[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]
Saya sudah beberapa kali jalan-jalan ke pantai yang ada di Gunungkidul, tapi karena saking banyak pantainya jadi belum semua bisa lengkap saya datangi. Kali ini, saya mencoba mencapai pantai yang letaknya cukup jauh - kalau saya sih bilangnya lebih timur, tapi ngga tau arah yang tepat sebetulnya mana - yaitu Pantai Wediombo. Dari Puncak Becici, saya kembali lewat jalan ke Patuk, lalu lurus sampai ke Wonosari, ambil arah Playen, dan belok kanan mengikuti plang ke pantai. Di Wonosari, saya sempat mampir makan siang karena waktu itu sudah jam setengah dua belas. Makan siangnya di warung bakso sebelah gedung serbaguna, saya sudah dua kali ini makan di sana. Baksonya enak, dan ada bakso goreng yang renyah gurih tersedia - tapi sayang bakso goreng ini membuat bracket saya terlepas lemnya -_-.
Setelah kenyang, baru deh perjalanan ke pantai dimulai. Lumayan jauh dari pusat kota Wonosari, Pantai Wediombo ini membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan untuk mencapainya. Untung jalannya rata walau sedikit berkelok-kelok. Saya beruntung karena di hari minggu saya jalan-jalan itu cuaca sangat mendukung, langit cerah berawan, dan tidak hujan sampai sore saya pulang. Ini beruntung lho dikarenakan sekarang musim hujan dan semalam saja habis hujan deras.
Perjalanan panjang berakhir di pantai juga. Tipikal pantai di Gunungkidul adalah pasir yang putih dan lembut. Tentu saja ini bukan jenis pasir yang biasa ditambang untuk bahan bangunan, jadi pantainya bebas dari abrasi akibat kekurangan pasir. Sampai di pantai, matahari sedang panas-panasnya, dan saya langsung berjalan ke arah laut bersama teman saya yang setia mendampingi ke mana-mana. Pantai Wediombo punya laut yang batas dengan pantai berpasirnya cuma sedikit. Jadi deket banget ke airnya. Di sini juga ada kolam renang alami, tapi saya nggak ke sana karena nggak bawa baju renang plus tydac bisa berenang -_-.
Berbeda dengan pantai-pantai lain yang pernah saya kunjungi, Pantai Wediombo ini memiliki banyak batu bersebaran. Batunya gede-gede sampai bisa untuk tiduran, dan bisa untuk mangkal para pemancing. Kalau nggak mau menjelajah batu, bisa nyebur ke laut asal nggak jauh-jauh. Laut di sini airnya coklat seperti air sungai, nggak biru kehijauan tipikal laut Dewa Poseidon. Alasannya mengapa seperti itu mungkin karena batas laut dengan pasir terlalu dekat, atau karena jenis pasirnya putih, atau entah karena apa. Biarpun nggak biru airnya segar juga kok. Ombaknya kecil dan tipis-tipis, bukan karakteristik ombak ganas laut selatan di deket rumah saya.
Bosan pepanas di bebatuan, saya duduk-duduk di tikar sewaan bawah pohon yang tarifnya Rp. 10.000 enggak tahu untuk berapa jam. Tadi retribusi masuk plus parkirnya per orang Rp. 5.000, tapi kalau menggunakan kamar mandi harus bayar Rp. 2.000 lagi. Dari tikar sewaan ini, saya melanjutkan menyusuri pantai semakin ke timur agak serong ke tenggara - sepertinya - menuju area yang lebih dangkal dan sedikit ombaknya. Pasirnya makin lama makin berbatu kerikil, dan ada sisa-sisa cangkang kerang kecil. Saya langkah kaki di bawah sebatang pohon rindang - heran lho pohon ini bisa tumbuh besar juga di wilayah pantai. Di area ini banyak terlihat ikan-ikan kecil berenang di tepi laut. Sekitar satu setengah jam di pantai, hari sudah berada di kira-kira pukul dua siang. Sinar matahari mulai tidak sepanas sebelumnya, dan saya memutuskan untuk pulang. Perjalanan kembali ke Solo masih jauh sob. Jadi inilah akhir perjalanan wisata hari minggu saya. Sudah mengunjungi empat objek wisata, dan semuanya menyenangkan :). Januari saya jadi penuh pengalaman piknik, yang sangat baik untuk kesehatan jiwa dan raga. Nah sekian dulu ya cerita piknik minggu saya, jangan lupa baca cerita sebelumnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar