dan lain sebagainya dan seterusnya tanpa mengalami mabuk. Tapi nggak sampai keluar kota. Trus kejadian nyambung ke masa dewasa saya. Lulus kuliah D3 saya sempat bekerja di luar kota. Jauuh dari Jogja, saya berlokasi di Tangerang. Waktu itu pas udah selesai masa kerja, mau pulang kampung. Naik kereta kehabisan tiket, naik pesawat sayang mahal, jadi apa boleh buat saya terpaksa beli tiket bis. Sempet takut mabuk karena itu jauh banget dan pasti belasan jam perjalanan. Saya belum pernah naik bis sejauh itu soalnya nggak yakin apakah bisa kuat dan udah lama nggak naik bis bahkan jarak dekat juga. Sebelum pulang itu berangkatnya dulu naik kereta yang aman. Pernah naik mobil juga tapi ngga sampai sejauh pulang kampung. Terakhir pas jaman kuliah pernah naik bis lima jam ke Purwakarta dan mabuk juga karena itu jauh, macet, dan bisnya nggak nyaman. Sebelum itu pernah juga ikut rombongan kondangan ke luar kota naik minibus yang sopirnya amatiran jadi suka ngerem ngaget dan memabukkan. Intinya saya masih nggak suka bis apalagi untuk perjalanan jauh. Tapi hari waktu di Tangerang itu nekat wong kepepet daripada nggak bisa pulang kampung.

Berangkat dari Tangerang jam dua siang, sampai terminal Jogja jam setengah tujuh pagi dengan tiga kali berhenti di terminal yang dilewati di jalan dan singgah di rest area. Berangkat saya udah minum dua butir Antimo, maksudnya biar di jalan bisa molor aja tahu-tahu sampai. Udah sedia masker juga yang sebelumnya dituangin minyak kayu putih aromatherapy biar bisa mengakomodasi ketidaksukaan saya akan aroma bis wahaha. Tapi ternyata saudara-saudara, dua butir Antimo tidak ngefek apa-apa. Mata saya tetep seger sampai lewat area Bandung - kalo nggak salah. Di rest area minum dua butir lagi karena sebelum berhenti mulai pusing-pusing. Masih nggak ngefek. Malah semakin nggak ngantuk dan mulai pusing mual menyerang. Jadi di perjalanan saya minum dua butir lagi, total jadi enam Antimo yang saya telan. Gile, orang lain harusnya udah teler tapi saya tetep melek dan sadar sampai tiba di tujuan. Itu udah mualnya bertambah, kepala pusing muter-muter karena jalannya belak belok, nahan supaya nggak muntah karena takut nggak ada yang ngurusin soalnya di bis nggak ada penumpang lain yang kenal. Capek banget tapi tetep nggak bisa tidur. Trus sampai tujuan, turun dari bis udah lumayan lega. Bisa bawa koper sendiri dan gendong tas jalan sampai luar terminal ke lokasi penjemputan, udah sehat lagi sampai di tahap ini. Pulang ke rumah beres-beres masih juga sehat - tidak ada rasa kantuk sama sekali sungguh Antimo tidak berefek. Habis itu malah saya berani naik motor pergi facial, lumayan jauh jaraknya dari rumah. Naah, pas di tempat facial ini malah ketiduran nyenyak. Entah karena Antimo nya baru ngefek atau karena facial-nya enak (?), pokoknya saya ketiduran waktu itu dan baru sadar pas dibangunin mbak kapster yang mau bersihin masker. Wagelaseh itu mah.

Sampai hari ini saya belum pernah naik bisa jarak sangat jauh lagi. Sejak perjalanan bis yang menghabiskan enam Antimo itu saya jadi ogah ngebis lagi. Heran juga kenapa itu Antimo tidak berefek selama perjalanan. Apakah mungkin saya sudah terlalu resisten akibat waktu kecil keseringan minum Antimo pas naik bis? Tapi nggak sesering itu juga deh saya waktu kecil naik bis dan minum anti mabuk. Entahlah. Pokoknya sejak pengalaman naik bis di atas saya jadi nggak ngebis lagi dan tetep tidak suka bis. Naik taksi onlen sering, tapi pasti tidak sejauh perjalanan Tangerang - Jogja. Eh pernah ding belum lama ini buat ke luar kota tapi Alhamdulilah sekarang udah nggak mabukan lagi saya. Jadi...mungkin walau tidak jadi suka tapi saya udah nggak anti bis lagi sekarang :)!

Minggu, 15 April 2018

[Tips & Tutorial] Mauve On Me Makeup

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Sebenernya saya ada banyak mencoba-coba sejumlah makeup look sejak akhir bulan lalu. Foto-fotonya juga banyak. Tapi yang saya foto produknya cuma satu, lainnya engga karena dulu niatnya bukan mau dibikin makeup tutorial. Jadi akhirnya sisa foto-foto yang buanyak itu lebih banyak saya upload di instagram saja, yang masuk blog satu sesi doang. Jadi sekarang saya sedang memulai lagi rubrik tutorial di blog ini. Itu labelnya memang gandengan sama tips, tapi in real life saya bebas nulisnya mau bareng, tips aja, atau tutorial aja. Orang cantik mah bebas, oke? Dulu banget, di awal-awal saya ngeblog rubrik semacam ini pernah saya adakan tapi trus nggak lagi. Sekarang saya bikin ulang tapi dalam format baru yang sedikit berbeda. Perbedaannya apa? Nggak usah dijabarkan, akoh sedang malas menjelaskan karena lelah. Jadi kita langsung aja ke topik pokok hari ini, tutorial makeup. Sorry nanti foto-fotonya enggak per tahap ya karena memang tidak disiapkan. Kelihatan saya sedang tidak niat? Sedikit. Niat sih ada niat, cuma memang dulu tidak memikirkan sejauh ini mau nulisnya jadi fotonya enggak prepare banget. Mulai saja yak!


Tema makeup kali ini adalah mauve on, yang nantinya pas udah jadi akan terlihat warna-warna dominan di muka saya tuh yang berunsur mauve. Pas mulai dandan sih nggak ada niat mau bikin look begini, tapi hasilnya begini yaudah judulnya saya sesuaiin aja. Di sini ada tiga belas produk yang saya gunakan. Huhuhu kok angka tiga belas sih T_T, semoga dandanan ini tydac bikin sial. Eh untung jadi lima belas ding kalo ditambah pakai pelembap dan lip balm, hahaha. Produk yang saya pakai ini campur-campur, nggak one brand dan nggak local product atau import product semua. Di situ produk yang tersedia enggak aneh-aneh kok, kebanyakan basic aja yang rata-rata orang juga punya dan mudah ditemukan di tempat belanja makeup terdekat. *Ya ini opini sih dan basic produk makeup itu sanat relatif tapi kurang lebih begitu.* Toh saya memang belakangan lagi ngurangin jumlah makeup - walau abis itu nambah lagi - jadi produk yang dipakai juga tidak terlampau buanyak. Produknya nggak usah dijelasin satu persatu ya? Nanti aja sambil jalan ke tutorial-nya, so kita ke langkah pertama setelah pelembap dan lip balm.


