Rabu, 31 Januari 2018

[Empty] First January!

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Saya udah konsisten bikin pos dengan label empty dan fully loaded sejak tahun pertama saya nge-blog. Lalu sebenernya apa tujuan saya nulis pos kayak gini setiap bulan? Awalnya cuma karena mau pamer sih, hahaha. Maksudnya nunjukin bahwa ini lho produk-produk yang saya pakai. Trus dulu juga di awal saya bikin daftar belanja setelah ngumpulin semua produk habis. Tapi daftar belanja ini nggak jalan pada akhirnya sehingga saya hapuskan dia dari muka bumi. Jadi hingga sekarang pos berlabel empty dan fully loaded - ini dibagi dalam dua naskah - isinya yaitu produk habis saya dan produk baru yang dibeli atau didapat. Dengan nulis kayak gini, saya jadi tahu apa aja produk yang saya miliki, juga membantu melihat produk apa saja yang benar-benar saya pakai dan mana yang nggak cocok atau yang jarang digunakan. Juga termasuk produk apa yang saya dibuang, bisa karena habis, sudah tidak layak pakai, keburu udah expired, atau malah dikasih orang karena di saya nganggur.

Bulan ini ada sejumlah produk yang udah tinggal wadah kosongnya aja. Eh saya itu tipe orang yang selalu ngabisin produk hingga tetes terakhir lho. Tentu saja ini berlaku untuk produk yang saya pakai, kalo yang enggak ya lain lagi. Sayangnya engga semua bisa saya share hari ini. Soalnya gini, saya kan bolak balik Solo - Jogja, dan saat ini lagi di Solo jadi ada sebagian produk habis yang ketinggal di Jogja. Oke ngga pa pa, hari ini kita liat aja dulu empty yang ada. Nanti yang ketinggal akan saya susulin belakangan di update bawah - daripada bikin part dua. Mulai aja yes!


Dove Total Damaged Treatment Shampoo @70 ml
Saya udah ngabisin botol gedenya juga - ketinggal di rumah - dan disusul botol ekonomis ini. Masih selalu suka sama shampoo dari Dove sih. Enak wanginya, berbusa banyak, dan habis dibilas rambut nggak jadi kusut kaku tapi tetap lembut. Sayangnya nih saya agak boros kalau pakai shampoo botolan karena jadi ngga bisa menakar satu kali pemakaian ngeluarin produknya seberapa. Belanja bulan depan saya masih akan bertahan dengan Dove untuk shampoo-nya, tapi mau mempertimbangkan beli kemasan yang nggak seukuran ini biar bisa tahan sebulan. Soalnya kalau pakai yang tujuh puluh mili begini nggak cukup buat saya pakai hingga sebulan. Ini aja baru beli awal Januari kemarin tapi udah kosong aja sekarang - ini pun udah ditambah pakai yang kemasan gede.

Dove Total Damaged Treatment Conditioner @70 ml
Sama seperti shampoo-nya, saya juga suka sama conditioner ini. Pakainya dari tengah ke ujung rambut aja, soalnya kalau dipakai dari akar takut menimbulkan ketombe dan malah bikin rambut atas saya lepek. Kalau dipakai dari tengah sampai bawah efeknya adalah melembutkan sisi kaku rambut saya yang memang ada di area itu. Biasanya saya pakai conditioner lebih sedikit dari shampoo karena pakainya nggak ke seluruh bagian rambut, jadi lebih lama habisnya conditioner ini dibanding shampoo. Pas shampoo-nya udah dosis terakhir sampai botolnya saya gojakin air, conditioner-nya masih cukup melimpah untuk ditaruh di atas kepala saya.

Purbasari Hand & Body Lotion Zaitun @100 ml
Kemasan kecil, dulu rencananya pas beli bakal dibawa kemana-mana buat dipakai saat butuh dan efisien dibawa dalam pouch. Cuma pada prakteknya ini kadang saya tinggal juga nggak dibawa-bawa terus. Dibawa kalau memang perginya cukup lama dan tempatnya membutuhkan kekuatan pelembap seperti lokasi magang saya. Belakangan saya kerjanya di ruang AC terus, pakai lotion ini sebenernya cukup membantu untuk menjaga kelembapan kulit saya, tapi kadang lupa re-apply walau udah dibawa :(. Selain buat dipakai di luar ini saya gunakan di kos an juga kalau lagi males pakai yang gede, hahaha. Makanya cepet habis. Bulan depan kayaknya nggak mau beli kemasan kecil lagi deh, lebih simpel dan hemat kalau beli yang gede sekalian.

Purbasari Lulur Mandi Zaitun @135 gram
Ini saya pakai nggak teratur, kadang bisa rajin luluran dua kali seminggu tapi kadang hingga tujuh hari lebih mager buat gosok-gosok badan. Tapi kalau lagi pakai deodorant, saya gunakan ini tiap mandi untuk ngilangin sisa deodorant-nya. Cuman ya, saya juga nggak setiap hari pakai deodorant sekarang karena kadang males - ah kok malesan gini sih :S - jadi ya pakai lulurnya juga ngga sering-sering amat. Walau gitu lulur ini termasuk cepet habisnya, dan bulan depan saya berencana bakal giat luluran jadi mau beli kemasan lebih besar.


Hada Labo Shirojyun Ultimate Whitening Face Wash @20 gram
Sejak bulan ini saya punya dua face wash jadi Hada Labo ini punya teman seperjuangan. Masih suka sih sama seri Shirojyun, tapi jujur aja saya nggak ngamatin efek whitening dari produk ini, termasuk lotion dan milk-nya. Sekarang setelah face wash ini habis, saya masih pakai face wash dari Dove jadi belum akan beli lagi. Sama lembutnya kok. Nanti kalaupun udah habis dan mau beli lagi, masih menjadikan Hada Labo pilihan utama kok tapi ngga seri Shirojyun lagi, saya lebih prefer ke Gokujyun-nya yang basic, yang super lembap aja tanpa tambahan fungsi macam-macam.

Hada Labo Shirojyun Ultimate Whitening Milk @20 ml
Milk tuh selalu produk yang paling lama habis dibanding face wash maupun lotion. Mungkin karena pakainya ngga perlu banyak-banyak sih ya. Sebotol kecil ini isinya memang keliatan dikit tapi lama lho habisnya. Saya tadinya dapat kiriman starter pack seri Shirojyun tapi lalu beli lagi sendiri jadi punya dua pack. Sekarang itungannya udah habis satu pack plus satu face wash, masih punya dua botol lagi jadinya masing-masing berisi lotion dan milk yang saya taruh di rumah.

Ellips Vitamin Hair Mask Hair Treatment @20 gram
Satu sachet saya gunakan satu kali. Beda sama conditioner, ini saya pakainya ke seluruh batang rambut. Nggak ada beda rasanya sama pakai conditioner aja, mungkin karena saya pakainya gitu doang oles-oles tanpa di-steam. Jadi yasudah nggak ada kesan apa-apa pas pakai hair mask-nya. Klaim produknya sendiri buat menutrisi rambut rusak, tapi di rambut saya yang pernah kena proses kimiawi rasanya biasa aja. Aromanya enak sih hair mask ini, tapi sayang nggak tahan lama.

Ellips Hair Vitamin Hair Repair 1 strip @1 ml
Ini lebih baik dibanding hair mask-nya, saya lebih suka. Membantu menjaga kelembutan rambut saya lebih bertahan setelah kering dari keramas. Cuman sayang banyak nyampah ya jadinya kalau pakai hair vitamin per kapsul kecil-kecil. Saya pernah ngamatin kapsul ini meleleh kalau udah lama kena udara luar, jadi mungkin bisa cepat diurai di tanah, tapi tetep aja banyak nyampah. Jadi mungkin saya akan beralih ke kemasan lain nanti seumpama beli hair vitamin lagi.

Dove Deo Lotion Whitening Original Light & Smooth @9 gram
Saya nggak terlalu obsessed mutihin kulit wajah atau tubuh, tapi masih kepo banget sama persoalan mutihin keti. Mangkanya setiap beli deodorant pasti milihnya yang whitening, hahaha. Sayang Dove ini walau kelihatannya meyakinkan tapi ngga efektif, ketek aing ngga putih-putih -_-'. Cuman suka wanginya yang awet banget dan berasa bikin lembut kulit ketiak. Yang nggak suka selain nggak efektif mutihin - mencerahkan aja enggak lho - adalah susah dibersihkan. Kalau misalnya setelah pakai deodorant ini seharian terus mandi pakai sabun pun, di keti masih terasa ada kesat-kesat sisa deodorant. Makanya saya selalu pakai scrub untuk mengangkat residu deodoran ini. Kalau nggak, mungkin nggak masalah sih cuma saya merasa nggak nyaman aja seolah pori-pori kesumbat terus gitu. Baidewai, deo lotion ini hemat lho say, walau cuma sembilan gram isinya tapi lama habisnya.

V10 Plus Hydrating Series Serums @2 ml/sachet
Di sini cuma saya tunjukin dua varian serum karena sisanya ada yang udah dibuang - kayaknya - dan ada juga yang di rumah. Punya tiga varian dari seri hydrating dan saya suka ketiga-tiganya. Sama-sama enak dipakai, cair dan cepet meresap ke kulit, bikin terhidrasi gitu loh kulit wajah saya. Satu sachet bisa dipakai hingga dua atau tiga kali kalau pakainya dikit-dikit. Seger banget :). Tapi sayang karena kemasannya sachet super mungil, jadi kalau produk ini mau dipakai beberapa kali agak rawan nyimpannya jangan sampai tumpah.

V10 Plus Water Based Peeling Facial Mask @2 ml/sachet
Eh saya baru nyadar lho kalau di belakang nama peeling ini ada tambahan facial mask-nya. Maksudnya apa coba? Khan ini bukan produk masker coy. Ini adalah peeling dalam bentuk non scrub yang biasa saya pakai sebelum serum-nya. Suka sama peeling ini sih karena gampang dipakai dan nggak sakit di kulit. Tapi kemasan sachet-nya bikin rada repot, bakal lebih enak kalau dibotolin gitu. Soalnya kalau sachet, mana kecil-kecil pula, susah nyimpennya suka nyelip, dan kalau habis sukar saya kumpulin semua juga kemasan kosongnya. Ini cuman segini yang kefoto sekarang. Masih ada yang di rumah sih, besok saya susulin deh.

Blender Sponge
Ini semacam unbranded sponge gitu, belinya di toko dekat tempat praktek dokter gigi saya. Waktu itu beli karena pingin nyobain versi murah Beauty Blender, hahaha. Untungnya walau ini bukan sponge merk berkelas tapi enak dipakainya. Empuk dan pori-porinya kecil, jadi lembut buat ngeratain dan ngga terlalu banyak nyerap produk. Saya biasanya pakai ini dalam kondisi kering untuk aplikasi produk complexion semisal bb atau cc cream. Tapi pernah juga pakai basah pas waktu itu belum kering pasca dicuci tapi saya udah butuh makeup, hahaha. Untung masih nyaman juga. Suer ini sponge murah tapi enak. Oh iya, selain produk complexion cream - dan cream blush dari lipstik :'D, saya pernah pakai ini buat aplikasi loose powder juga lho. Tetep masih oke, nggak jadi tebel juga aplikasinya walau nggak seringan saat pakai kuas. Trus kalau memang sekeren itu sponge-nya, kenapa sekarang saya masukin di empty - maksudnya mau dibuang enggak dipakai lagi? Soalnya ini udah lama saya gunakan, sudah sering kena berbagai warna produk sampai dicuci sukar bersih sempurna hingga kembali ke warna semula - udah pakai segala macam sabun dari sabun kesehatan sampai sabun cuci piring berlemak yang pakai jeruk nipis tapi nihil juga hasilnya - dan rada bocel-bocel kena kuku saya :(. Sedih deh mau pisah sama blender sponge ini, tapi wahai sponge kamu akan menjadi kenangan indah bagique karena telah menemani berdandan sampai tidak layak pakai lagi :'(.

Nah sudah selesai segitu empty produk-produk saya yang ada di kos. Besok saya update buat tambahan produk habis yang ada di rumah. Ngomong-ngomong rada ribet ya begini, kalau produknya bertebaran di dua tempat gitu. Saya mulai berangan-angan memboyong semua produk ke kos lagi  -terutama skincare yang lebih sering dan banyak digunakan - dan kalau pulang ke rumah bawa dalam pouch aja, dikarenakan saya tuh lebih sering tinggal di kos. Tapi ntar deh saya pikir lagi. Hari ini sekian dulu ya nulisnya, mau nonton gerhana bulan dulu :D. See you!

Update 04 Februari 2018
Hai lagi, hari ini saya update beberapa produk habis yang kemarin belum masuk. Langsung aja ya!


Ovale Micellar Cleansing Water
Nyaris sama seperti awal empty di atas, cuma ini dalam ukuran lebih besar dan ketambahan satu produk yaitu micellar water dari Ovale. Jujur saya kurang suka sama produk ini, nggak ada kesan apa-apa gitu selama pakai. Tadinya mau ditulis review tapi terus males foto-foto sampai produknya habis jadi yasudah deh batal nulis review-nya.


Quaker
Ini oatmeal yang saya pakai sebagai scrub, hehehe. Enak juga lho digunakan, dan hasilnya terasa sebersih pakai scrub instant. Yang saya kurang suka cuman baunya, agak-agak gimana gitu bikin mual. Apalagi kalau dipakai scrubbing bentuknya yang mirip bubur nambah bikin eneg, tapi ya saya bisa toleransi kok selama pakai itu. Saya punya resep bikin scrub pakai oatmeal ini loh, nanti saya taroh link-nya di bawah.

Baca juga: [DIY] Oatmeal Face Scrub

Caplang Minyak Ekaliptus Aromatherapy Lavender & Minyak Kayu Putih VP
Saya tuh demen pakai minyak kayu putih habis mandi. Biar anget aja mulanya walau lama-lama saya jadi suka sama aromanya. Dua-duanya saya suka, dan kemarin dipakai selang seling aja sampai habis.

Udah, selain yang saya tulis di atas cuma tinggal produk-produk yang sama habisnya. Ada peeling sama serum juga tuh dari V10 Plus yang kali ini saya bisa kumpulin tiga varian lengkap serum-nya. Itu udah saya pakai dari Desember dan baru habis bulan Januari. Ngomong-ngomong, ada yang bisa jelasin ke saya nggak peeling dari V10 Plus ini termasuk kategori physical atau chemical exfoliators?

Nah, sekian dulu update dari saya. Mau potongin kuku dulu nih. Saya tuh udah lama nggak pernah main-main ngurus kuku semisal pakai kutek polos atau bikin nail art gitu. Sejak jarang kutekan itulah saya juga ngga pernah manjangin kuku sampai terlalu ekstrim. Memang ditumbuhin dikit sih tapi cuman semili atau dua milimeter maksimal. Meskipun bisa dibilang pendek, kemarin itu kuku jempol saya somplak. Apes kan, padahal saya nggak habis nyuci atau apapun yang membahayakan kuku. Jadi sekarang saya potong pendek-pendek aja deh. See you!

Sabtu, 27 Januari 2018

[Review] LT Pro Long Lasting Matte Lip Cream Shade 03 - Warna Nude Asik Untuk Daily Makeup

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]


Ada yang udah familier sama brand LT Pro? Belum? Brand ini adalah lini professional dari La Tulipe. Nah udah tahu kan ya kalo La Tulipe ;). Merk ini udah lama banget ada, sejak jaman saya SD aja iklannya udah tercetak di majalah-majalah jadul - yap jaman itu belum ada beragam social media tempat beriklan kayak sekarang. Nah di masa kini, kedua merk satu pabrik tersebut sama-sama udah makin berkembang pesat seiring peradaban yang kian maju. Salah satu buktinya adalah mereka mengeluarkan produk lip cream. Ya ya ya oke lip cream udah nggak kenceng trennya di tahun ini, tapi saya punya dua produk lip cream dari dua merk di atas dari tahun lalu. Satu udah saya review dahulu, sementara yang satunya belum juga dan baru akan saya review sekarang. Mudah-mudahan nggak over telat yaa. Selamat membaca review LT Pro Long Lasting Matte Lip Cream shade 03!


Warna nude di tahun ini saya rasa masih banyak penggemarnya. Nyatanya masih bertebaran instagram stories ciwi-ciwi bergincu nude dengan caption 'no makeup makeup', dan di toko-toko juga masih laku dijual berbagai lip color warna nude. Demamnya sih udah sejak tahun lalu dan bahkan tahun sebelumnya juga kayaknya. Ini dimulai juga dengan waktu itu tren lip cream yang muncul dengan berbagai shade, dan di dalam serinya pasti ada lah warna nude diselipkan. Terus nude mulai dilirik jadi primadona deh oleh para lip cream junkie. Selain lip cream, berbagai lipstick juga jadi terkenal karena warna nude dalam serinya. Saya termasuk yang demen juga sama warna nude waktu itu dan sempet beli beberapa lip cream maupun lipstik dari berbagai merk dengan nude color. Sekarang sebagian lip cream nude saya udah abis, kering, atau patah jadi nggak dipake, dan akhirnya tersisa LT Pro ini yang masih nyaman digunakan.

LT Pro Long Lasting Matte Lip Cream dikemas dalam tube kotak gendut dan pendek, beda deh sama kemasan-kemasan lip cream lain yang rata-rata panjang ramping dan bentuknya tabung. Walau kotak tapi sudut-sudut sikunya nggak tajem, ini dibikin tumpul jadi nggak beresiko melukai. Nah bentuk square dari LT Pro ini jadinya unik dan nggak pasaran. Waktu beli nggak ada box-nya, langsung ke tube lip cream dilapisi plastik pembungkus. Seluruh keterangan produk kalo nggak salah ingat ditulis pada plastiknya dan sayang udah saya buang dari dulu jadi saya ngga bisa kasih keterangan soal deskripsi maupun bebahanan yang terkandung dalam lip cream ini. Maaf dan silahkan cari sumber lain yaa. Tube-nya sendiri berbahan plastik tebal - atau akrilik ini disebutnya, bening di badan dan silver yang kinclong untuk tutupnya. Saya sudah banget ngambil foto tube ini tanpa memantulkan bayangan pada tutupnya. Iya, saking kinclongnya jadi kayak cermin. Menurut tata cara yang saya baca dari sono sini sih disarankan bikin mini studio pakai kardus biar hasil foto ngga kayak cermin. Tapi jelas saya terlalu sibuk malas untuk membuatnya, jadi cara tersebut enggak saya ikuti. Pakai cara lain ambil foto dari sudut tertentu yang lensa kameranya jauh dari depan objek, tapi malah hasilnya aneh dan miring-miring semiring kesialan nasib percintaan saya jadi akhirnya yaudahlah pasrah aja di foto ada pantulannya.

Yang saya beli adalah shade 03 karena waktu itu tester yang tersedia ngga lengkap dan saya asal pilih aja. Kebetulan memang lagi nyari warna nude dan kayaknya dari seluruh pilihan warna, 03 ini yang nude-nya paling saya suka dari sekali pandang. Warna produk bisa dilihat dari luar tube ya karena tube-nya bening. Di salah satu sisi badan tube ini di-print tulisan merk dengan paduan tinta hitam putih, dan di sisi lain ada kode produksi beserta tanggal kadaluwarsa juga menyertai. Eh ada nomor POM NA-nya juga dicantumkan lho! Kemudian di atas tutup ada logo plus nama LT Pro dalam tinta putih dan di bawah ada angka shade ditulis, tanpa tambahan nama ya. Dan ada nama pabrik beserta netto produk ini. Isinya ngomong-ngomong banyak bingitz, 8 ml girls! Ini banyak lho itungannya dibanding lip cream merk lain yang kadang tube-nya gede tapi dalemnya kopong kebanyakan udara. *Jadi ingat beli chiki-chiki yang plastiknya menggembung segede balon tapi isinya nggak ada sepertiga kemasan.* Selain itu udah nggak ada tulisan atau ilustrasi apa-apa, so simple deh pokoknya. Lip cream dari LT Pro ini memang nggak ribet deh kemasannya, udah ngga pakai box juga ngga pakai hiasan apapun. Buat saya sih oke aja, malahan nggak nyampah kok, bagus.

Tutupnya bisa dibuka dengan cara diulir. Gampang kok tapi sayang kualitas tutup yang saya dapet ini rapuh sekali. Gimana enggak, dalam percobaan pertama dibuka bagian dalamnya langsung copot. Jadi si tutup silver terpisah sama bagian aplikator yang harusnya nempel di baliknya. Di foto ini udah saya usahakan dipasang balik, ya bisa sih tapi ngga kenceng dan kadang-kadang lepas lagi. Ngomong-ngomong kayak gitu tuh bentuk aplikatornya, ya standar aplikator lip cream sih. Bertangkai putih yang sayang jadi keliatan belepotan lip cream dengan ujung meruncing berbantalan lembut atau doe foot. Oh iya, walau tangkai putihnya nggak bisa bersih tapi saya suka kok, warna putihnya bikin belepotannya jadi keliatan nggak terlalu berantakan. Saya lebih suka warna putih gini juga ketimbang item kalau buat tangkai aplikator. Kalau item dan belepotan kesannya jadi nggak cute.

Karena ukuran tube yang pendek, otomatis aplikatornya juga ngga bisa panjang-panjang sepanjang sapu Harry Potter. Tapi saya malah suka yang pendek gini kok karena mudah dipegang dan meminimalisir lip cream tercoret tidak rapi kalau misalnya tangan tremor pas makai. Kalau kepanjangan kan kadang suka bikin tangan gemeter susah diposisikan stabil. Ujung bantalannya juga saya suka, lembut banget teksturnya - entah berbahan apa kayak bulu-bulu handuk gitu - dan gampang dipakai untuk meratakan produk. Dengan aplikator enak kayak gini, saya bisa bikin tampilan lip cream yang diulaskan jadi rata dengan bentuk presisi sesuai dengan keinginan dan nggak beleberan keluar jauh dari garis bibir. Kadang kalau pakai aplikator bertangkai panjang kan suka susah untuk bikin garis yang nggak melenceng karena tangan meganginnya jauh dan nggak stabil. So, pokoknya saya suka sama aplikator model LT Pro ini :*.

Isi lip cream ini creamy sesuai namanya dengan sedikit aroma manis cup cakes berpendar. Teksturnya kental dan warnanya keliatan pekat pas dicolek. Shade 03 warnanya nude brown. Pas di-swatch di tangan pigmentasi warnanya langsung oke. Sekali oles mampu membuat garis berwarna tegas semacam di foto. Untuk bikin swatch itu saya cuma butuh dua kali celup lho. Begitu dioles nggak ada kesan basah, ini langsung keliatan semi matte dan sebentar aja udah berubah jadi matte. Kecepatan nge-set-nya mengagumkan. Ini ada untungnya buat yang suka dandan cepet-cepet dan ngga mau terlalu lama nunggu lip cream kering. Tapi minusnya ada di hasil matte yang kering banget. Keringnya nggak sampe yang retak-retak hingga mencengkeram bibir sih, ini masih cukup nyaman menurut saya, tapi kalau dipakai dalam waktu lama lumayan bikin bibir terasa kering ketarik. Maka ingatlah selalu untuk oleskan lip balm sebelum pakai lip cream ini agar kelembapan bibir selalu terjaga.

Dengan pigmentasi warna yang kuat, lip cream ini mampu menutup warna asli bibir saya waktu digunakan. Coverage-nya juga mantap untuk melukis garis palsu di luar garis tepi asli bibir saya. Yha saya kan masih demen pakai lip cream overdraw mengingat bibir saya yang kecil. Biar keliatan gede makanya setiap pakai lip cream - dan lipstik juga segala lip color lain - selalu dilebihin ngegaris luarnya. Hasil overdraw lips saya jadi terlihat alamiah alias nggak pelsong dan cakep. Baidewai, pada penasaran nggak lihat hasil pakai lip cream ini di bibir saya?

Ini saya pakai dua layer ya. Nggak terasa tebel nggedibel kok. Hasilnya di bibir saya kayak gitu, jadi seperti ada bias orange batanya. Saya sebenernya kurang suka segala jenis warna oranye di bibir karena oranye tuh warna hangat yang mana kurang cucok untuk kulit dingin saya. Tapi sekarang saya udah jauh lebih toleran sih, terkadang warna oranye bisa cocok juga kok di kulit saya asal dipasin sama keseluruhan makeup-nya. Kalau oranye dari lip cream ini nggak terlalu kuat, samar aja dan bukan oranye jreng jadi masih fine di kulit saya. Jadi warna fix-nya adalah coklat nude sedikit keoranyean. Di wajah saya nggak bikin pucat sih, masih terlihat kalem tapi tetap tegas. Ngomong-ngomong maafkan muka saya di poto yang nampak klumut dan minyakan, itu akibat ambil fotonya pas sore-sore di bawah mentari redup sehabis hujan dan ngga punya bedak jadi nggak bedakan :(. Rambut juga lepek padahal udah keramas kemarin sore. Ada yang punya tips biar rambut bisa mengembang indah saat difoto? Saya pinginnya bagian atas tuh ber-volume sementara bawahnya lembut. Lha ini malah kebalikan, atas lepek bawah mencuat - padahal kondisioner udah saya konsentrasikan di bawah lho.

LT Pro Long Lasting Matte Lip Cream konsisten banget sama namanya, karena disebut long lasting matte maka hasilnya bener-bener awet matte. Swatch yang di lengan itu, saya biarkan hingga beberapa lama. Dipakaiin jaket, diajak belanja keliling-keliling, sampai cuci piring gelas masih stay aja tanpa luntur sedikit pun. Waterproof ini mah. Digosok juga nggak pudar, berarti smudgeproof ya. Oh iya, pas diusap pakai jari hasilnya halus lho kalau yang di lengan, maksudnya berarti lip cream ini hasilnya alus kalau dipakai di lokasi rata. Kalau yang di bibir disentuh lembut juga sih, cuma ada bagian yang rada mbradul - menggumpal - karena mungkin tadi pas layer pertama belum kering sempurna udah saya tumpuk lapisan berikutnya. Lip cream ini kalau dioles sekali aja sebetulnya hasilnya halus dan merata, tapi kalau lebih tebel kemungkinan bakal menggumpal. Ya, tapi coba aja nge-layer-nya pas lapisan terbawah udah kering bener, mungkin tidak menggumpal :).

Di bibir, saya pakai lip cream ini sekitar 6 jam. Setelah 6 jam digunakan, lip cream ini masih terasa nyaman di bibir saya, nggak terasa kerontang gitu. Ada rasa sedikit ketarik tapi dipakai senyum masih enak. Tadi udah dipakai jalan keluyuran beli barang-barang mevvah khas sosialita hingga belanja detergen Boom andalan anak kos yang cuma tiga rebuan, makan nasi, makan sosis goreng berminyak dan kolesterol tinggi, minum air mineral cap Alfamart langsung dari botol 1,5 liter yang sekarang naik harganya, minum secangkir susu berlemak dalam program menuju gendut, hingga makan apel dan alpukat setoples, masih aja dia awet. Pas minum enggak transfer ke mulut botol maupun tepi cangkir dan pas makan nggak nempel di nasi yang disuapkan. Mungkin nempel dikit sih tapi saya nggak nyadar, yang jelas sehabis makan minum berbagai menu tadi lip cream di bibir saya cuma ilang dikit di tengahnya. Keren parah ini mah long lasting-nya!

Tapi karena kekuatan nempelnya yang sungguh nyata, lip cream ini jadi sukar dibersihkan. Diusap pakai air doang jelas tak kan enyah, digosok juga cuma geser sedikit. dipakaiin milk cleanser kurang kuat, dibersihkan pakai cleansing oil pun masih perlu usaha menyingkirkannya. So, untuk bersihin lip cream ini baiknya bertahap ya supaya bersih sempurna. Kalau saya pertama lap dulu dengan tisu remover - bisa diganti kapas micellar water atau kapas makeup remover - trus dilanjut dengan cleansing oil bilas air dan kalau masih kurang diulangi dengan milk cleanser sekalian membersihkan wajah. Perlukan scrub bibir? Sebenernya dengan tiga langkah tadi warna lip cream ini sudah tak bersisa sih, tapi lip scrub boleh juga setiap tiga hari sekali untuk eksfoliasi sel kulit mati dan sisa pigmen warna tak terdeteksi dari bibir agar bibir sehat selalu dan terjaga warna alaminya.

Kesimpulannya, saya suka sih sama  LT Pro Long Lasting Matte Lip Cream shade 03 ini. Warna nude-nya nggak pucat dan matte-nya awet. Warna begini cocok loh untuk dipakai harian, buat sekedar jalan, ngampus, ataupun kerja. Cuma mungkin kurang ramah dipakai daily karena matte ya. Minusnya long lasting matte ini cuma sulit dibersihkan tapi sulit bukan berarti tidak bisa kan :). Jadi, udah ada yang nyobain pakai  LT Pro Long Lasting Matte Lip Cream juga? Kamu pakai warna sama kayak saya juga atau justru udah ngoleksi semua shade? Atau malah baru tertarik untuk nyoba beli? Yuk cobain juga dan share ceritanya!

Where to buy? Ada di semua konter LT Pro
Price: Rp. 88.900
Rate: 4/5
Notes:
+ pigmented
+ bener-bener long lasting matte
- lumayan ngeringin bibir
- sukar dibersihkan

Kamis, 25 Januari 2018

[Random Talk] Muka Enggak Simetris Kiri Kanan?

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Foto di atas tidak ada hubungannya sama isi posting-an, tapi saya suka hasilnya karena keliatan berseni tinggi jadi saya pasang, hahaha. Itu adalah pemandangan landmark kota Solo dari balik jendela dengan saya yang nampak hitam dan kalah tinggi bersanding dengan tanaman dalam pot. Sengaja dibikin black and white karena kalau berwarna hasilnya nggak secantik itu. Zzzztt -_-. Udah ah basa basinya, ngomongin perbagai hal yang lagi ada di pikiran saya saat ini yuk!

Seperti yang saya tulis di pos sebelum ini, saya lagi magang di BPJS. Seru loh ternyata kerja di sana, walau membuat saya harus melek pagi-pagi dan menghabiskan sepertiga hari untuk bekerja tanpa bayaran. Tapi suasananya sebenernya menyenangkan. Ya itu hanya dari kacamata saya selama empat hari ini magang sih :'D. Mungkin aslinya tidak semenyenangkan kelihatannya kalau beneran kerja di sana karena saya lihat sibuk banget banyak yang harus dikerjakan oleh pegawai tetapnya. Ngomongin kacamata, sekarang saya adalah pengguna kacamata. Jadi gini, sudah sejak bertahun lalu - mungkin sekitar tahun 2011 - tuh saya ngerasa kalau pandangan kurang jelas saat membaca jarak jauh. Tapi waktu itu nggak parah jadi saya cuekin - ini salah ya harusnya dari awal dicek - dan sampai beberapa bulan lalu ngerasa makin ke sini kok pandangan semakin kabur buat baca. Bahkan baca jarak normal pun sekarang kabur buat saya. Baca soal ujian di kertas yang ditaruh di meja depan saya aja itu udah kabur banget sampaia saya harus ambil kertasnya dan baca dekat-dekat. Kalau ngeliat slide power point dari proyeksi proyektor sih masih jelas ya karena itu gede dan terang. Tapi beneran kalau yang deket-deket, semisal saya baca dari laptop dalam jarak pandang normal, swear itu kabur bagai terhalang kabut. Puncaknya kemarin pas saya magang, disuruh ngerjain laporan di depan komputer. Udah deh itu rasanya mata udah nggak enak banget, kabur kalau ngga ngeliat deket, tapi pedih kalau terlalu lama menatap layar dalam jarak dekat. Fix, kayaknya mata saya minus dan udah lumayan parah ini. Jadi sorenya pulang magang, walau secapek apa saya paksain ke optik. Mau beli kacamata jeng!

Deket kampus saya ada optik. Ibuk saya tadinya usuh supaya saya beli kacamata pakai Askes, tapi itu ribet bet jadi saya putuskan untuk tidak menggunakannya, lebih cepet bayar sendiri aja. Segala sesuatu yang dibayar sendiri memang lebih mulus pelaksanaannya dalam hal apapun wis. Pertama sampai di optik, setelah bla bla bla menyampaikan tujuan saya datang, yang dilakukan pegawai optiknya adalah memeriksa seberapa parah tingkat keminusan mata saya. Diceknya pakai alat yang saya lupa nanya apa namanya pokoknya yang kayak memfoto mata dari jarak deket dan dia ngeluarin kertas print mirip nota cetak belanja berisi hasil pemeriksaan. Jadi udah ngga pakai cara lama yang nunjuk-nujuk huruf berbagai ukuran di dinding, itu saya rasa kurang akurat.

Dari hasil pemeriksaan, diketahui kalau mata saya memang minus 1,5 dua-duanya, dengan yang kiri pakai kelainan silindris juga. Padahal kalau diliat-liat mata cantik saya ngga nampak kayak tidak normal lho. Bahkan masukin benang ke jarum aja saya paling jago. Tapi ya inilah kenyataannya. kebiasaan saya baca buku, main handphone dan laptop, dan nonton tv dengan jarak dan posisi kurang tepat bisa jadi adalah sebagian besar penyebabnya. Setelah diketahui hasil pemeriksaan, saya dicobain berbagai lensa kacamata, dengan lensa silindris juga tentunya. Lensa-lensa ini membantu mengoreksi kelainan mata saya. Untuk tahu lebih banyak tentang mata minus dan silindris, silahkan googling sendiri ya. Setelah nemu lensa yang pas untuk penglihatan saya, yang bisa membantu saya melihat dengan jelas dan nyaman, nggak pusing, nggak miring-miring, lalu saya diarahkan untuk memilih frame kacamatanya. Coba, pilih, dan dipasang, trus bayar dan pulang deh. Saya udah dua hari ini pakai kacamata dan masih dalam proses adaptasi. Yang paling nggak nyaman adalah sisi hidung dan atas telinga lama-lama sakit, dan lensanya kadang berembun kena nafas saya atau berminyak kena minyak dari wajah mungkin. Penglihatan memang jauh lebih baik sih, tapi saya belum nyaman banget pakai kacamata sepanjang waktu kecuali pas mandi dan tidur. Satu hal yang juga menjadikan saya belum nyaman adalah, bulu mata kiri saya tuh selalu nabrak bagian dalam lensa padahal yang kanan enggak. Ini entah lensanya yang kiri lebih tebel atau wajah saya bagian kiri yang lebih maju, pokonya si bulu mata nabrak mulu. Kalau lensanya lebih tebel, saya perhatiin enggak juga, sama aja. Dan sejak dulu saya kalau pakai kacamata apapun memang selalu bulu mata kiri nabrak lensa. Panjang bulu mata saya padahal perasaaan sama aja sisi kiri maupun kanan, justru yang kanan lebih lebat malah sekarang. Jadi saya ambil kesimpulan, mungkin memang ini karena wajah saya bagian kanan dan kiri enggak simetris.

Dulu banget jaman SMP, saya pernah baca di majalah remaja kalau wajah manusia memang tidak sama plek kanan kirinya. Waktu itu yang dipakai contoh adalah Paris Hilton, mbak sosialita super duper kaya pewaris tahta Hilton yang sukses membuat saya saat itu iri sama keberuntungannya terlahir borju. Paris Hilton ini punya wajah enggak simetris yang jelas banget perbedaannya. Soal ini saya nggak iri. Saya nggak terlalu serius menanggapi artikel di majalah remaja waktu itu karena memang nggak penting banget juga saya pikirin sebagai anak SMP jaman old. Trus pas SMA saya pernah lihat Syahrini diwawancara. Syahrini ini kalau ngomong pasti sebelah alisnya naik-naik mulu, dan alis kiri kanannya beda tinggi maupun bentuk coy. Deddy Corbuzier juga begitu, alis sebelahnya lebih tinggi, dan wajahnya nggak simetris. Itu contoh-contoh ketidaksimetrisan wajah yang gampang dilihat dari media. Nah kalau saya gimana?

Sulit mengambil foto wajah dari depan lurus, tapi itu udah cukup jelas ya? Saya punya pass photo dari waktu itu pernah foto studio yang angle depan beneran tapi nggak banget dipajang karena keliatan kayak mau nyaleg. Dari foto di atas, keliatan ya wajah saya juga nggak simetris. Sebenernya gini, bagian tubuh manusia antara kiri dan kanan memang nggak sama, tapi itu sebagian besar dipengaruhi oleh massa otot di anggota gerak yang lebih dominan dipakai. Saya yang dominan kanan cenderung punya otot tangan yang lebih gede ukurannya dibanding sebelah kiri, jadi ukuran tangan pun tidak simetris. Kalau wajah, jelas nggak ada perbedaan sisi mana yang lebih dominan ya selama tidak punya kelainan fungsi otot.

Ketidaksimetrisan saya banyak banget. Dari alis dan mata yang lebih tinggi sebelah kanan, pipi lebih tembem sebelah kanan, hingga dagu yang lebih lancip dari sisi kiri (di foto dibalik karena itu pakai kamera depan handphone, susah pakai kamera yang layarnya membelakangi untuk selfie). Persoalan dagu ini kalau menurut saya sendiri kayaknya karena posisi gigi yang belum sempurna dibehel. Tapi alis dan mata ini udah dari lahir gitu. Karena ketidaksimetrisan ini, wajah saya kalau difoto dari dua sisi berlainan nampak beda banget lho. Oh iya, saya pernah baca juga kalau sisi terbaik wajah manusia kalau difoto adalah dari kiri. Dan ini saya buktikan juga lho. Saya selalu lebih pas kalau difoto dari sisi kiri. Bahkan kalau diambil foto setengah-setengah, sisi kiri dan kanan saya saat dibandingkan pasti cakepan yang kiri. Ini menurut saya sih, tapi kebanyakan teman yang saya tanyain juga berpendapat sama dengan foto diri mereka sendiri.

Foto di atas itu dari sisi kiri, pakai kamera depan juga. Lalu, apakah lantaran wajah saya nggak simetris dan cakepan dari kiri lantas saya selalu berpose dari kiri dan enggak mengekspos sisi wajah kanan? Nggak juga. Makeup tetep sama pakainya antara kanan dan kiri, dan beberapa foto saya ada juga kok yang dari kanan walau harus tetep milih pose yang tepat dan berkali-kali jepret untuk mendapat hasil terbaique. Sebenernya wajah tidak simetris adalah normal, jadi ya nggak masalah. Toh tidak mempengaruhi hidup secara signifikan. Palingan yang agak pelik buat saya adalah pas dandan. Ngalis di sisi kanan selalu lebih sulit dibandingkan kiri, hahaha. Saya enggak berusaha nyamain kedua bentuk dan tinggi alis sih, karena ribet dan malah aneh nantinya. Kalau alis kanan saya paksain dibikin sama kayak kiri, malah merubah tampilan wajah saya, aneh lah. Jadi kalau ngalis ya ngikut bentuk alis yang asli aja, serupa tapi tak sama. Udah kalau makeup yang rada pelique itu aja, sisanya so far cukup mudah. Ngomong-ngomong, ada yang mengalami ketidaksimetrisan sama seperti saya? Share yuk ceritanya :)!

Tulisan ini saya buat dengan ngasal aja beragam pemikiran dijadiin satu, namanya juga random talk. Tadinya cuma mau pamer foto-foto yang buanyak di galeri tapi malas posting di instagram, jadi dijejalin di blog :'D. Btw itu di foto ketiga rambut saya yang messy ternyata keliatan keren justru ya, hahaha. Nulis - walaupun random - bermanfaat lho. Kalau bagi saya bikin pikiran lebih lega, otak lebih kreatif, tidur lebih nyenyak, dan hati lebih gembira. Kayak punya kebanggaan tersendiri gitu juga lho. Jadi, yuk nulis juga :)!

[Beauty Talk] Bold Lips Jilid 2

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Sudah beberapa lama absen nulis, ouch! Bukannya malas, tapi saya lagi ada magang kerja ke BPJS. Persiapan awalnya lumayan ribet dan pelaksanaannya udah berlangsung sejak awal minggu ini. Jam magangnya lumayan. Berangkat pagi yang artinya harus bangun lebih awal dan rasanya bikin saya ngantuk terus sepanjang siang, trus pulangnya sore dimana begitu nyampe kos maunya langsung mandi dan tidur. Lelah, untung saya nggak sampe lupa makan -_-. Akibat kesibukan ini *sok yah, hahaha* blog saya jadi terbengkalai. Habis malem udah capek untuk sekedar buka laptop dan kalo disambi pas siang enggak bisa konsen, jadi vakum dulu deh sementara. Hari ini saya lagi ada semangat dikit, bisa deh nulis lagi :). Anyway, kabar baik kan semua?

Berhubung saya sekarang magang, jadi setiap pagi saya bisa dandan untuk ngantor, yihayy! Nah dandanan saya pas magang sih enggak neko-neko, cuman cc cream, blush, eyebrow, sama lip tint doang. Bukannya nggak pingin makeup yang lebih niat, tapi saya kalau pagi terlalu terburu-buru selak telat berangkatnya jadi ya pakai makeup sesimpel dan secepat mungkin. Hari ini saya bukan mau ngebahas soal makeup saya pas magang karena belum sempet fotoinnya, tapi mau bahas gaya dandanan yang udah saya bikin separuh draft-nya minggu lalu. Sesuai sama judul, saya mau cerita bahwa saya sekarang udah punya nyali pakai lip cream warna super bold untuk single use, huahahaha!

Gini ceritanya. Setelah beberapa waktu lalu baru saja ngomongin kalau saya sekarang sukanya dandan yang simpel dan less makeup, mendadak minggu lalu saya berubah pikiran. Saya ingin mencoba makeup yang lebih berani. Yah dandan simpel bukannya cemen, tapi kalau tiap hari begitu-begitu terus look-nya rasanya membosankan juga. Saya nggak langsung yang pakai eye shadow warna solid ke seluruh kelopak mata berikut bulu mata berjumbai-jumbai, tapi mulai dari yang paling mudah, wear a bold lipstick. Cara ini sukses banget untuk bikin tampilan makeup jadi lebih kuat, tanpa perlu nambah elemen produk. Sebenernya trik ini udah pernah saya tulis di pos sebelumnya, tapi waktu itu saya pakainya setengah-setengah. Jadi hari ini saya bikin part dua nya untuk ngebahas lagi gimana penampilan bold lipstick di bibir saya. Produk yang digunakan sebenernya lip cream sih bukan lipstick, tapi penyebutan kata lipstick terasa lebih mudah dicerna jadi saya gunakan.

Baca juga: [Beauty Talk] Wear My Bold Lipstick!

Di sini saya pakai Pixy Lip Cream yang shade 06 Bold Maroon. Produk ini udah pernah saya review lengkap jadi nanti baca aja di sana. Kenapa saya tumben dadakan banget berani pakai warna nekad ini? Awalnya, pagi-pagi saya diajak temen buat ketemu temennya yang lain lagi di sebuah pusat perbelanjaan di Solo. Karena di pusat perbelanjaan biasanya orang cuek nggak akan merhatiin seseorang yang bahkan berdandan weird misalnya, makanya saya jadi berani pakai warna ini. Nggak bakal ada yang nge-bully toh beda sama kalau saya pakai ke kampus. So, I wear this color.

Baca juga: [Review] PIXY Lip Cream All Shade

Bold Maroon warnanya maroon gelap dengan unsur coklat yang lumayan kuat. Saya sampai bingung ini maroon hint coklat atau coklat bias maroon. Tapi karena sama produsennya yang disematkan pada namanya adalah maroon jadi ya kesimpulannya ini maroon. Pas dipakai di bibir saya ada kesan ungu dikit juga. Ungu yang kayak elu lebam habis ditonjok. Tapi ngga tajem ungunya, dikiit doang. Seperti yang selalu saya bilang, saya suka banget sama lip cream dari Pixy secara dia yang paling murah, tapi kualitasnya oke punya. Lip cream-nya pigmented banget, dan hasilnya walau matte tapi nggak yang sampai kering pecah-pecah seperti hatimu. Ini tuh dipakai se-layer aja udah bagus banget nutup warna asli bibir dan nyaman rasanya. Trus karena warna yang saya pakai ini tuh gelap, jadi pas diaplikasikan keluar garis bibir - mau overdraw - hasilnya tetep bagus. Warna antara bibir dengan kulit itu nggak keliatan beda. Saya suka banget begini karena jadi bisa bikin bibir keliatan lebih tebal dan penuh tanpa terlihat maksa. Aplikatornya juga enak banget untuk ngegaris bahkan sampai ke sudut dalam bibir dengan rapi. Trus, saya tuh kalau pakai lip cream selalu penuh banget sampai setengah bagian dalam bibir biar kalau mangap atau monyong ngga keliatan garis batas antara bibir yang berwarna sama yang enggak. Nah Pixy Lip Cream ini tuh bisa banget dipakai hingga ke dalam tanpa nyeplak di gigi - asal pas udah nge-set - dan tetap awet walau kena saliva.

Karena saya udah foto-foto banyak bingits, maka sekalian aja saya tulisin makeup yang saya gunakan di look ini ya :'D! Mulai dari pelembap dan lip balm seperti biasa udah pasti nggak lupa digunakan di awal, dan langsung ke produk-produk makeup-nya, baca terus ke bawah :).

Untuk complexion saya pakai La Tulipe CC Cream #SelfieReady shade 01. Saya udah pernah bilang ya kalo ini aslinya terlalu terang buat warna kulit saya. Tuh bisa dibandingin sama leher dan lengan, keliatan mukanya lebih putih gitu walau nggak jauh banget bedanya. Saya suka banget sama cc cream ini karena alus banget teksturnya, gampang diratain - saya selalu pakai blender sponge sekarang - dan finish-nya tipis dewy. Coverage-nya memang sheer, terbukti enggak mampu menutup lingkar gelap di area bawah mata saya. Tapi justru coverage tipis ini yang saya suka karena keliatan natural skin like, kayak kulit asli saya tapi dengan warna lebih rata dan cerah. Untuk pelengkap biar wajah nggak flat apalagi dengan warna cc cream yang terlalu terang, saya pakai blush on di pipi. Yang digunakan masih Emina My Favourite Things Lip Color Balm shade 02 Library Queen. Oleskan dikit, tap-tap dan baur dengan jari supaya merata. Saya enggak set sesudahnya dengan bedak apapun karena lagi suka tampilan yang dewy. Trus setelah look ini, sekarang saya memang ngga pernah pakai setting powder lagi karena ngga punya bedak tabur. Punyanya compact sama two way cake yang biarpun praktis tapi nggak sehalus bedak tabur partikelnya. Saya pingin balik ke bedak tabur lagi tapi belum ada niatan mau beli juga nih.

Trus ngalis dengan Emina Double Agent Eyebrow, biasa yang warna hitam. Udahlah ya ngga udah saya kisahkan tata cara mengalisnya. Kali ini ngga pakai eye shadow karena kuasnya masih basah habis saya cuci. Tapi biar tampilan mata ngga sepi saya pakaiin eyeliner dengan cuatan memukau yang membuat mata sayu saya jadi lebih tajam, dan maskara untuk ngimbangin eyeliner-nya. Maskaranya memang nggak terlalu kelihatan karena pakainya My Darling Waterproof Mascara yang aslinya tidak anti air blas, dan tidak heboh hasilnya.

Terakhir, pakai lipstik warna bold! Iya iya lip cream. Hasilnya makeup saya jadi stunning abis. Karena saya nggak pakai rias mata heboh - nggak pakai eye shadow - dan nggak pakai contour berikut highlighter juga, jadi pusat perhatian pada makeup saya kali ini ada di bibir. Ternyata saya bisa pede pakai warna bold gini juga ya di tengah keramaian :). Nggak ada yang ngeliatin aneh juga dan kata temen saya malah bagus banget warnanya. Jadi ketagihan deh nyoba pakai warna-warna bold lain!

Kamis, 18 Januari 2018

[Experience] Taman Jurug Kebanggaan Wong Solo

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Jaman saya kecil, mendengarkan radio adalah hiburan yang umum. Nah, di radio tua milik keluarga saya, pernah disiarkan lagu yang judulnya Taman Jurug, hahaha. Masa itu saya belum ngerti makna liriknya, dan nggak tahu juga apakah taman yang dimaksud benar-benar ada. Tapi baru-baru ini di lampu merah dekat kos saya dipasang poster pembukaan air mancur menari - or something like that ditulisnya - di Taman Pelangi Jurug. Langsung ingat deh saya sama lagu lawas itu. Ternyata Taman Jurug bener-bener ada dan lokasinya nggak jauh dari tempat saya berada! Langsung deh saya excited nyari teman yang mau nganterin ke sana, hahaha. Semandiri-mandirinya saya, nggak asik dong kalo piknik seorang diri ke taman.

Pembukaan resmi air mancur menarinya sendiri sudah sejak tanggal dua puluh dua bulan lalu, jadi ini sudah hampir sebulan ya. Taman Jurug terletak di jalan arah Tawangmangu, ntar search sendiri aja di maps, saya males njelasin petanya karena kurang paham juga bagaiman untuk menuju ke sana. Tempat ini satu lokasi dengan kebun binatang. Nah kalau kebun binatangnya buka dari pagi sampai sore, tamannya dibuka mulai pukul lima petang, saat operasional kebun binatang sudah selesai. Saya kesana kemarin lusa, dan terlalu cepat. Loket Taman Pelanginya belum dibuka, sehingga saya harus menunggu dulu. Setelah dibuka, langsung deh beli tiket di loket dan bisa masuk. Harga tiketnya per orang Rp. 20.000 dan parkir Rp. 2.000 tidak berlaku kelipatan. Jadi parkir berapa jam pun atau di taman sampai tutup pun tarifnya enggak dilipat gandakan.

Jam lima waktu saya masuk itu hari masih terang, jadi lampu di Taman Pelangi Jurug belum dinyalakan. Taman ini sendiri berkonsep taman lampion berlampu, dengan air mancur menari sebagai pertunjukkan utama yang dimainkan pada jam-jam tertentu, tiga kali setiap malam dengan diiringi tiga lagu. Lampionnya ada buanyak banget dan semuanya berwarna warni cantik. Ada bentuk bebungaan, hewan - dari yang spesiesnya belum punah sampai yang tidak masuk akal, dan lain sebagainya. Eh iya, di sini tersedia juga beberapa wahana permainan, tapi sebagian cuma buka saat jam operasionalnya kebun binatang aja.

Di salah satu bidang, terdapat patung robot juga. Ah kamu-kamu penggermar serial Transformers pasti tahu ini robot namanya siapa dan bisa jadi mobil apa :D. Ada dua patung robot di sini, dan nanti ternyata pas malem nambah lagi personilnya jadi tiga. Yang satu merupakan cosplayer gitu dengan kostum Bumblebee juga - sepertinya dimaksudkan begitu soalnya warnanya kuning. Kalau diperhatikan sebetulnya desainnya terlihat beda sih sama di film, tapi karena ngga ada robot kuning lain yang seterkenal Bumblebee, maka saya yakin ini pasti maksudnya Bumblebee.

Jelang maghrib, lampu-lampu di dalam lampion mulai dinyalakan. Berurutan nyalanya jadi cantik gitu, dan gelap pun jadi terasa berwarna. Pertunjukan air mancur menari akan dimulai pukul tujuh nanti, jadi sementara ini saya jalan-jalan dulu memperhatikan setiap bentuk lampion menyala. Ada yang kece banget, berpetak-petak kebun bunga lampu yang dari jauh mirip taman bunga beneran. Trus lampu-lampu yang digantung dari atas pohon menjulur ke bawah, kereta hias dan mobil-mobilan plus becak lampu yang bisa disewa untuk berkeliling. Rame deh pokoknya!

Ada jalan setapak dihiasi cemara lampu juga. Daunnya dari plastik, namun di dalamnya diisi lampu bercahaya warna-warni. Nggak lupa lampion bentuk hewan dan rangkaian bebungaan tadi juga dinyalakan. Ada naga kuning besar yang mengingatkan saya pada penjaga pohon apel emas, gajah yang segede mammoth, hingga paus biru mangap yang di dalamnya banyak ubur-ubur tertelan bersama ikan badut. Kalau saya masuk, di dalam jadi desak-desakan sama hewan-hewan laut tadi dan rasanya sumuk. Ya iya ini lampu eh dalemnya dimasukin. Untung aman nggak nyetrum. Eh saya jadi mikir lho, dengan kapasitas nyalain lampu segini, dibutuhkan berapa kilowatt pasokan listrik ya?

Tepat pukul tujuh malam, siaran mengudara mengabarkan bahwa pertunjukan air mancur menari akan segera dimulai, sayang banget saya ngga fotoin karena terlalu asyik nonton. Ada sih videonya di story tapi sayang udah kehapus. Dancing fountain ini diselenggarakan di tengah kolam yang ada di dalam kawasan taman. Lagu pertama yang dimainkan adalah soundtrack-nya film Titanic, yang My Heart Will Go On itu. Pas awal dan akhir pertunjukan ditampilkan hologram Jack and Rose juga baru disusul air mancurnya yang menyembur ke sana kemari layaknya sedang nge-dance. Bagus bangedd, bikin baper!

Lagu kedua saya nggak tahu judulnya, yang ketiga lagu reggae gitu, tapi dua-duanya nggak sebagus penampilan pertama tadi. Air mancur menari ini punya diameter cukup luas, dengan gerakan semburan yang beragam meliuk-liuk, dan ada beberapa kali semburan cukup tinggi ke atas. Air mancur menari juga dihiasi berbagai warna lampu, dengan hologram dan sorotan lampu dari jarak jauh di tepi kolam juga. Beberapa gerakannya sama pada lagu berbeda, tapi kombinasi keseluruhannya beda kok. Nah kamu-kamu yang tinggal di wilayah Solo, atau sedang liburan ke sini, yuk sempetin mampir ke Taman Pelangi Jurug! Dijamin nggak akan nyesel deh karena seru banget!

[Experience] Menyambangi Pantai Wediombo, Pantai Berbatu di Gunungkidul

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Saya sudah beberapa kali jalan-jalan ke pantai yang ada di Gunungkidul, tapi karena saking banyak pantainya jadi belum semua bisa lengkap saya datangi. Kali ini, saya mencoba mencapai pantai yang letaknya cukup jauh - kalau saya sih bilangnya lebih timur, tapi ngga tau arah yang tepat sebetulnya mana - yaitu Pantai Wediombo. Dari Puncak Becici, saya kembali lewat jalan ke Patuk, lalu lurus sampai ke Wonosari, ambil arah Playen, dan belok kanan mengikuti plang ke pantai. Di Wonosari, saya sempat mampir makan siang karena waktu itu sudah jam setengah dua belas. Makan siangnya di warung bakso sebelah gedung serbaguna, saya sudah dua kali ini makan di sana. Baksonya enak, dan ada bakso goreng yang renyah gurih tersedia - tapi sayang bakso goreng ini membuat bracket saya terlepas lemnya -_-.

Setelah kenyang, baru deh perjalanan ke pantai dimulai. Lumayan jauh dari pusat kota Wonosari, Pantai Wediombo ini membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan untuk mencapainya. Untung jalannya rata walau sedikit berkelok-kelok. Saya beruntung karena di hari minggu saya jalan-jalan itu cuaca sangat mendukung, langit cerah berawan, dan tidak hujan sampai sore saya pulang. Ini beruntung lho dikarenakan sekarang musim hujan dan semalam saja habis hujan deras.

Perjalanan panjang berakhir di pantai juga. Tipikal pantai di Gunungkidul adalah pasir yang putih dan lembut. Tentu saja ini bukan jenis pasir yang biasa ditambang untuk bahan bangunan, jadi pantainya bebas dari abrasi akibat kekurangan pasir. Sampai di pantai, matahari sedang panas-panasnya, dan saya langsung berjalan ke arah laut bersama teman saya yang setia mendampingi ke mana-mana. Pantai Wediombo punya laut yang batas dengan pantai berpasirnya cuma sedikit. Jadi deket banget ke airnya. Di sini juga ada kolam renang alami, tapi saya nggak ke sana karena nggak bawa baju renang plus tydac bisa berenang -_-.

Berbeda dengan pantai-pantai lain yang pernah saya kunjungi, Pantai Wediombo ini memiliki banyak batu bersebaran. Batunya gede-gede sampai bisa untuk tiduran, dan bisa untuk mangkal para pemancing. Kalau nggak mau menjelajah batu, bisa nyebur ke laut asal nggak jauh-jauh. Laut di sini airnya coklat seperti air sungai, nggak biru kehijauan tipikal laut Dewa Poseidon. Alasannya mengapa seperti itu mungkin karena batas laut dengan pasir terlalu dekat, atau karena jenis pasirnya putih, atau entah karena apa. Biarpun nggak biru airnya segar juga kok. Ombaknya kecil dan tipis-tipis, bukan karakteristik ombak ganas laut selatan di deket rumah saya.

Bosan pepanas di bebatuan, saya duduk-duduk di tikar sewaan bawah pohon yang tarifnya Rp. 10.000 enggak tahu untuk berapa jam. Tadi retribusi masuk plus parkirnya per orang Rp. 5.000, tapi kalau menggunakan kamar mandi harus bayar Rp. 2.000 lagi. Dari tikar sewaan ini, saya melanjutkan menyusuri pantai semakin ke timur agak serong ke tenggara - sepertinya - menuju area yang lebih dangkal dan sedikit ombaknya. Pasirnya makin lama makin berbatu kerikil, dan ada sisa-sisa cangkang kerang kecil. Saya langkah kaki di bawah sebatang pohon rindang - heran lho pohon ini bisa tumbuh besar juga di wilayah pantai. Di area ini banyak terlihat ikan-ikan kecil berenang di tepi laut. Sekitar satu setengah jam di pantai, hari sudah berada di kira-kira pukul dua siang. Sinar matahari mulai tidak sepanas sebelumnya, dan saya memutuskan untuk pulang. Perjalanan kembali ke Solo masih jauh sob. Jadi inilah akhir perjalanan wisata hari minggu saya. Sudah mengunjungi empat objek wisata, dan semuanya menyenangkan :). Januari saya jadi penuh pengalaman piknik, yang sangat baik untuk kesehatan jiwa dan raga. Nah sekian dulu ya cerita piknik minggu saya, jangan lupa baca cerita sebelumnya!

[Experience] Keindahan Puncak Becici, Hutan Pinus Hits Masa Kini

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Setelah mengunjungi dua objek wisata sebelumnya, sekarang saatnya saya menikmati objek wisata ketiga yaitu hutan pinus! Hutan pinus terhits saat ini terletak di Puncak Becici, masih sejalur dengan Mangunan dan rumah hobbit yang sudah saya sambangi. Masuk kemari cukup jauh area parkirnya dari jalan raya, dan dikenakan tarif retribusi kalau nggak salah cukup Rp. 4.000 per orang. Dari lokasi parkiran, cuzz mari kita jalan mengeksplorasi wilayah pepohonan ini!

Baca juga: [Experience] Jalan-Jalan Pagi di Kebun Buah Mangunan
[Experience] Mengunjungi Bag End, Rumah Hobbit Mr Bilbo Baggins

Baru masuk, saya sudah disambut papan love yang mengiris-iris hati jomblo seperti ini. Yah, biarpun sendiri ngga ada salahnya kan ya foto di depan papan love dari bambu ini. Papan ini terletak di sebidang taman, yang lebih banyak area tanah ketimbang tanaman sebetulnya. Di depan papan ada jalan cukup lebar yang depannya ditanami beberapa jenis bunga. Dari taman love ini, saya lanjut merangsek lebih jauh ke bagian dalam hutan. Jalannya berbatu-batu, kadang tanah, dan disusul rumput.

Pohon-pohon yang tumbuh di sini tinggi-tinggi sekali, jadi kalau angin bertiup kita nggak akan kedinginan karena terlindung batang pohon. Tapi yang harus diwaspadai, di sini lumayan banyak nyamuk. Mungkin karena ada genangan air sebagai rumah mereka kali ya. Jadi siapkanlah perangkat penangkal nyamuk, semisal repellent atau minyak telon plus. Ngga perlu bawa anti nyamuk semprot, tidak berguna di udara terbuka, yang ada malah mencemari lingkungan. Eh ini hutan buatan atau alami ya? Saya nggak nyari informasi waktu itu. Areal hutannya cukup luas, dan pohonnya sudah pasti banyak. Waktu saya sampai ke sini, waktu menunjukkan sekitar pukul sepuluh. Wisatawan sudah banyak yang hadir, ada segerombol ibu-ibu piknik yang bawa tongsis masing-masing dan dikit-dikit selfie, ada rombongan pramuka, dan banyak lagi keluarga atau cuma tim kecil berdua-dua.

Di Puncak Becici ini, terdapat beberapa spot foto menarik. Salah satunya adalah gerombolan gubuk kecil. Gubuknya berbentuk lucu :D, kayak pakai caping di atasnya. Satu gubuk ukurannya kecil, hanya muat untuk satu orang berdiri. Sayang bawahnya tanah liat yang becek. Yaa saya maklum kalau habis hujan, tapi alangkah baiknya kalau pengelola memasang batu-batu sebagai alas pijakan di dalan dan sekitar gubuk, pasti akan lebih keren lagi. Area gubuk ini terletak pas di belakang pohon-pohon pinus yang saya pakai latar foto di atas.

Selain gubuk, kalau kita jalan lebih ke kanan - arah mata angin saya nggak bisa nengeri - ada satu lagi spot menarik. Berbentuk seperti huruf C, kayak bulan sabit gitu, ini adalah sebuah tempat berteduh di atas tiang penyangga. Naiknya pakai tangga yang disewakan oleh pengelola, dan kita cukup bayar seiklasnya :). Oh iya, kalau diingat-ingat, di dua tempat wisata sebelumnya pengelola yang ada rata-rata masih muda, tapi pas di Puncak Becici ini yang saya jumpai bapak-bapak semua. Tapi beliau ramah-ramah kok dan dengan senang hati menjelaskan apapun yang kita tanyakan. Spot C ini sebenernya bagus kalau diambil dari angle samping pas, jadi kayak melayang gitu dengan latar langit dan puncak pohon. Sayang temen saya fotoinnya ngasal, jadi kan saya kayak cuman numpang duduk di halte gitu doang ngak epic :(.

Turun dari spot C, saya berjalan ke arah landasan kayu yang langsung mengarah ke tepi hutan. Landasan ini adalah spot utama dari Puncak Becici. Jalannya lewat undakan batu putih menurun, yang di sisi kanan kirinya adalah sengkedan tanah. Jenis tanah di daerah ini adalah tanah merah, cakep loh diliatnya, dan kalau hujan baunya enak ;P. Jalan undakan ini di pangkal turunannya adalah sebuah landasan yang akan saya tuju. Tepiannya mengarah ke tebing tinggi, yang saya walau tidak phobia ketinggian jadi ngeri kalau melongok ke bawah karena saking dalamnya, Sebelum sampai ke landasan, terdapat area seperti tribun dari kayu yang disusun membentuk oval, untuk pengunjung duduk-duduk. Dari sini, landasan terlihat seperti panggung besar, keren kayaknya kalau ada pertunjukkannya. Eh kalau nggak salah dulu AADC2 shooting di sini bukan sih ya?

Di belakang tribun adalah barisan pohon pinus yang sudah saya lewati tadi. Apakah di sini nggak ada jenis pohon lain? Entahlah, tapi namanya saja hutan pinus jadi ya mungkin saja semua pohonnya pinus, kecuali rumput, bunga, dan beberapa tanaman kecil lainnya. Di bawah tribun lagi-lagi lantai tanah, ngga ada rumput atau batu tapi syukurlah di sini tanahnya lebih padat jadi nggak becek. Lagian mungkin memang lebih bagus gini, kalau dikasih rumput kasihan rumputnya terinjak-injak, kalau dikasih batu terlalu banyak yang dibutuhkan, sudahlah tanah dipadatkan saja.

Daan, inilah dia landasannya! Bermaterial papan kayu disusun membentuk area persegi, landasan ini cukup lebar untuk dipijak banyak orang. Dari sini kita bisa melihat pemandangan daerah di bawah, yang jadi keliatan kecil-kecil seperti negeri liliput. Kelihatan juga langit yang luas berkabut dengan bayangan gunung di kejauhan. Baguus banget pemandangan alam dari atas landasan ini! Saya agak takut kalau berdiri terlampau ke pinggir, padahal tepinya ini masih ada sedikit area tanah yang bisa dipijak, baru setelah itu tebing. Melihat matahari terbit dan terbenam dari puncak ini pasti mengasyikkan. Sayang waktu itu hari masih menjelang siang, kelewatan sunrise dan masih terlalu lama kalau mau nungguin sunset. Jadi sepertinya saya cukup menikmati keindahan panorama sesiang ini aja. Dan selanjutnya, semakin panas matahari, jadi saya putuskan untuk bergegas berpindah dari Puncak Becici. Apakah perjalanan saya hari minggu itu sudah berakhir? Belum dong, selanjutnya saya masih akan ke pantai. Ke pantai di siang bolong? Hooh :'D, Simak selengkapnya di pos berikutnya!

[Experience] Mengunjungi Bag End, Rumah Hobbit Mr Bilbo Baggins Versi Lokal

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Kamu penggemar trilogi The Lord of the Rings? Sudah nonton ketiga film maupun baca bukunya? Merasa lega Sauron sang penguasa kegelapan tydac bisa menjajah kemerdekaan kita? Atau justru kepincut Frodo dan Legolas? Ah kamu senasib sepenanggungan sama saya yang sesaudara penyuka karya-karya Professor John Ronald Reuel Tolkien juga. Tapi ngomong-ngomong tahu nggak? Professor JRR Tokiens menulis kisah pendahulu sebelum fantasi mahakarya The Lord of the Rings lho. Judulnya adalah The Hobbit. Kisahnya tentang Bilbo Baggins dan petualangannya sebagai orang keempat belas penangkal sial rombongan kurcaci dalam perjalanan merebut kembali harta yang dijaga naga di bawah Gunung Sunyi. Kalau mau tahu cerita lengkapnya baca bukunya aja atau nonton filmnya, saya nggak akan mengulas lebih lanjut di sini karena ini pos untuk nulis pengalaman liburan bukan resensi buku, oce?

Tapi saya bahas juga dikit deh. Jadi di The Hobbit, Mr Baggins diceritakan tinggal di liang hobbit-nya, yang bernama Bag End di Hobbiton. Hobbiton atau desa hobbit yang dibangun untuk digunakan dalam shooting film aslinya berada di Selandia Baru. Sumpah itu keren banget dan saya bermimpi-mimpi suatu saat bisa liburan ke sana. Sekarang, sebelum punya cukup dana untuk ke New Zealand, rasanya boleh juga kalau saya ke Bag End yang ada kawasan wisata Seribu Batu Songgo Langit, dekat Mangunan yang sudah saya kunjungi sebelumnya. Nah kali ini saya akan menceritakan pengalaman saat jalan-jalan di kawasan wisata Seribu Batu Songgo Langit, termasuk Bag End-nya!

Baca juga: [Experience] Jalan-Jalan Pagi di Kebun Buah Mangunan

Terletak agak menjorok ke kedalaman hutan pinus, lokasi ini bisa dicapai dengan kendaraan bermotor diparkir di tepi, trus kitanya jalan kaki semakin ke dalam menuju beberapa spot utama. Pintu masuknya berupa bangunan ala segitiga yang didirikan dari bahan mirip sarang burung, dengan ranting-ranting mencuat gitu. Di balik pintu masuk ini terdapat jembatan setapak sebagai jalan menuju lokasi-lokasi favorit wisatawan untuk dikunjungi. Oh iya, retribusi masuk dan biaya parkir lebih murah dari di Mangunan tadi, di sini hanya Rp. 3.500 saja per orang. Murah syekali kan?

Masuk, trus menyusuri jembatan yang ukurannya tidak terlalu besar, cukup dilewati satu orang dengan leluasa, namun kalau bergandengan dua-dua bakalan berasa sempit. Jadi berjalanlah satu-satu dan kalau berpapasan dengan orang dari arah berlawanan sebaiknya gantian lewat, jangan berantem kayak alay rebutan pacar. Jembatan ini terbuat dari susunan kayu, cukup kuat dipijak bahkan saya pakai lonjak-lonjak pun tidak bergerak - itu karena saya ringan. Di kedua sisinya dipagari dengan kayu juga yang dibentuk berseni sedemikian rupa jadi cantik dilihatnya. Di bawah jembatan ada aliran kecil air, saya nggak tahu ini layak disebut sungai tidak, tapi airnya cukup jernih dan mendengar gemericiknya membuat hati saya menjadi adem. Baidewai pada foto di atas fokusnya ke saya aja, jangan salah arah ke bapak-bapak mau lewat yang masih jauh di ujung jembatan.

Selesai melewati jembatan kayu, sampailah saya pada tanah lapang yang tidak ditumbuhi rumput. Rada becek dan sepulang dari sini saya membawa sepatu penuh jejak tanah kemerahan yang belum dicuci hingga saat ini. Untuk menuju rumah hobbit, ada plang penunjuk arah ke sebelah kanan, namun saya mampir dulu ke depan, ada gubuk-gubuk menarik yang belum lama ini dipakai shooting Keluarga Tak Kasat Mata. Itu lho pas adegan Mbak Rere alias Aura Kasih lagi ngobrol-ngobrol di sini dan diceritain soal pesinden yang dikubur di bawah tempat duduknya, hiiy! Filmnya agak mengecewakan karena ending-nya gaje, tapi sinematografinya cakep, dengan pemilihan tempat-tempat indah untuk visualisasi adegan. Setelah dipakai shooting itu, saya yakin tempat ini nambah banyak pengunjung wisatanya.

Terdiri dari sejumlah gubuk - saya lupa ngitung - suasana tempat ini nggak seserem pas di film. Ada satu tangga bebatuan menuju gubuk utama nun di atas, dengan gubuk-gubuk lain di sekelilingnya, membentuk huruf U seperti susunan pondok di perkemahan blasteran. Di depan setiap gubuk terdapat satu bangku tempat duduk memanjang. Gubuknya sendiri punya ruangan di dalam, tapi saya ngga berani masuk, takut rubuh mendadak karena si gubuk terlihat rapuh. Gubuk ini dibuat dari susunan kayu, tapi ada beberapa bagian yang kayunya sudah lapuk atau hilang. Nyoba duduk-duduk di depan gubuk, rasanya agak mistis, hahaha. Mendadak sunyi gitu padahal di sini rame dan saya berdua sama temen juga. Ah ini hanya perasaaan saya saja kali. Terbawa adegan pas ada tangan menjulur dari bawah bangku di belakang Mba Aura :'D.

Sudah banyak yang antri mau foto di spot gubuk ini, jadi mari kita lanjut saja ke rumah hobbit, yey! Bag End ini terbuat dari kayu dicat, dengan bentuk setengah lingkaran warna perpaduan orange dan coklat. Pintunya berwarna hijau tua dengan pegangan bulat, dan di sekelilingnya dihiasi ornamen bata. Di sisi-sisi pintu terdapat hiasan berupa seolah-olah kanopi, dengan topi sihir bertengger di atasnya. Mungkin itu punya Gandalf yang ketinggalan. Di atas atap ditumbuhi rumput-rumputan yang sebagian menjuntai, dan di bawahnya, mengapit pintu bundar terdapat dua jendela berbingkai putih. Rumah hobbit ini saya nggak tahu bisa dimasukin enggak, tapi selama ini belum pernah lihat pintunya terbuka. Tingginya mungkin hanya sekitar dua meter, kalau saya berdiri di depan bakal lebih tinggi dari pintunya. Di depan rumah, terdapat lantai papan dengan tiga dwarf berjanggut sedang tersenyum - eh satunya melotot. Tentu saja ini hanya patung sodara-sodara, bukan kurcaci beneran.

Ini saya sedang mencoba memulai pembicaraan dengan salah satu kurcari nyengir yang saya pikir adalah Thorin Oakenshield sang pemimpin pasukan. Tapi kok dia diem aja ya? Lagipula Thorin kan biasanya nggak punya selera humor -_-'. Jenggotnya juga belum beruban. Jadi ini pasti bukan Thorin. Huh padahal kan saya punya ide hebat untuk pakai GPS dalam menyusuri Mirkwood jadi para kurcaci nggak perlu tersesat saat keluar dari jalan setapak Peri. Khan saya bisa jadi penunjuk arah dan diajak untuk mendatangi Smaug. Eh andai Smaug masih hidup hingga saat ini, pasti bukannya serem malah pada diajakin wefie dan nge-vlog kali ya?

Di depan kurcaci songong yang diem aja diajak ngomong, terdapat pagar coklat mungil dan tanaman hias di luarnya. Ini mirip tanaman ibuk saya di rumah. Sepertinya selera berkebun para hobbit sama dengan ibuk saya. Ngomong-ngomong, ini kan saya ada di rumah hobbit, tapi kok malah hobbit-nya nggak ada ya? Yang nongkrong cuma tiga kurcaci, dua di dekat pagar, satu di pojokan seperti terkucilkan. Di mana Bilbo? Ah bagaimana kalau saya saja yang diajak berpetualang menggantikan Bilbo :D? Tapi sepertinya tidak bisa ya mengingat saya kebetulan jadi terlalu tinggi untuk naik kuda poni bareng para kurcaci. Jadi, saya pindah berwisata ke lokasi lain aja deh. Bye Bag End!

[Experience] Jalan-Jalan Pagi di Kebun Buah Mangunan

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Hari minggu lalu, saya dapat kesempatan mengunjungi tempat KKN saya dulu. Sekitar tahun 2013 kalau nggak salah, saya semester lima atau enam waktu itu, kampus saya mengadakan program ke desa. Di akademi kami disebutnya praktek komunitas, tapi lebih gampangnya sebut KKN aja lah. Nah lokasi yang kelompok saya dapatkan waktu itu adalah di desa Mangunan. Jaman itu tempatnya masih sepi banget. Jalan yang menyusuri desa maupun jalan akses ke luar wilayah walaupun sudah diaspal tapi masih sangat sedikit yang lewat, paling hanya warga sekitar atau penduduk luar yang mencari jalur alternatif. Nyaris dua bulan saya di sana, sepinya belum banyak berkurang. Lewat jam tujuh malam, udah nggak ada orang berkeliaran di jalan. Sunyi sepi lah. Rada ngeri makanya kalau malam-malam atau pagi buta lewat daerah ini.

Satu-satunya yang agak ramai cuma kebuh buah yang terletak di puncak desa. Kenapa saya bilang puncak? Soalnya memang kawasannya di dataran tinggi. Kebun buah ini di tahun itu sudah merupakan agrowisara namun masih terbilang belum cukup terkenal. Isinya baru beberapa bidang tempat penanaman pohon, dan sebuah spot berpagar untuk melihat ke bawah yang kalau melongok akan nampak rimbun kehijauan disela jalur sungai yang coklat *saya baru ngeh namanya gardu pandang*. Saya ada fotonya dulu tapi hilang di memori laptop lama yang mati. Sejak KKN itu, saya sempat satu kali lagi ke Mangunan tapi sesudah itu nggak pernah lagi. Sampai hari minggu kemarin, itu pertama kali saya ke sana setelah selang empat - atau lima - tahun nggak pernah berkunjung.

Ternyata perubahannya buanyak banget! Saya lumayan kaget dibuatnya. Memang sebelum datang saya udah sering liat foto-foto di berbagai feed instagram soal wisata di Kebun Buah Mangunan, tapi begitu liat sendiri lebih keren lagi. Saya ceritain ya pengalaman saya berkunjung ke sana. Mulai dari berangkatnya ;P! Mangunan ini deket sebetulnya dari rumah saya di Bantul, tapi berhubung saya sekarang banyakan tinggal di Solo, jadi minggu itu juga dari Solo berangkatnya. Janjian sama temen saya untuk ke sana bareng, ketemuan di jalan. Saya maunya ke Mangunan pagi biar suasananya belum terlalu ramai dan udaranya lebih segar. Berangkat jam lima subuh deh dari Solo. Lewatnya Prambanan ke kiri, ikuti jalan sampai Piyungan ambil kiri lagi terus sampai Patuk belok kanan ikut petunjuk jalan pasti bakalan sampai, kalo nggak ya andalkan aplikasi maps. Jalannya aspal samai ke tujuan, lumayan halus kok walau waktu itu rada becek bekas tanah dari ban kendaraan lain akibat hujan malam sebelumnya. Perjalanan dari Solo sekitar dua jam, cukup jauh ya. Tapi kalau berangkat pagi ngga terlalu berasa capek kok karena jalanan lengang dan udara sejuk membangunkan otak. Sampai sana sekitar jam tujuh pagi, dan itu sudah cukup ramai walau belum terlalu padat.

Tujuan saya ke Mangunan ini nggak cuma mau ke kebun buah, ada beberapa destinasi wisata lain yang searah, tapi yang pertama dikunjungi ya kebun buah. Biaya retribusi dan parkir yang dikelola penduduk serta pemuda lokal adalah Rp. 6.000 per individu. Begitu sampai saya langsung menuju ke spot utama, gardu pandang yang berpagar tadi. Serasa nostalgia deh! Di sini udah ramai pengunjung. Jadi tempatnya adalah sebuah turunan bertangga, dengan beberapa kotak semen berisi tanaman bunga dan daun-daunan berwarna, trus di ujung ada pagar dibentuk seperti batang kayu walau bahannya semen. Dulu bebungaan yang saya lewatin belum ada, baru pagar aja dan beberapa blok kosong. Sekarang udah jadi taman malahan. Melihat ke bawah dari pagar, di bawah masih nampak alur sungai coklat yang seperti es capuccino sama seperti dulu, namun yang bikin beda adalah daerah kehijauannya berkurang :(. Peringatan, untuk kamu pembaca blog ini yang tertarik ke Mangunan dan kebelet mau hits dengan selfie di pagar, awas berhati-hatilah karena di sini rada licin, dan ingat jangan pernah manjat-manjat pagar. Bahaya, elu bisa kepeleset tertungging ke bawah dan remuk berkeping-keping sehingga tidak bisa main instagram lagi. Jangan melongok terlalu dalam ke bawah juga, takutnya njlungup dan tidak tertolong. Foto boleh tapi jangan abaikan keselamatan, okay?

Udara di sini seger banget, ngga ada cemaran polusi gitu, dan pas saya sampai di sana matahari udah mulai menghangat jadi rasanya nyaman. Ngomong-ngomong, saya kurang paham letak kebun buahnya yang pas di sebelah mana karena cuman ngunjungin spot taman ini aja. Dulu kalo nggak salah kebun buahnya ada di atas, lebih ke kiri dari taman ini. Waktu itu sempet metik salak soalnya pas KKN, dan nyari buah-buahan lain bareng remaja sekitar. Saya nggak eksplor lebih jauh lagi sekarang karena segera saja pengunjung bertambah ramai, dan teman saya ngajak pindah lokasi. Jadi kami naik tangga kembali ke atas. Saya sempet berharap ketemu penduduk yang saya kenal waktu KKN dulu, atau siapalah gitu teman lama, tapi sayang nggak berjumpa satu pun. Kayaknya kebanyakan yang datang berwisata ke sini tuh warga dari luar kota.

Naik kembali lewat tangga, kami melewati beberapa spot foto yang dibuat oleh warga lokal. Spot ini kebanyakan berupa gardu pandang di atas pohon, dibaut dari kayu dan atap rumbia - atau apakah itu jerami - yang kalau kamu naik dan difoto dari angle yang tepat akan nampak seolah berada di ketinggian nun jauh di atas, padahal aslinya nggak tinggi-tinggi amat. ya palingan dua meter lah dari tanah. Saya nggak foto di situ karena antrinya lumayan banyak dan nunggunya lama karena kebanyakan wisatawan nggak puas hanya dengan satu dua kali cekrek. Yaudah deh lanjut ke tempat lain aja, nanti saya update di pos berikutnya ya :)!

Rabu, 17 Januari 2018

[Review] Imperial Leather Body Perfume Collection All Variant

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Halo girls! Ada yang nggak kenal brand Imperial Leather? Pastinya tahu dong ya secara ini brand gede dan sudah terkenal banget sejak dulu. Saya ngertinya dulu Imperial Leather tuh cuman ngeluarin produk sabun bar - yang saya sudah pakai bahkan sejak SD, sabunnya wangi dan termewah di jaman itu :'D - tapi ternyata belakangan ini mereka berinovasi pesat banget dengan terus mengeluarkan berbagai jenis produk baru. Akhir Desember tahun lalu, saya dapat kiriman sekotak besar Imperial Leather Body Perfume Collection. Yippie! Langsung excited banget nyobain begitu nerima, karena yang saya tahu tuh Imperial Leather bukan brand sembarangan. Saya pernah nyobain pakai body lotion-nya dan lembut banget nggak mengecewakan jadi pas tahu dapat kiriman body perfume, langsung semangat deh nerimanya!



Produk ini datang dalam packaging yang keren banget. Dikemas dalam box kokoh berwarna perpaduan putih dan gold, kesan luxurious khas Imperial Leather langsung tercermin dari luarnya. Pada sisi depan box, dilukiskan logo mahkota merah nan elegant ciri Imperial Leather dengan nama produk di bawahnya. Penasaran mau buka? Simak terus ke bawah untuk review lengkapnya!


Box ini bisa dibuka dari sisi bawahnya. Pas dibuka, kesan mewah dari warna gold-nya berpadu dengan merah yang stunning. Di dalam, terdapat enam kotak body perfume berjajar-jajar dalam berbagai varian dan warna. Itu bisa ditaruh berdiri gitu karena di dalam box terdapat semacam case berbusa untuk nempatin kotak. Setiap varian punya kotak kemasan tersendiri yang punya nama unik-unik sesuai dengan wangi yang diusungnya. Kemasan ini berwarna dasar putih dengan gradasi warna lain di bawah yang disesuaikan dengan varian. Eye catching dan banget diliatnya, nyegerin mata.

Pada kotak terdapat sejumlah keterangan. Saya dapat full size body perfume yang isi per tube-nya adalah 120 ml dengan klaim punya tiga kali lebih banyak kandungan perfume dan bisa digunakan hingga 800 kali spray. Saya agak awam dalam dunia perparfuman kayak gini tapi klaimnya meyakinkan ya, plus hemat juga itungannya saat dikalkulasi. Selain netto, di sini ditulis juga petunjuk penggunaan body perfume, keterangan soal wangi yang diusung, sampai ingredients dan kode produksi beserta expired date.


Di dalam kotak terdapat botol perfume berbentuk tabung yang kokoh karena berbahan aluminium sehingga anti pecah dan nggak gampang kotor. Tutupnya berbentuk setengah bulatan - ya nyaris kayak gitulah ala-ala mangkuk - yang rapat dan travel friendly. Di balik tutup ini kalau kita buka akan nampak sprayer-nya. Pada badan tabung terdapat sejumlah keterangan juga sama kayak di kotaknya jadi seumpama kita ngga nyimpen kotak pun tetep bisa baca di tabung. Warna tabung sama dengan kotak, dan setiap warna mengusung tema wangi yang berbeda dengan aroma yang dikembangkan oleh master dalam bidang perfume. Di sini ada enam warna dengan varian berbeda yang masing-masingnya terdiri dari dua kombinasi aroma. Hmm, saking warna-warni kemasan tabungnya, bikin saya jadi nggak sabar untuk segera nyium wanginya :). Saya akan bahas satu persatu, dimulai dari ujung kiri ya!

1. Imperial Leather Body Perfume Collection Fresh (Apple & Rose Scent)


Dikemas dalam tabung hijau segar kayak apel Malang, hehehe. Sesuai namanya, varian ini diliat dari botolnya aja berasa bikin fresh. Karakteristik wanginya menurut deskripsi memiliki keharuman yang menyegarkan dan memberikan semangat, dengan apel hijau dan bunga violet. Jadi varian ini beraroma perpaduan buah dan bunga. Pas pertama disemprot sih wangi apelnya lebih dominan, tapi setelah diendus-endus aroma bunganya tercium juga. Perpaduan ini menghasilkan aroma wangi yang ringan dan beneran seger. Wangi kayak gini sepertinya cocok untuk generasi milenial yang umuran remaja deh karena fresh-nya ringan.

2. Imperial Leather Body Perfume Collection Irresistible (Lemon & Musk Scent)


Kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, varian ini punya arti memikat. Hwaa apakah kalau saya pakai maka mantan akan terpikat kembali-_-'? Klaimnya varian ini punya karakteristik aroma dengan perpaduan wangi citrus dan bunga lembut. Pas disemprot aroma lemon-nya yang lebih kuat, tapi nggak nyegrak seperti sabun cuci piring karena tambahan musk-nya, jadi hasilnya lebih soft. Wanginya segar tapi nggak se-fresh yang hijau tadi, ini lebih ke segar yang menenangkan.

3. Imperial Leather Body Perfume Collection Enchanting (Freesia & Jasmine Scent)


Varian ketiga yang berbotol pink ini punya karakteristik perpaduan keharuman seperti berada di dunia ajaib dengan sentuhan bunga gardenia dan melati. Ya saya nggah paham bagaimana rasanya berada di dunia ajaib tapi sepertinya bisa berharap setelah mencium aroma varian ini bakal berkomentar 'wow it's magic'. Jadi aromanya kayak apa? Mm, girly banget. Wanginya mirip permen karet strawberry yang manis. Bikin mood jadi ceria deh kalau semprot aroma ini :). Nggak terasa langsung terlempar ke dunia magic sih tapi cukup menyenangkan.

4. Imperial Leather Body Perfume Collection Exotic (Rose & Tea Scent)


Warna ungu ini menuliskan karakteristik aroma keharuman bunga eksotis dengan sentuhan wangi citrus, lemon, dan amber yang lembut. Tadinya pas baca keterangan variannya aja saya pikir ini bakal jadi perfume aroma teh celup gitu tapi ternyata hasilnya lebih ke gabungan mawar dengan kesejukan lemon, dan wangi teh dikit. Wanginya lembut, karena aroma mawar yang biasanya tajam dinetralisir oleh teh dan lemon, jadi bikin relax. Biar namanya Exotic, tapi ngga ada kesan menggoda dari aroma varian ini.

5. Imperial Leather Body Perfume Collection Eternal (Citrus & Amber Scent)


Warnanya oranye mirip jeruk matang ya :D, tapi ini klaimnya adalah aroma perfume berkarakteristik wangi klasik dengan sentuhan keharuman bunga segar, musk, dan amber. Hmm saya suka nih yang klasik-klasik. Pas disemprot, hasilnya adalah wangi tajam yang nggak girly, ada seger daun jeruk dan mint, baru setelah itu ada harum bebungaan. Aromanya agak manly, saya ngga tahu apakah perfume ini khusus wanita atau universal, tapi kayaknya dipakai cowok keren juga. Wanginya mengingatkan saya akan kesan professional dan kalau dipakai wanita bakal bikin kesan yang mature, classy, dan sedikit bossy. Nggak terlalu terkesan klasik sih, tapi memang aroma seperti ini sepertinya tak akan lekang oleh waktu.

6. Imperial Leather Body Perfume Collection Alluring (Blossoms & Pacthouli Scent)


Warna tabungnya rada mirip Alluring tapi ini lebih gelap dan berkesan menggoda gitu. Karakteristik sesuai klaim adalah keharuman yang menggoda dengan sentuhan wangi berry ungu dan bunga lotus. Tuh kan bener dari warna tabungnya aja keliatan menggoda :'D. Sepertinya saya bakal suka varian ini. Tapi setelah disemprot, ternyata aromanya ngak se-hot klaimnya. Ini lebih ke wangi buah segar yang manis, atau aroma manisan gitu kali ya. Kurang nendang kalau untuk kesan menggodanya.

Nah itulah review keenam body perfume menurut indra penciuman saya ini. Semuanya punya perpaduan aroma yang unik, walau dalam beberapa varian ada unsur wangi yang sama. Dari keenamnya, saya nggak punya aroma favorit sih, semua rata-rata suka. Mencoba body perfume ini membuat saya yang tadinya bukan penggemar produk serupa jadi seneng sama wewangian. Saya pakai body perfume ini di tubuh ya bukan pakaian, disemprotnya di beberapa titik nadi dan area-area tubuh yang lebih kuat menyerap wewangian. Daya tahan keenam produknya lumayan, ada setengah harian dan setelah memudar pun aromanya masih enak dicium. Mungkin untuk sebagian orang ini terasa kurang awet ya, tapi bisa re-apply kan - asal jangan pas kondisi tubuh keringetan abis setelah olahraga gitu. Jadi kesimpulannya saya suka sama Imperial Leather Body Perfume Collection All Variant. Karena saat inI punya banyak, ditambah klaim 800 spray dari keenam produk ini, sepertinya bakal awet banget saya pakainya :D. Ada yang mau cobain juga? Selama bulan Januari ini kamu bisa dapetin special promo beli varian Alluring atau Enchanting 120 ml di Alfamart dengan harga Rp. 26.900 aja loh! Yuk buruan serbu!

Where to buy? Minimarket, supermarket, etc
Rate: 4/5
Notes:
+ botolnya kokoh
+ punya karakteristik wangi yang unik-unik
+ isinya awet
- aromanya kurang tahan lama