[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jika berpengaruh pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]
Hari ini sedang hujan. Hari hujan selalu membawa saya yang melankolis ini terhanyut dalam sejumlah kenangan masa lalu T_T. Sebelum saya nulis soal kenangan-kenangan saya yang dramatis, saya mau basa-basi dulu ah. Hari ini saya mulai nulis di blog lagi. Sudah seminggu lebih saya nggak nulis post nih. Enggak tau kenapa saya kehilangan mood buat nulis padahal ada banyak sekali ide-ide segar di kepala yang menunggu saya tuangkan dalam rangkaian huruf-huruf. Kedengaran lebay memang. Sebetulnya saya sedang miskin kuota internet. Beliin dong...
Di kala saya absen nge-blog itulah saya mendapat banyak ilham dan pencerahan. #woalahbahasanya Kemarin saya banyak menulis mengenai sejumlah make up dan skin care, biarpun di sana nyelip juga sekelumit cerita ngawur ala saya. Sebetulnya, blog ini saya bikin untuk menulis segala hal tanpa dibatasi tema, jadi nggak dikhususkan hanya make up dan skin care aja. Ini tuh random blog, dan saya sebagai random blogger biarpun tadinya saya mengaku sebagai beauty blogger sekarang ingin menulis hal random juga, hahaha. Kalau ada pernyataan di post-post sebelumnya *kalau ada lho ya*, yang mengesankan bahwa saya ini beauty blogger atau pernyataan bahwa blog ini hanya membahas soal biuti-biuti, saya ralat ya - itu tidak tepat, saya kan random blogger dan ini random blog. Saya ralat juga deh kalau pernah menyebut diri sendiri beauty blogger :D, saya ini tepatnya random blogger. Ini adalah blog soal apapun yang saya suka dan saya ingin tulis. Pasti masih akan nyelempit juga tulisan seputar kecantikan *masih bercita-cita jadi beauty blogger*, sesuai dengan passion jiwa dan raga saya yang cantik ini - ambigu ya kalimatnya, maksudnya yang cantik itu saya. #aih Mulai pos ini, saya mengganti kata 'gue' dengan 'saya'. Biar lebih resmi aja dan sesuai EYD. Soalnya saya sedang ingin menulis dengan baik dan benar. Di pos-pos saya sebelumnya, saya merasa banyak kata ataupun kalimat yang kayaknya nggak sesuai EYD deh. Banyak juga sepertinya istilah asing yang harusnya saya tulis miring jadi saya ketik jejeg, sementara yang harusnya tegak lurus malah saya miring-miringin sehingga dikira bahasa latin oleh yang baca. Terus, kayaknya ada juga penempatan tanda baca yang kurang tepat. Ini mungkin perasaan saya aja kali ya... Mungkin :S. Tadinya saya mau ngecek satu per satu dan ngedit semua pos saya sebelumnya biar greget, cuma kurang kerjaan banget ya ngedit sebanyak itu. Akhirnya saya biarin aja, sebagai pengingat bahwa saya hanyalah manusia biasa yang tak sempurna dan kadang salah. Jadi, biarkanlah pos kemarin-kemarin memiliki sejumlah kekurangan. Untuk pos selanjutnya, saya akan berusaha menulis dengan lebih baik lagi.
Cukup ya basa-basinya. Sekarang saya akan mulai menulis soal butiran-butiran debu kenangan yang hinggap saat hari hujan kali ini. Saya suka menulis. Bahkan sejak masih kecil. Tepatnya sih sejak SD. Soalnya saya sejak SD gemar membaca (baca apa saja tapi terutama baca buku). Sifat gemar membaca tersebut saya dapatkan dari ibuk saya yang seorang guru. *prok prok prok, tepuk tangan buat ibuk saya* Ibuk sayalah yang pertama mengajari saya membaca, dan sejak bisa membaca saya mulai gemar membaca. Nah, ngomong-ngomong soal bisa membaca, walau bisa tapi sebenarnya saya agak bermasalah dalam membaca. Saya itu sulit membaca kalimat dari kata per kata, jadi bacanya loncat-loncat gitu nggak urut dari satu kata ke kata berikutnya. Lihat sih semua kata dalam kalimat, tapi saat membaca, otak saya kesulitan mengurutkannya. Karena kesulitan ini, saat membaca buku saya nggak baca per kalimat. Saya bacanya dengan skrining - lihat per paragraf dan menyaring (skrining) kata-kata penting dalam paragraf tersebut. Kata-kata penting tersebutlah yang saya baca sampai mengerti isi dan makna keseluruhan paragraf - kata-kata penting kan kunci isi dan makna paragraf. Ngomong-ngomong, setiap saya melihat tulisan dalam paragraf, tulisan tersebut terekam di otak saya dalam bentuk gambar. Kayak difoto gitu. Jadi selain membaca dengan skrining, saya bisa memperoleh informasi isi dan makna bacaan dari rekaman gambar tulisan di otak saya. Ini bisa dikategorikan membaca nggak sih? Membaca dengan melihat bukan mengeja. Dengan membaca seperti ini saya bisa cepat menyelesaikan bacaan. Tapi saya tetap baca dengan skrining sih - skrining juga cepat kok. Sementara rekaman gambar tulisan itu saya gunakan saat menghafal.
Walaupun agak bermasalah membaca, tapi hal itu nggak mempengaruhi saat saya menulis. Soalnya otak saya nggak kesulitan mengurutkan kata yang ada di pikiran dan akan ditulis - saya nggak mengerti kenapa kalau dalam membaca bisa kesulitan mengurutkan, apa mungkin mata saya yang tidak sinkron dengan otak saat melihat bacaan? Atau mungkin memang sel otak yang bertugas membaca berbeda dengan sel otak untuk menulis? Eh, tapi waktu kecil - sebelum sekolah - pas belajar mengenal dan menulis huruf dan angka, saya sempat mengalami kesulitan mengenal maupun menulis huruf dan angkanya. Cuma setelah belajar membaca - dan bisa membaca, kesulitan ini menghilang. Waktu SD pas suka menulis, saya nggak mengalami kesulitan.
Biarpun agak bermasalah, tapi saya tetap gemar membaca - terutama baca buku. Saking gemarnya membaca, hampir semua buku di perpustakaan sekolah pernah saya pinjam untuk dibacabukan untuk pencitraan lho ya. Selain membaca buku perpustakaan, saya juga sering dibelikan buku bacaan oleh ibuk. Saya ini boros bacaan, soalnya kalau membaca selalu cepat, jadinya saya butuh banyak bacaan, hehe. Hampir di setiap waktu luang saya selalu membaca. Bisa dibilang kutu buku saya. Tapi saya nggak nerd lho, saya adalah kutu buku yang gahul. Sebagai kutu buku yang kegemarannya membaca, saya jadi terdorong untuk menghasilkan bacaan juga sehingga saya mulai menulis - dan jadi suka menulis. Kemudian, sebagai juara lomba menulis antar SD tingkat kabupaten - ini beneran saya nggak bohong, ada kok piagamnya - saya jadi makin semangat berkarya dengan menulis. Waktu jaman SD - SMP saya sering banget nulis-nulis cerpen dan novel. Sayang tulisan itu nggak kesimpan sampai sekarang, mungkin sudah terbuang. Soalnya waktu itu saya nulisnya masih manual dengan tangan : nulis pakai pulpen di kertas folio - soalnya dulu saya gaptek. Lagipula, pas jaman saya SD - SMP tuh teknologi masih terbatas, belum secanggih sekarang yang dengan gampang bisa nulis via laptop, tablet, bahkan smartphone. Ngetik di PC aja saat itu udah hal mewah lho. Bahkan ketika itu nyimpen file aja masih di disket. *tulisannya gini bukan sih?* Tau kan disket? Yang bentuknya persegi, pipih, dan tipis. Itu kapasitasnya dikit banget deh. Kayaknya kalo sekarang masih njaman, buat nyimpen satu mp3 aja udah penuh.