Di sini saya pakai dua primer sekaligus. Primer-nya dari produk lokal yak, yaitu Makeover. Saya punya dua primer ini tuh udah lama banget, tapi ngga habis-habis juga rasanya. Soalnya memang dulu ini jarang dipakai sih, saya cuman seneng belinya doang waktu itu. Dua primer ini adalah produk korektif gitu, namanya Makeover Corrective Base Makeup. Saya ada dua warna, yang Greenish atau hijau dan Cyanite yaitu ungu. Dulu saya punya tiga primer sebenarnya dari Makeover, satunya hydration serum gitu yang dipakai sebelum corrective base dan itu termasuk favorit jadi lebih sering saya gunakan dan sekarang udah habis. So, saya tinggal punya dua primer ini dari Makeover. Eh ngomong-ngomong, Makeover baru launching primer terbarunya lho tapi saya blom nyoba. Oke, sekarang kita bahas dulu soal dua corrective base makeup yang saya kenakan di awal makeup ini. Kemasannya tuh tube hitam dengan tutup flip top, trus isinya bertekstur kayak lotion dengan warna sesuai namanya yang udah saya sebut tadi. Nggak terlalu kental tapi juga nggak encer banget, keduanya punya konsistensi yang sama di tekstur. Gampang banget diratain dan cepat meresap ke kulit, ini tuh kayak pakai pelembap gitu aja rasanya. Mungkin memang karena ini juga mengandung moisturizer di dalamnya. Yang ijo saya pakai di bagian hidung dan pipi karena klaimnya warna ini berfungsi menyamarkan kemerahan, sementara yang ungu buat wilayah dari dahi, pelipis, rahang dan dagu, hingga ke leher. Yang ungu ini fungsinya mencerahkan ya. Sebagai primer, kedua produk ini cukup baik membantu kulit agar lebih siap dibubuhkan makeup, mereka bikin kulit lebih lembap dan halus gitu. Tapi sayang, sebagai base korektif keduanya nggak terlihat memberi efek di kulit saya. Jadi yaudah gitu aja, akhirnya saya anggap mereka ini primer biasa. Sekarang lagi saya pakai terus keduanya setiap makeup, karena biar cepet habis ;P. Ini udah lama banget soalnya, takut keburu mubazir kadaluwarsa.

Lanjut ke produk ketiga di langkah kedua, yaitu complexion. Di sini saya menggunakan Maybelline Super Cushion Ultra Cover BB Cushion yang shade Sand Beige. Produk ini belinya bulan lalu barengan sama foundation dari Maybelline juga yang udah saya tulis review-nya kemarin. Saya baru pertama kali ini punya bb cushion *telat gawl gue*, tapi first impression sih boleh juga. Coverage-nya bagus si bb cushion dari Maybelline ini, mungkin karena saya belinya yang varian ultra cover. Sekali tap dari aplikatornya aja udah nutup banget. Mirip-mirip foundation juga hasilnya. Ini finish-nya nggak matte, agak dewy gitu tapi bukan yang basah banget. Shade-nya kurang pas sama warna asli kulit saya, rada keputihan gitu padahal ini udah pilih shade yang gelap. Cuman ntar pas udah di-set pakai bedak warnanya lebih pas kok.


Selanjutnya saya masih pakai concealer. Coverage dari bb cushion tadi sebenernya udah bagus, cuman saya masih perlu tambahan produk untuk lebih menyamarkan kantung mata dan memberi dimensi ke kulit karena concealer yang saya pakai warnanya lebih terang dibanding bb cushion. Concealer-nya dari Maybelline juga, ini yang Fit Me Concealer shade 20 Sand. Kemasannya tube kecil dan isinya kayak dikiit banget sampai saya khawatir bakal cepet habis kalau keseringan dipakai. Ini bagus hasilnya di saya dan saya sukaa concealer-nya. Saya pakai produknya di bawah mata, tengah dahi, tulang hidung, dan dagu aja. Pick produk pakai aplikator yang tersedia trus blend deh dengan sponge sampai merata.

Terus, saatnya saya masuk ke tahap contouring karena saya baru punya juga produk contour dan highlight baru (masih) dari Maybelline. Ini yang Maybelline V-Fave Duo Stick shade Medium. Jadi dalam satu kemasan ada dua produk gitu berbentuk stick. Satu berwarna coklat moka, lumayan creamy dan mudah diaplikasikan sebagai contour. Trus satunya lagi putih gading shimmery gitu sebagai highlight tapi sayang ini lebih keras teksturnya dan susah di-apply. Karena produk ini bukan powder, jadi saya pakai buat contouring dalam buat warna coklatnya. Sekarang saya udah lumayan jago dan pede ngekontur muka - nggak cuma hidung doang. Pakainya mulai dari dahi, bawah tulang pipi, hidung, sampai dagu. Warna coklatnya tuh nggak terlalu gelap jadi pas banget ditempatkan seolah-olah sebagai bayangan. Pigmentasi warnanya juga oke yang coklat ini. Highlighter-nya btw kurang pigmented, sayang. Dan nggak saya gunakan di tahap ini karena bakal ketutup sama setting powder nanti, jadi diaplikasikan belakangan aja walaupun bentuknya stick.

Next, saya pakai Makeover The Boss Babe Palette. Dari palette, saya ambil two way cake-nya buat setting powder. Ini yang Perfect Cover Two Way Cake shade Maple ya. Trus pakai Blush On Single yang shade Passion Pink dari dalemnya juga. Lanjut pakai dua warna coklat dari matte eye shadow-nya, shade VIP Pass sama Stilleto yang bisa banget dipakai untuk bikin gradasi warna alis yang terlihat natural. Trus buat eye shadow beneran saya pakai palette lain ya, enggak ambil dari sini.


Eye shadow-nya pakai Inez Natural Palette Eye Shadow. Saya ambil warna Natural Peach buat seluruh kelopak mata, ini warnanya coklat tembaga gitu, shimmery. Trus ditumpuk dari tengah sampai outer pakai warna matte Ruby yang di palette keliatan kayak coklat tanah gitu tapi pas diaplikasikan jadi ada unsur mauve-nya, dan dikombinasi pakai warna Mandarin buat inner corner hingga bagian bawah mata. Jadi dari sinilah tema makeup-nya mulai terbentuk.

Lanjuut, tahap berikutnya saya pakai Makeover Contour Kit yang bentuknya pressed powder buat melapisi duo stick tadi. Contour kit yang ini warna coklatnya rada kemerahan dan superb pigmented jadi harus hati-hati ngambilnya jangan sampai kebanyakan diaplikasiin nanti muka jadi kayak bergaris. Warna highlight-nya btw juga failed, sama sekali nggak kelihatan di saya. Produk ini bukan baru dibeli ya, saya punya sudah lama jadi udah hafal pigmentasi warnanya. So, saya pakai highlight dari duo stick dulu baru di-coat dengan highlight yang dari contour kit ini tetapi masih kurang nampak juga. Terakhir saya lapisin lagi jadinya pakai eye shadow dari Inez lagi yang warna Gold Shimmer. Ini bagus banget warnanya, keemasan dan berkilau abis sangat cucok sebagai highlighter apalagi warnanya super duper pigmented never failed. Aah saya suka banget! Pakainya banyak-banyak biar terang benderang muka saya, apply di tengah dahi, tulang hidung, tulang alis, atas bibir, sampai ke pipi di atas blush on dan dagu. Saya jadi super bersinar-sinar memukau.

Langkah berikutnya, pakai eyeliner atas bawah dan maskara. Produknya Pixy Perfect Eyeliner Black dengan aplikatornya yang kaku jadi memudahkan pemakaian buat bikin cat eye sederhana. Lalu pakai Maybelline - banyakan produk makeup saya sekarang Maybelline - The Magnum Volum Express Waterproof Mascara tebel-tebel karena saya nggak pakai bulu mata palsu. Maybelline tuh sejauh ini merupakan merk maskara paling megang yang pernah saya coba. Varian maskara yang saya pakai ini ngebantu banget bikin bulu mata jauh lebih tebel. Trus buat waterline saya pakai Wardah Eyeliner Pencil White supaya kesannya mata lebih belo. Pakainya usai maskara supaya menutup sekalian kalau ada coretan maskara dari bulu mata bagian bawah yang nempel ke area waterline.

Terus, saatnya masuk ke makeup bibir. Kali ini saya menggunakan Silkygirl Long Wearing Lip Liner yang shade 01 Nude untuk mengilusi bibir saya supaya terlihat lebih besar dan tebal. Biasanya saya overdraw begini enggak pakai lip liner sih tapi karena sekarang punya ya dipakai lah. Terakhir ulaskan Pixy Lip Cream 01 Chic Rose sebagai pewarna bibir. Lip matte ini warnanya nude mauve pink gitu, sengaja saya pilih karena nyesuaiin sama makeup mata.

Taraa! Beginilah hasilnya? Terakhir enggak pakai setting spray karena pas bikin look-nya belum punya setting spray. Gimana menurut readers semua? Look-nya nggak terlalu bold, tapi cukup serius untuk dipakai ke acara resmi. Buat hang out aja juga nggak masalah sih sebenrnya karena toh nggak super tebel dan wow makeup-nya. Nah, sekian dulu ya makeup tutorial yang saya tulis hari ini. See you again semua :)!