Walaupun agak bermasalah membaca, tapi hal itu nggak mempengaruhi saat saya menulis. Soalnya otak saya nggak kesulitan mengurutkan kata yang ada di pikiran dan akan ditulis - saya nggak mengerti kenapa kalau dalam membaca bisa kesulitan mengurutkan, apa mungkin mata saya yang tidak sinkron dengan otak saat melihat bacaan? Atau mungkin memang sel otak yang bertugas membaca berbeda dengan sel otak untuk menulis? Eh, tapi waktu kecil - sebelum sekolah - pas belajar mengenal dan menulis huruf dan angka, saya sempat mengalami kesulitan mengenal maupun menulis huruf dan angkanya. Cuma setelah belajar membaca - dan bisa membaca, kesulitan ini menghilang. Waktu SD pas suka menulis, saya nggak mengalami kesulitan.
Biarpun agak bermasalah, tapi saya tetap gemar membaca - terutama baca buku. Saking gemarnya membaca, hampir semua buku di perpustakaan sekolah pernah saya pinjam untuk dibaca
Kegemaran membaca saya sejak SD berlanjut hingga SMP. Waktu SMP ini saya sudah beranjak remaja ya dan mulai tumbuh menjadi seorang alay. Biarpun alay tapi saya masih gemar membaca - terutama baca buku. Segala macam genre buku saya baca. Tapi kesukaan saya sebenarnya buku yang ber-genre fiksi sih. Favorit saya adalah buku (atau sebutlah novel, tapi saya lebih suka menyebutnya buku) Harry Potter. *rasa-rasanya ini buku favorit sejuta umat juga* Bahkan setelah di-film-kan pun saya tetep masih suka versi buku. Menurut saya, lebih asyik aja kalo baca buku karena saya orangnya imajinatif. Jadi kalo baca, saya bisa sambil mbayangin adegannya seperti apa di kepala saya. Selain baca buku, baca majalah juga hal yang saya gemari. Saya punya satu lemari berisi penuh dengan buku-buku dan majalah yang saya koleksi. Sayang, lemari buku - namanya lemari buku walaupun isinya nggak cuma buku doang - tersebut sekarang kurang terawat. Buku-buku serta majalah di dalamnya pun jadi kurang terawat juga, beberapa pada rusak dan mrithili sampulnya. Sayang ya.
Waktu SD - SMP saya sering nulis diary, hihihi. Menulis diary adalah hal yang berguna lho bagi saya. Sekarang saya jadi bisa buka-buka ulang diary masa lalu, membaca tulisan polos saya yang waktu itu belum banyak dosa dan maksiat, hahaha. Banyak pikiran kritis dan cerdas yang sebenarnya tertuang dalam kepolosan tersebut. Mungkin waktu nulis itu dulu malah saya belum sadar kalau saya ini kritis dan cerdas. Seneng deh, kalau membaca diary masa SD - SMP tersebut. Sungguh, masa-masa itu menyenangkan :).
Waktu SMA, saya mulai kehilangan minat membaca maupun menulis karena terobsesi jadi anak gaul di sekolah. Jadilah kegiatan saya sehari-hari selain mengikuti pelajaran adalah bersosialisasi dengan teman-teman seantero sekolah sambil mencari gebetan. Karena sering bersosialisasi, jadilah saya gaul - tercapai ya obsesi saya jadi anak gaul :D. Pada masa gaul ini, saya alay sekali. Terlalu alay malah - sebenarnya saya alay sejak SMP tapi saat SMA semakin menjadi-jadi. Duh, padahal kalau saya tidak alay dan masih gemar membaca - khususnya membaca buku pelajaran - mungkin saya bisa jadi siswa teladan satu sekolah. Tapi ya sudahlah, alay kan bagian dari masa muda :p. Seluruh kisah kealayan saya waktu SMA itu, kini menjadi bagian dari kenangan masa muda yang menarik untuk diingat. Nostalgia masa SMA memang tak terlupakan hingga sekarang setelah saya dewasa dan menua, hahaha. Yang juga tak terlupakan dari masa SMA bagi saya adalah saat jatuh cinta pada seorang gebetan. Apalagi yang lebih indah dari romansa jatuh cinta di sekolah? Apesnya gebetan ini gagal saya pacarin karena waktu itu saya dengan bodohnya malah nolak pas dia nembak. #duh Kenangan tentang gebetan yang gagal ini masih sering menggelayuti hati saya lho sampai sekarang karena dulu saya terobsesi dengan dia - terobsesi kenapa ditolak :S. Apalagi pas hujan gini, bawaannya selalu terkenang-kenang. #ah sudahlah
Setelah lulus SMA saya kuliah - dan sejak awal kuliah, saya berhenti alay. Di masa ini saya sudah beranjak dewasa. Saya berhenti alay karena merasa sudah bukan waktunya, hahaha. Jadilah sekarang saya tidak alay. *sekarang saya elegan, bwahahaha* Ngomong-ngomong di masa awal kuliah saya masih terobsesi lho dengan gebetan jaman SMA tadi. Kalau sekarang bagaimana? Apa saya masih terobsesi dengan gebetan lawas itu? Sudah tidak sih, saya sudah move on soalnya sekarang saya sudah loose contact dengannya - ini sudah 6 tahun lebih pasca saya jatuh cinta padanya.
Sekarang, saya mulai aktif menulis lagi. Dan, mencoba banyak membaca juga. Mengembalikan kesukaan menulis dan kegemaran membaca saya jaman SD - SMP ini ceritanya :D. Banyak membaca akan menambah wawasan dan kosakata saya. Banyak membaca juga membuat saya termotivasi untuk menulis, jadi saya semakin rajin menulis :). Dulu saya mulai menulis - waktu SD - juga karena terdorong oleh kegemaran membaca. Bicara soal membaca, tadi saya sudah bilang kan kalau saya agak bermasalah dalam membaca. Nah, baru-baru ini saya mengetahui informasi tentang disleksia (gangguan kemampuan membaca - dan menulis, mempengaruhi kemampuan belajar juga) dan jadi sadar kalau kondisi saya yang agak bermasalah dalam membaca merupakan gejalanya. Saya disleksia nih :O. Gejala yang saya alami lebih condong ke gangguan membaca - untung gangguan membaca ini nggak berlanjut ke gangguan menulis.
Disleksia ini kelainan otak bawaan ya, jadi sejak lahir sudah ada. Tapi gejalanya biasa ditemui saat masa anak-anak, biasanya saat belajar mengenal dan menulis huruf dan angka. Gejala disleksia saya mulai bisa ditemui sejak belum sekolah. Waktu itu saya belajar mengenal dan menulis huruf dan angka, tapi mengalami kesulitan mengenal maupun menulis huruf dan angkanya. Ini ditandai dengan saya sering tertukar-tukar atau terbalik menulis bentuknya. Hal ini disebabkan karena otak saya sulit membedakan bentuk huruf dan angka, jadi misalnya saya nulis huruf 'b' bisa tertukar dengan 'd', 's' jadi kebalik searah huruf 'z', dan yang paling sering adalah angka 4 yang saya tulis ala gambar kursi. Ya, angka 4-nya dalam posisi terbalik. Gejala sulit membedakan huruf dan angka ini menghilang setelah saya bisa membaca karena sudah hafal semua bentuk huruf dan angka. Jadi saat SD ketika saya suka menulis, saya tidak mengalami gangguan (tidak salah tulis).
Gejala tertukar atau terbalik juga saya alami dalam mengenali kata. Saya sulit membedakan kata yang mirip-mirip saat membaca. Saya bisa membaca kata 'adopsi' jadi 'aborsi' atau 'important' jadi 'impotent'. Bahkan, tulisan 'levi's' di dalam otak saya jadi terbaca 'river's'. Padahal dua kata itu jauh banget bok. Karena sulit membedakan kata saya bisa salah membaca - tapi kalau menulis nggak salah lho (mungkin karena saya nulisnya sambil mikir tulisan yang benar seperti apa). Sulit membedakan kata ini apa dipicu salah mengenali huruf ya? Saya pikir saya sudah hafal semua bentuk huruf -_-. Mungkin huruf individual terlihat berbeda saat digabung dalam kata - eh tetap sama sih. Mungkin saya hanya kurang teliti saja. Tapi untungnya kalau salah membaca saya bisa cepat sadar dan bisa membenarkan, jadi saya nggak salah makna saat membaca.
Sekarang, saya mulai aktif menulis lagi. Dan, mencoba banyak membaca juga. Mengembalikan kesukaan menulis dan kegemaran membaca saya jaman SD - SMP ini ceritanya :D. Banyak membaca akan menambah wawasan dan kosakata saya. Banyak membaca juga membuat saya termotivasi untuk menulis, jadi saya semakin rajin menulis :). Dulu saya mulai menulis - waktu SD - juga karena terdorong oleh kegemaran membaca. Bicara soal membaca, tadi saya sudah bilang kan kalau saya agak bermasalah dalam membaca. Nah, baru-baru ini saya mengetahui informasi tentang disleksia (gangguan kemampuan membaca - dan menulis, mempengaruhi kemampuan belajar juga) dan jadi sadar kalau kondisi saya yang agak bermasalah dalam membaca merupakan gejalanya. Saya disleksia nih :O. Gejala yang saya alami lebih condong ke gangguan membaca - untung gangguan membaca ini nggak berlanjut ke gangguan menulis.
Disleksia ini kelainan otak bawaan ya, jadi sejak lahir sudah ada. Tapi gejalanya biasa ditemui saat masa anak-anak, biasanya saat belajar mengenal dan menulis huruf dan angka. Gejala disleksia saya mulai bisa ditemui sejak belum sekolah. Waktu itu saya belajar mengenal dan menulis huruf dan angka, tapi mengalami kesulitan mengenal maupun menulis huruf dan angkanya. Ini ditandai dengan saya sering tertukar-tukar atau terbalik menulis bentuknya. Hal ini disebabkan karena otak saya sulit membedakan bentuk huruf dan angka, jadi misalnya saya nulis huruf 'b' bisa tertukar dengan 'd', 's' jadi kebalik searah huruf 'z', dan yang paling sering adalah angka 4 yang saya tulis ala gambar kursi. Ya, angka 4-nya dalam posisi terbalik. Gejala sulit membedakan huruf dan angka ini menghilang setelah saya bisa membaca karena sudah hafal semua bentuk huruf dan angka. Jadi saat SD ketika saya suka menulis, saya tidak mengalami gangguan (tidak salah tulis).
Gejala tertukar atau terbalik juga saya alami dalam mengenali kata. Saya sulit membedakan kata yang mirip-mirip saat membaca. Saya bisa membaca kata 'adopsi' jadi 'aborsi' atau 'important' jadi 'impotent'. Bahkan, tulisan 'levi's' di dalam otak saya jadi terbaca 'river's'. Padahal dua kata itu jauh banget bok. Karena sulit membedakan kata saya bisa salah membaca - tapi kalau menulis nggak salah lho (mungkin karena saya nulisnya sambil mikir tulisan yang benar seperti apa). Sulit membedakan kata ini apa dipicu salah mengenali huruf ya? Saya pikir saya sudah hafal semua bentuk huruf -_-. Mungkin huruf individual terlihat berbeda saat digabung dalam kata - eh tetap sama sih. Mungkin saya hanya kurang teliti saja. Tapi untungnya kalau salah membaca saya bisa cepat sadar dan bisa membenarkan, jadi saya nggak salah makna saat membaca.
Walau disleksia, tapi hal ini nggak mempengaruhi kecerdasan saya, hahaha. Toh buktinya selama ini saya selalu lulus sekolah dengan nilai yang cukup bagus. Kuliah juga lancar. Artinya saya nggak kesulitan menganalisa dan memahami arti pelajaran yang saya baca.
Menulis seperti ini merupakan salah satu terapi disleksia yang cukup ampuh buat saya. Saya beruntung ya dari SD suka menulis, jadi meskipun disleksia saya belum disadari tapi sudah dimanajemen sejak dulu. Dengan menulis otomatis otak saya terbiasa mengenali dan membedakan huruf-huruf - maupun angka, sehingga kalau ada yang tertukar saya bisa cepat menyadarinya. Menulis juga membiasakan saya untuk berpikir teratur. Mendefinisikan apa yang ada dalam pikiran saya dalam kata-kata. Menuangkan imajinasi saya dengan bahasa yang umum dan bisa dipahami orang banyak. Menyusun huruf menjadi kata, lalu dirangkai lagi menjadi sebuah kalimat yang pada akhirnya membentuk paragraf yang terus menerus bersambung dan setema. *paragraf ini kalimatnya mirip metodologi penelitian nggak sih?* #urut dan runtut
Baiklah, apalagi yang mau saya tulis ya? Saya kehilangan momen nih... Soalnya tadi pas mulai nulis pas hujan, sekarang hujannya sudah berhenti. Kalau hujan tuh, rasa-rasanya kreativitas saya bertambah gitu. Trus, kalau nggak hujan kreativitas saya mandek? Nggak juga sih, saya tetap kreatif, bhahahaha :D. Hmm, nulis soal hujan aja ya? Soal hujan, saya selalu suka hujan. Hujan membawa energi baru dalam diri saya, semacam kesegaran gitu walau kadang-kadang kedinginan juga. Selain itu, bau tanah basah setelah hujan seolah aroma therapy yang menenangkan. Tetapi, hujan juga kadang membuat derajat kegalauan saya melonjak drastis. Ketika hujan, psikologi saya bisa menjadi sangat sensitif. Terkenang-kenang masa lalu. Terus dikit-dikit mewek. Haish ada-ada aja saya ini.
![]() |
Gambar nyomot punya ini |
Saya punya dua kenangan indah di hari hujan setidaknya untuk saat ini. Eh, sebenarnya satu ding. Nggak usah saya tulis kenangannya apa ya soalnya kenangan yang ini bukan untuk konsumsi publik. Kenangan paling indah tapi bikin nyesek. Nulis kalimat pertama di paragraf ini aja saya udah nyesek lho. Seandainya waktu bisa diulang, ada hal yang tidak ingin saya sia-siakan. Tapi kan tidak bisa ya. Begitulah hidup. Ada hal-hal yang memang sudah ditakdirkan seperti itu dan tidak bisa direncanakan. Saya sesali pun percuma. Berharap waktu bisa diputar? Andai saya punya robot kucing biru gendut Doraemon. Tapi kenyataannya saya tidak punya. Lalu saya belajar menerima. Tidak ada yang salah yang saya lakukan di masa lalu. Semua sudah terjadi sesuai dengan apa yang saya pikirkan pada saat itu. Hidup adalah sebab akibat. Apa yang saya miliki sekarang, bahkan diri saya sekarang, adalah hasil dari proses kejadian yang saya pilih pada masa lampau. Pilihan itu saya ambil karena memang sudah ditakdirkan begitu. Pada akhirnya saya hanya perlu bersyukur :). Dari semua hal yang saya inginkan dulu, beberapa sudah tercapai. Tuhan selalu punya cara membahagiakan saya. Jadi saya akan menunggu lagi rencana indah Tuhan bagi saya :).
Selamat hari hujan :).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar